Wadah pemikir (Think tanks) Maritim versus kajian produk “Inside of The Box”

Wadah pemikir (Think tanks) Maritim  versus kajian produk “Inside of The Box”

Budiman Djoko Said

   ______________________________________________________________________

…..There are two reasons why Australia should be interested in the new but now much-discussed maritime aspirations of Indonesia and the trials and tribulations Indonesia faces in turning those aspirations into reality.

Geoffrey Till ( 2015 )

…Think-Tanks have been increasingly required to bridge the gap between the world of idea and politics, raw information and relevant data, scholarly research and policy relevance, and the medium and the messages.

James G Mc Gann ( 2007 )

…If the influences of mass media can be called the fourth power, other than the Executive, the Legislative, and the Judicial, in Western countries, then , I am going to argue that the think tanks should be entitled the fifth power .

Ren, Xiao (2000)

_____________________________________________________________________________________

Pendahuluan

Soundings, publikasi Pusjianmar Angkatan Laut Australia (SPC/Sea Power Centre), tahun 2015, dengan tulisan berjudul Indonesia as a growing maritime power [1] : possible implications for Australia. Geoffrey Till mengulas didalamnya tentang kesulitan, keragu-raguan, kelemahan, algoritma perencanaan mulai dari policy, strategi sampai ke pelaksanaannya dengan cukup komprehensif bagi pemerintah Indonesia untuk membangun negara maritim [2] . SPC sebagai lembaga kajian resmi benar-benar kapabel membuat kajian (baca:produk) yang berkualitas dan lepas dari label “inside of the box” [3]. Bukan hanya Australia yang kapabel membuat kajian yang berkualitas tanpa aura dan aroma kimiawi dan tanpa tekanan sebagaimana laiknya organisasi kajian yang “outside of the box”. Bagaimanapun juga kajian profesionalisme lembaga internal didalam organisasi negara maju hampir pasti naluri profesionalismenya kapabel mendongkrak kualitas kajian setajam  kajian “outside of the box”. Kualitas unit organisasi negara maju mudah terbaca meskipun sepintas melalui tulisan, berita, journal, taskap, naskah, thesis, disertasi, buku  petunjuknya, ataupun pernyataan dan pidato internal yang merata disemua tingkatan oleh para perwira-nya tidak perduli berlatar belakang akademik ataupun tidak [4] . Kualitas yang berorientasi pada basis kepatutan ilmiah, seperti; kekuatan dan ciri-ciri data yang non-bias, teknik solusi, pendekatan, fakta yang akurat, tahun penggunaan data, umur referensi yang digunakan, ketrampilan menulis dan mengkaji serta penarikan kesimpulan, tanpa tekanan atau rekayasa. Namun mereka tetap mengandalkan kehadiran wadah pemikir untuk ikut membenahi organisasi mereka mengingat tidaklah mudah membuat kajian dalam waktu singkat tentunya.

Sulit bagi unit kajian di negara yang sedang berkembang atau berkembang dan masih terbelit dengan budaya enggan membuat kajian yang realistik meskipun didukung dengan pendekatan ilmiah untuk maju [5]. Operasi kekuatan maritim yang berhadapan dengan elemen domain maritim yang begitu banyak dan beragam seperti jumlah pulau, banyaknya pintu masuk, cuaca yang sulit dikendalikan; aset pendeteksi dan penindak yang sangat terbatas baik jumlah maupun kapasitasnya serta berhadapan dengan kerapuhan dan peluang aksi illegal aktor non negara atau aktor asimetrik ; sehingga boleh jadi kajian komprehensif diharapkan bisa  membantunya.

Wadah pemikir

Diawali dari jargon militer tentang para pemikir yang biasa mendiskusikan perencanaan strategik diruang yang sempit, pengertian “wadah pemikir” berkembang dan lebih dikenal sebagai organisasi kontrak riset dunia seperti RAND sejak tahun 1941. Mulai tahun 1960 pengertian ini mulai populer, meskipun definisi “wadah pemikir” sebagai organisasi riset kontrak nampaknya masih belum “pas”. Perkembangan bagus dengan melebarnya kelompok wadah pemikir di Barat di bidang-bidang pemerintahan dan ciri ciri mereka yang signifikan menonjol yakni kapabilitas mempengaruhi kelompok pengambil kebijakan atau keputusan [6]. Akhirnya wadah pemikir terdefinisi sebagai lembaga independen yang diorganisir untuk melakukan riset dan produsen pengetahuan yang dikembangkan. Wadah pemikir akan mengisi ruang kosong kritis antara akademik dengan realisme birokrat, bahkan PBB mendefinisikan sebagai organisasi [7]yang menjembatani pengetahuan dan kekuasaan.

Negara Barat memanfaatkan ketrampilan dan kepiwaian para wadah pemikir untuk menyumbangkan hasil riset dan produknya kepada birokrasi. Dephan atau Kemhan salah satunya yang nampak di-garda depan dilingkungan birokrasi yang memanfaatkan kepiwaian mereka. Bahkan China pasca Deng, tentaranya telah melakukan revolusi PME (proffesional military education) dibantu para wadah pemikir, veteran perang, dan akademisi lainnya. Tanpa jauh jauh mencontoh AS [8] atau negara besar lainnya, negara tetangga telah mendayagunakan lembaga non struktural pertahanan nasionalnya guna mengisi bidang – bidang yang signifikan dianggap sangat penting untuk ditangani lebih serius. Misal DSTO Australia dan DRDC Canada [9] yang sudah lama terbangun,menyusul Singapore dibelakangnya sangat agresif mengirimkan sejumlah personil – personilnya untuk mengambil gelar S-2 atau S-3 di UK, Australia, atau AS [10] untuk ditempatkan di DSTA yang mirip perannya dengan DSTO Australia dan DRDC Canada. Perilaku korporasi seperti ini sukses mereformasi budaya lepas libat dari iklim “inside of the box” menjadi bernuansa “outside of the box” dan terjamin kualitasnya. DSTO atau ajensi lainnya yang setara memiliki ruang kebebasan untuk melakukan kajian ilmiah yang lebih serius, berkualitas dan independen serta hasilnya sangat terasa sekali digunakan bagi realitas kemajuan dan kualitas di semua lini pertahanan nasionalnya [11].

Click here for further reading: Quarterdeck Juni 2015

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Share via
Copy link
Powered by Social Snap