VISI DAN MISI VERSUS KEPENTINGAN NASIONAL DAN STRATEGI NASIONAL..MENUJU KABINET KEPENTINGAN NASIONAL?

VISI DAN MISI VERSUS KEPENTINGAN NASIONAL

DAN STRATEGI NASIONAL..MENUJU KABINET

KEPENTINGAN NASIONAL?

Oleh : Budiman Djoko Said

Pendahuluan

Suatu agenda tes kepatutan (proper test)[1] bagi kandidat penjabat umumnya didahului paparan visi dan misi. Sah – sah saja, guna mengetahui apa yang mau dilakukan pejabat terpilih yang akan datang. Apakah semua jabatan dengan satu hirakhis harus memiliki visi dan misi yang berbeda-beda?Bagaimana dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) nantinya apakah ikut berubah juga? Apakah betul di semua tingkatan tidak ada hubungannya satu sama lain, misal kandidat Gubernur dan Bupati di daerah yang sama. Apakah visi Dekan harus berbeda atau harus sama dengan visi Rektor, bukankah Dekan hanya mendukung visi Rektor?

Seandainya betul selalu terjadi perubahan, betapa mahalnya harga visi dan misi tersebut, kenyataannya begitu menjabat tidak ada perubahan, bisnis berjalan rutin seperti yang lalu, tidak ada yang aneh.Bagaimana dengan rencana jangka panjang yang sudah disetujui bersama didaerah tersebut, ikut berubahkah karena visi dan misi baru kandidat Gubernur?Mengingat periode jabatan terpilih hanya bersifat pendek, dan seringnya dikaitkan tidak konsistennya perencanaan jangka panjang plus kesulitan mengevaluasinya versus isu pemimpin yang hanya (lebih suka) berkaca pada tahap akhir penyelesaian projek jangka[2] panjangnya — tipikal pemimpin non visioner.

Pemimpin visioner tidak akan pernah berhenti berfikir demi projek jangka panjang berikut. Kalau misi merupakan produk/barang masyarakat (public good), maka visi adalah komoditi yang di pasarkan di luar negeri.Analog dengan keamanan nasional yang menjamin komoditi kepentingan nasional yang dipasarkan berjalan sesuai mekanisme hubungan internasional.Bila di-tataran nasional hadir kepentingan nasional, samakah kepentingan nasional dengan visi bangsa dan negara. Visi atau kepentingan nasional memiliki means, ways, dan ends, sama – sama merupakan komoditi yang akan dijual. Menuju tujuan nasional sebagai obyektif kepentingan nasional diperlukan kawalan strategi keamanan nasional.Analog untuk mencapai obyektif visi diperlukan kawalan strategi pemasaran. Steven Slenka menyebutkan … success can only be achieved if clear ends are identified, appropriate means are leveraged against those stated ends, and a coherent strategy is developed to coordinate the ends and means.[3] Jauh di-luar ini semua menunggu tujuan nasional yang mendasar (fundamental of national goal) sebagai terminal visi bangsa yang berkepanjangan. Bagaimana hubungannya dengan dengan para elit nasional?

 

Visi dan Misi

Pertanyaan bagi pemilik visi, darimana datangnya visi tersebut, jawabnya membentang antara naluriah, perasaan, reaksi sesaat, atau mendapatkan ilham yang jatuh dari langit—visi yang diungkap sepertinya tidak jelas untuk masa mendatang.Bagi pemimpin kampus, visi berkisar pada keinginan, thema, keprihatinan, proposisi, argumentasi, harapan dan impian.[4]Pernyataan visi adalah suatu perangkat inspirasi dan jaminan kesadaran menuju arah dan tujuan tertentu.Visi menjamin terbentuknya pola kebersamaan organisasi untuk menyelesaikan suatu pekerjaan menuju suatu “goals”.

Kejelasan visi banyak membantu apabila hadir kelangkaan arah organisasi.Adakah perbedaan antara pernyataan visi dengan misi[5]?Visi lebih menjelaskan status “kedepan”, visi berorientasi mendatang, sedangkan misi berorientasi pada perilaku orang dan organisasi.Visi lebih inspirasional dan sedikit menyentuh sesuatu yang sulit digapai.Visi menjadi rujukan perencanaan jangka panjang.Ciri-ciri rumusan pernyataan visi yang baik, pertama, singkat, sederhana dan hadir nuansa kekuatan atau pengaruh kuat.Kedua, sebagai inspirasi yang memiliki dampak emosional.Ketiga, kapabel mengarahkan konkrit, jelas dan kokoh dan memberikan pencitraan mental yang kuat bagi siapapun yang membacanya.Keempat[6], mengesankan pemilik organisasi bahwa dunia akan berada dalam genggaman organisasi. Visi adalah artikulasi masa sekarang dengan masa yang akan datang untuk mewujudkan bentuk impian organisasi[7]. Sebagai jembatan antara visi dan misi…visi berperan sebagai premis dasar suksesnya pernyataan misi. Sedangkan piramida antara goal, obyektif , misi dan visi periksa figur dibawah ini :

Fig # 1. Piramida manajemen

x

Referensi: Search mesin Google ttg visi dan misi  Judul: “Strategic Management“, Daily Production Systems-ANS 440, PD French, slide #1. Vision Objectives; [1] Reflect the desired future look of the business : reduce mastitis, reduce feed costs,improve herd health, increase conception rate. [2] General, observable, no time table, and no numbers. Goals or strategies describe how the objectives will be accomplished : specific, measureable, number given, time table outlined, periksa slide # 17, #18 dalam judul itu.

 

Visi adalah “impian” organisasi — membentang antara imaginasi dan motivasi individual untuk memikir ulang realita perwujudannya. Visi tidaklah sama dengan misi atau  obyektif strategi atau filosophi. Visi cenderung evokatif (merangsang ingatan) bukan suatu yang persis. Organisasi sebenarnya menginginkan apa “aspirasi” yang muncul dari visi tersebut. Mereka ingin melihat dan membuktikan apakah “impian” sang pemimpin dapat diwujudkan[8]…melalui aspirasi tersebut? Pemimpin yang “baik” memahami dan sadar bahwa kunci tugasnya adalah berbagi “visi” kepada  subordinasi, pemilik organisasi dan pelanggan. Pemimpin[9]yang berbagi rasa memperjuangkan inspirasi, aspirasi dan bukan pemimpin yang menjual “ciri-ciri” khasnya (pencitraan). Lain visi lain misi, pernyataan misi adalah peran atau maksud dimana personil dan organisasi akan mengabdikan dirinya bagi kepentingan pemilik organisasi. Misi menjelaskan apa yang diperbuat organisasi dengan realita yang ada, mengapa unik dan pada siapa akan mengabdikan atau melayani[10]. Misi adalah alasan mengapa organisasi harus hidup dan ada[11], serta menjawab mengapa orang-orangnya harus ada dan siapa mereka.

Misi mengurangi pernik-pernik yang tidak perlu, dan lebih penting lagi adalah menjamin fokus organisasi kepada tujuan.Pernyataan misi merupakan artikulasi prinsip-prinsip yang menuntun bisnis dan personilnya untuk tumbuh, maju dan sejahtera[12]. Pernyataan misi harus memuat a.l: tanggung jawab sosial, kualitas, komitmen bertahan hidup, berkembang dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat, mengidentifikasi pelanggan, pasarnya, produk/ jasa, dan nilai kelompok/ organisasi, reputasi, serta sumbangan pada masyarakat.

 

Memikir Ulang Konsep Strategi

Strategy depends for success, first and most, on a sound calculation and coordination of the endand the means.

B. H. Liddell Hart

Sebagian orang memperlakukan strategi seperti halnya memandang manajemen yakni  membawa organisasi dan orang-orang didalamnya menuju suatu tujuan. Semudah itukah?Manajemen modern justru mendaftarkan banyak perangkat yang tidak mudah namun handal untuk membantu menuju tujuan tersebut.Strategi  adalah fondasi untuk memahami kepentingan nasional. Yarger secara umum menjelaskan sebagai berikut … Strategy for the nation-state is neither simple or easy, but the good strategist seeks to express the logic of strategy in the simplest and clearest terms[13]. Yarger mengawali mengatakan bahwa strategi [1] disemua tingkat sebenarnya adalah  kalkulus tentang obyektif (sasaran) dan “hasil” (outcome) yang menguntungkan dan penggunaan sumber daya dalam batas risiko yang bisa ditoleransi dan bila tidak diutilisasikan maka orang lain yang akan memanfaatkannya. JP 1-02 menyebut strategi [2] sebagai seni dan ilmu untuk mengembangkan dan mendayagunakan instrumen kekuatan nasional agar sinkron dan terintegrasi dalam rangka mendukung obyektif operasi baik ditingkat mandala, nasional, multinasional, dan regional[14].Meski kedua definisi ini sangat tepat[15], tetapi tidak satupun mampu mengangkat seberapa jauh peran dan kompleksitas serta aplikasi pemikiran strategik ditingkat nasional. Di-tingkat ini strategi adalah seni dan ilmu mendayagunakan instrumen-instrumen politik, ekonomi, sosio-psikologik, dan militer[16]dengan naungan kebijakan nasional untuk menciptakan efek yang melindungi dan mengawal muatan kepentingan nasional yang dipromosikan atau dijual kedunia luar, relatif terhadap aktor negara lain atau lingkungan.

Strategi menyelaraskan[17]sinergi, konsep dan sumber daya untuk meningkatkan probabilitas sukses kebijakan nasional dan konsekuensi memperoleh keuntungan sebagai dampak dari sukses tersebut dengan cara yang logik, rasional dan pengertian linear—yakni  means, ways, dan ends. Strategi[18]diakui bukanlah suatu hal yang mudah dipahami. Memahami teori ini akan menjamin pemahaman dan profesi versus keruwetan-keruwetan yang dimiliki strategi dengan cara mengerti logikanya.

Teori strategi menjamin terminologi yang esensial, definisi, dan penjelasan tentang asumsi yang digaris bawahi[19], penggabungan substantifnya (elemen strategi) dan diterjemahkan dalam hipothesa yang bisa di-tes, dan menarik kesimpulan yang mungkin saja bisa memodifikasi teori…bila diperlukan.Sedangkan teori membantu menatap setiap isu yang muncul dan sejalan pemikiran Clausewitz…teori untuk dipelajari; dan bukan suatu doktrin[20] yang dogmatis.Teori strategi mendidik dan mendisiplinkan pola fikir elit strategik/nasional menghadapi kerumitan strategi dan perilaku lingkungan strategik yang sering berubah termasuk isu kontinuitas, kesempatan, dan ancaman didalamnya.Teori memberikan keberanian dan kepercayaan memikir ulang asumsi yang ada dan kecurigaan (hipothesa) yang ada serta prediksi kegiatan “lawan” atau aktor tertentu.Strategi adalah cetak biru yang menjembatani jurang antara realitas sekarang dengan “impian” masa mendatang. Strategi adalah disiplin dan kalkulus elemen–elemen yang ada mulai dari obyektif, konsep, sumber daya dalam lingkungan strategik yang memungkinkan dalam periode waktu tertentu dan berhitung risiko yang masih bisa ditolerir untuk memperoleh hasil (outcomes) yang lebih menguntungkan (Outcomes > Risk) daripada didayagunakan aktor lain atau ditangan orang lain.[21]

Dalam sistem pemerintahan, strategi adalah pendayagunaan (utilisasi) instrumen kekuatan nasional yang spesifik[22](politik/diplomatik, ekonomi, militer, dan informasional) untuk mencapai obyektif politik nasional baik dengan berkooperasi maupun berkompetisi. Bila strategi instrumen ini diproyeksikan mendatar—muncul dalam bidang-bidang seperti : politik, ekonomi, psikologikal, dan militer seperti figur # 2 dibawah ini:

Fig # 2. Strategi nasional dalam proyeksi mendatar

x

Referensi: Eds: J.Boone Bartholomees, Jr, US Army War Coll Monograph, 2012, US Army War College Guide to National Security Issues : Volume-I, Theory of War and Strategy“—Bab-I, “Why Is Strategy Difficult ? “, hal 13. Hanya 4 Instrumen kekuatan nasional tradisional yang (dipilih) digambarkan Bartholomees, Jr, namun semuanya digambarkan terorkestra menuju “capaian”  tujuan strategi nasional atau obyektif kepentingan nasional. Kumpulan strategi-strategi nasional tersebut boleh disebut sebagai strategi keamanan nasional dan ujung anak panah adalah tujuan nasional atau obyektif kepentingan nasional.

 

AS dimasa lampau telah menerapkan empat (4) instrumen kekuatan nasional yang diutilisasikan, yakni politik/diplomatik, internasional, militer, dan ekonomi (DIME).Instrumen potensial lainnya seperti sosio/psikologi bisa diterima sampai sekarang ini termasuk politik[23].Bila terjadi perang, maka semua instrumen kekuatan nasional mendukung strategi instrumen kekuatan militer nasional—simbiotik hubungan antar instrumen.Kekuatan politik penting guna memperoleh dukungan untuk membangun kebijakan atau strategi maupun popularitas pencitraan.Regim dengan sedikit dukungan politik domestik sulit melaksanakan kebijakan luar negeri.Bila strategi diplomatik sukses mendukung strategi militer nasional, sebaliknya suksesnya strategi militer bisa berperan sebagai esensi pendahuluan suksesnya diplomatik (deterrence?)[24].

Idem dengan strategi ekonomi nasional  yang didesain untuk menjamin pembangunan kekuatan militer dan seandainya militer gagal atau kehilangan sejumlah besar aset ekonomiknya akan langsung berpengaruh terhadap effektivitas strategi ekonomi[25]. Secara hirarkhis semua strategi instrumen kekuatan nasional adalah subordinasi strategi keamanan nasional (dibaca KamNas saja).Analog bagi strategi pertahanan nasional plus sub-strategi militer nasional berada dibawah kontrol strategi keamanan nasional[26].

Untuk itu kebutuhan seorang “dirigen”, “konduktor” atau “master orkestra” strategi keamanan nasional yang mengatur “aksi” kritikal dan koordinatif bagi setiap strategi instrumen kekuatan nasional setiap saat sangatlah penting, guna sinkronisasi, sinergitas, dan integrasi semua instrumen kekuatan nasional…inilah peran Menhan atau bisa saja orang kedua di pemerintahan yang akan beraksi untuk memutuskan kapan diisyaratkan tingkat NatSecCon-4 (National Security Condition) s/d  NatSecCon-2.

 

Kepentingan Nasional, Strategi Nasional Dan Keamanan Nasional

When you’re asking Americans to die, you have to be able to explain it in terms of the national interest.

Henry Kissinger

The most fundamental task in devising a grand strategy is to determine a nation’s national interests. Once they are identified, they [1] drive a nation’s foreign policy and military strategy; they [2] determine the basic direction that it takes, the types and amounts of resources that it needs, and [3] the manner in which the state must employ them to succeed. Because of the critical role that national interests play, they must be carefully justified, not merely assumed.

Robert.J.Art

 

National interests also answer the fundamental but essential question, “What are we willing to die for?”

P.H Liotta

Pernyataan pak Kissinger, Art maupun Liotta tentang identifikasi konsensus nasional khususnya kepentingan nasional sangatlah kritikal sebagai basis pengembangan konsep kebijakan dan strategi.Ketiga pemikir tersebut[27]telah mendemonstrasikan bahwa kepentingan nasional adalah ikon “kehidupan” (survival) bangsa, dan sepertinya menjawab kenapa bangsa negara ini (harus) ada. Thomas Aquinas[28]telah menyumbangkan teori jus bellum iustrum dengan dua (2) instrumen utamanya yakni jus ad bellum dan jus in bello  dalam kontek kepentingan nasional. Sedangkan Clausewitz mengatakan bahwa all state behaviour is motivated by its need to survive and prosper. Mirip pola fikir Eropah waktu itu dengan  “raison d’etat” atau staatsraison atau reason of the state ~ national interest[29].

Sebenarnya perilaku suatu negara bangsa tertanam dalam bagaimana mereka mengejar, melindungi dan mempromosikan kepentingan.Oleh karena itu para analis mencoba memahami bahwa negara harus memiliki suatu hal yang fundamental—kepentingan mendasar yang tersirat dalam perilakunya.Kepentingan ini disebut kepentingan nasional[30].Oleh karena negara bangsa memiliki sekurang kurangnya penduduk dan wilayah, maka satu (1) komponen kepentingan mendasar adalah rasa aman dari ancaman asing (foreign danger) terhadap kedaulatan, kesejahteraan dan keamanan mereka. Kepentingan nasional sangatlah esensial untuk menetapkan obyektif atau ends yang bertindak sebagai “goals” bagi kebijakan atau strategi[31]. Kepentingan nasional adalah fondasi dan titik awal untuk menciptakan resep kebijakan yang akan dipromosikan keluar (outward looking). Kepentingan nasional akan menjawab pertanyaan mengapa kebijakan itu penting, selain berperan menentukan tipikal dan jumlah instrumen (strategi) kekuatan nasional yang diemploikan dan sumber daya terpilih yang di-implementasikan kedalam kebijakan atau strategi. Kepentingan nasional diperankan sebagai kriteria pengambilan keputusan nasional (matrix Nuechterlein, periksa fig # 3).

Awal muatan konsep kepentingan nasional adalah “aman terhadap bahaya dari aktor luar” (security against foreign danger) yang diperkenalkan oleh James Madison[32]. Belakangan ditambah dengan dua (2) kepentingan utama lain yang harus diamankan, yakni promosi sistem nilai (promotion of values) dan kesejahteraan ekonomi (economics prosperity). Konsep muatan kepentingan nasional mulai diperkenalkan AS di abad 19 dan 20 dengan tiga (3) kepentingan utama seperti tersebut diatas. Selama dan sesudah PD-II, pemimpin AS semakin gencar memperkenalkan kepentingan nasional sebagai format hubungan AS keluar (promosi yang harus diamankan)[33].

Sekutu mengembangkan gagasan itu sebagai ide bahwa keamanan nasional  membutuhkan bentuk kohesif dari semua instrumen kekuatan nasional. Pengawalan promosi dan kelangsungan hidup kepentingan nasional, bukan didominasi instrumen militer saja. Gaung ini semakin digemakan oleh Ferdinand Eberstads[34], yang menyebutkan bahwa kebanyakan pembuat kebijakan nasional yang berkaitan dengan keamanan nasional sangat percaya bahwa[35]kebijakan luar negeri, militer, dan sumber daya ekonomi domestik  harus saling mengikatkan dirinya lebih ketat”. Keterkaitan instrumen satu sama lain dalam wadah keamanan nasional telah menembus batas domestik, geographi, dan semakin banyak faktor serta isu yang muncul. Keinginan untuk “survive” melalui kepentingan nasional tersebut perlu dikawal oleh sekumpulan strategi instrumen nasional yang teroskestra yang disebut strategi keamanan nasional atau dibaca bolak-balik sebagai keamanan nasional. Muatan kepentingan nasional dan kriteria Nuechterlein, periksa figur dibawah ini.

Fig # 3. Matrik kepentingan nasional .

 x

Referensi:Slenka , halaman 3. Yang diambil  dari Donald Neuchterlein, “National Interests and National Strategy,” in  Terry L Heyns, ed., “Understanding U.S. Strategy: A Reader”, Washington, DC: National Defense University, 1983, p.38. Perhatikan 4 baris yang menggambarkan muatan kepentingan nasional yang dipromosikan keluar, dengan kolom kriterianya sebagai basis pengambilan keputusan nasional (misal survival tdk ada lagi kompromi dengan aktor lain). Kepentingan spesifik diproritaskan dari tertinggi  ke terendah (sesuai baris) dibawah atribut “Basic interest at stake“ dan signifikansi kepentingan diorganisir dalam kolom dibawah judul “intensity of interest”.

 

Perhatikan defense homeland (baris pertama) bisa saja berawal dari pengembangan konsep “foreign security danger”, kemudian berkembang konsep tersebut sehingga dikenal sekarang sebagai kepentingan nasional, keamanan nasional dan ancaman. Dari tabel tersebut, kriteria diciptakan guna melindungi keberlangsungan muatan kepentingan nasional itu sendiri atau boleh dikatakan bahwa “survival” bangsa tergantung sukses tidaknya strategi keamanan nasional mengawal dan melindungi muatan kepentingan nasional terhadap ancaman[36]~ ancaman nasional.

Berangkat dari sinilah, definisi ancaman yang serius dan prioritas (ancaman nasional) diperhitungkan relatif terhadap kepentingan nasional dan seberapa besar kesanggupan bangsa dan negara mengatasi[37].Ancaman yang lebih kecil dampaknya terhadap kepentingan nasional diturunkan dan[38]dikatagorikan ancaman dalam negeri. Yarger menawarkan definisi strategi diatas dengan dua (2) definisi strategi, yang mengerucut kepada parameter ends dan akhirnya berujung kepada obyektif strategi-strategi nasional atau kepentingan nasional. Prof Michael.G Roskin, pengajar di US Army War Coll tentang strategi dan kepentingan nasional berkomentar…national interest lies at the very heart of the military and diplomatic professions and leads to the formulation of a national strategy and of the calculation of the power necessary to support that strategy[39]. Kas Gab AS[40] menambahkan … that these strategies integrate national and military objectives (ends), national policies and military concepts (ways) and national resources and military resources and supplies (means)[41].

Kunci  masalah    adalah   men­demonstrasikan keterpaduan aksi semua instrumen kekuatan nasional relatif satu sama lain. Sukses isu pemahaman strategi nasional ini tergantung kepada langkah pertama yang kritikal, yakni status “akhir atau tujuan” (ends-state).Kedua,  pengembangan strategi dan ketiga; alokasi sumber daya nasional (yang mana). Perlu suatu konsepsi yang efisien guna memadukan semua instrumen kekuatan nasional dalam satu rekayasa “orkestra”. Slenka menyarankan definisi strategi keamanan nasional berorientasi sebagai proses keputusan rumit untuk menghubungkan ways (strategi itu sendiri) dan means yang tidak lain adalah instrumen kekuatan nasional untuk mencapai ends (obyektif)[42]yang telah diekspresikan sebagai kepentingan nasional. Sesi ini memfokuskan keterkaitan antara kepentingan nasional, pernyataan ends dan means sebagai sumber daya nasional yang digunakanuntuk mencapai ends tersebut dalam rangka menggali upaya apa yang harus dilakukan agar “orkestra” dapat berjalan dengan cara yang lebih effisien menuju tujuan nasional atau obyektif kepentingan nasional. Sedangkan strategi (atau biasa disebut ways, bisa disebut juga konsep strategi  nasional) adalah cara yang digunakan untuk mengikat semua itu bersama-sama secara kohesif dengan visi yang effektif[43]. Akhirnya Slenka menuturkan…ketidak hadiran dan ketidaksanggupan atau ketidakpedulian menghubungkan ends dengan strategi dan means untuk mewujudkan tujuan nasional (national objectives) menjadikan bahasan strategik ini kehilangan artinya[44]. Oleh karena itu konsep dibelakang keterkaitan ends,ways, dan means mengandung makna besar. Keterkaitan ini secara krusial mudah membawa perkembangan konsep hubungan ini sebagai konsep yang setara dengan “visi” nasional[45]. Diluar itu semua, bangsa dan negara banyak belajar bahwa “hasil” (predictable outcomes) yang diharapkan dan dicita-citakan menuju tujuan nasional yang mendasar (fundamental of national of goals)[46] tidak akan pernah terwujud apabila capaian fisik visi “strategik” bangsa negara atau kepentingan nasional ini tidak hadir. Pemahaman yang cukup tentang ends (atau ends-state) atau obyektif kepentingan nasional atau tujuan nasionalakan menggugah artikulasi elit nasional sipil maupun militer agar terjadi keseimbangan representasi kekuatan yang menjalankan strategi nasional menuju tercapainya kepentingan nasional[47].

Bagaimana mungkin tanpa kehadiran kepentingan nasional (tidak terdokumentasikan) yang berperan mengarahkan dan mengatur irama “orkestra” semua strategi intrumen kekuatan nasional dapat menuju tujuan nasional (dan lebih celaka lagi ternyata tidak ada)[48]. Konsep ini menuntut bukan saja kehadiran strategy, means, dan ends-nya namun lebih dari itu menuntut komitmen profesional seluruh elit nasional untuk melaksanakan dukungan terhadap strategi keamanan nasional sebagai “panglimanya” strategi yang mengawal kepentingan nasional menuju ends. Dengan terciptanya kepentingan nasional, kepemimpinan nasional memiliki basis menetapkan suatu kebijakan nasional[49] sebagai petunjuk dan arahan memformulasikan strategi nasional.Presiden, Menteri dalam/luar negeri, serta MenHan merupakan aktor kunci pencipta kebijakan nasional.

Terciptanya kebijakan nasional ini akan menjadi rujukan[50]terciptanya strategi keamanan nasional. Dari semua itu, akhirnya dapat disimpulkan; betapa pentingnya kepentingan nasional—persis pernyataan Yarger dan Barber[51]:

 

Nations, like individuals, have interests–derived from their innate values and perceived purposes–which motivate their actions. National interests are a nation’s perceived needs and aspirations in relation to its international environment. They provide the focus of our actions, and are the starting point for determining national objectives and the formulation of national security policy and strategy. Interests are expressed as desired end states. Interest statements do not include verbs or action modifiers.

 

Bagaimana posisi tujuan nasional yang hakiki atau mendasar (fundamental national of goals) yang berada jauh diluar kepentingan nasional namun mengisyaratkan hadirnya cita-cita bangsa dan negara, seperti di-isyaratkan dalam pembukaan UUD 45?Kumpulan dari sekian seri tujuan-tujuan nasional setiap periode pemerintahan yang tercantum dalam muatan kepentingan nasional barulah mengerucut kepada tujuan nasional yang hakiki tersebut, suatu saat nanti.

Terlalu prematur untuk menyatakan suatu pola pembangunan jangka menengah, (bahkan panjangpun) sudah absah cukup mewakili menuju tercapainya tujuan nasional.Pola pembangunan jangka manapun juga berada ditingkat operasional. Tingkat operasional akan berjalan jika ada rujukan kebijakan dan strateginya. Pola tersebut lebih banyak membangun barang jadi (produk) atau infrastruktur atau sarpras, namun siapa penjamin untuk memberdayakan (utilisasi) produknya agar memberikan sumbangan besar tercapainya kepentingan nasional? Bagaimana pola pembangunan bisa berjalan, tanpa arahan kepentingan nasional yang akan menurunkan kebijakan dan strategi nasional. Logikanya turunan strategi nasional dan kebijakan akan diturunkan lagi kedalam pola pembangunan dan kegiatan lain per departemen. Pola kegiatan apapun akan berjalan baik jika dan hanya jika (iff ~ if only if) “hadir” komitmen dan kepemimpinan nasional mengacu kepada visi nasional atau kepentingan nasional yang terdokumentasikan.

Komitmen nasional yang mengontrol bekerjanya semua strategi instrumen kekuatan nasional (pemangku strategi instrumen kekuatan nasional adalah Menteri terkait).Komitmen yang menunjukkan kekuatan strategik terpadu dan unik untuk didemonstrasikan dan dipromosikan keluar.Komitmen nasional yang mengikat keinginan bangsa dan negara dan menyatukan elit nasional untuk melebur, menyatu dan berfikir keras memproses muatan kepentingan nasional menuju obyektifnya atau tujuan nasional dengan ukuran capaian yang ditetapkan.

Apa yang dibahas diatas, kebanyakan dalam kondisi yang menguntungkan, yakni masa damai, tanpa krisis yang muncul atau darurat. Kondisi damai dan tenang yang menguntungkan dan memudahkan elit pengambilan keputusan nasional untuk segera merespon setiap situasi yang muncul dan meng ”update” srategi keamanan nasionalnya. Didunia nyata para elit akan lebih banyak mengalami situasi non-kondusif dan diluar bahasan sebelumnya seperti situasi krisis, darurat bahkan penangkalan (deterrence). Bisa berbentuk ekstrim dalam suatu seri krisis, darurat atau penangkalan berturut-turut atau bolak balik dari krisis kedamai, penangkalan, dan memusingkan Dewan keamanan nasional tentunya.

Strategi keamanan nasional perlu memiliki acuan berupa “perangkat lunak”[52]yang membantu pengambil kebijakan nasional beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan kapabel memberikan isyarat “peringatan dan tanda penyimpangan” relatif terhadap pelaksanaan strategi keamanan nasional. Cara atau pendekatan yang berurutan (orderly) untuk mengembangkan strategi keamanan nasional (yang sudah ada) menghadapi dinamika situasi krisis atau darurat menjadi lebih menguntungkan. Dibawah ini teknik pendekatan yang digunakan melalui plotting menue dengan sub-menue-nya mulai dari international context, domestic context, interest threats, resources, objectives, strategies / plans untuk membantu menjawab isu diatas tersebut.

Fig # 4. Sub-menue international context[53]

dengan sub-subnya yang akan dikembangkan.

x

(Hint:untuk sub-menue tersebut ,dan menue lainnya tidak dijelaskan lebih lanjut, mengingat panjangnya bahasan).

Perhatikan Critchlow menempatkan sub-menue “interest threats” menunjukkan kesepakatan bahwa ancaman serius atau ancaman nasional dihitung relatif terhadap gangguannya terhadap kepentingan nasional. Ancaman diluar kepentingan (misal : individual,dll) ditempatkan dalam daftar ancaman Kamdagri. Dengan cara intelektual seperti ini, dan analisis semua sub-menue, didapat simpulan umum dan prioritas pilihan penggunaan sumber daya dan strategi intrumen kekuatan nasional yang digunakan sekaligus memberi masukan Dewan Keamanan Nasional guna up-dating NatSecCon (natinal security condition).

Dalam kehidupan berdemokrasi, komitmen ini kapabel mengikat semua elit bangsa untuk sejenak melupakan kepentingan kelompok, golongan atau partainya dan melebur menyatu dalam kepentingan yang sama yakni kepentingan nasional. Tanpa kepentingan yang sama, semua isu nasional sekecil apapun akan mudah dibelokkan menjadi isu politik, kelompok atau golongan, kelembagaan, infrastruktur, partai, atau paling buruk digunakan sebagai perangkat pemukul kelompok lainnya. Tanpa rujukan atau arahan yang jelas masing-masing instrumen kekuatan nasional akan berjalan sendiri – sendiri tanpa arah yang jelas, utamanya keputusan para pemangku strategi instrumen kekuatan nasional (para Menteri).

 

Kesimpulan

 

England has neither permanent friends nor permanent enemies; she has permanent interests.

Lord Palmerston

 

Ungkapan bangsawan Inggris diatas menunjukkan bahwa konflik dan krisis diawali dari bersinggungannya kepentingan—bersahabat (non-zero friends) atau berseteru (non-zero enemies) terjadi karena kepentingan[54]. Bahasan diatas memberikan gambaran sekaligus meluruskan konsep universal tentang (uniknya) strategi keamanan nasional dan kepentingan nasional apabila diadop RI yang tentunya akan mengikat bangsa dan negara secara pekerjaan atau profesi, dan didukung filosofis oleh doktrin dasar UUD 45 dan Pancasila. Naskah ini juga memberikan gambaran bahwa visi bangsa dan negara dapat disejajarkan dengan kepentingan nasional dan strategi–strategi nasional, sehingga ada baiknya paparan kandidat Presiden lebih ke kepentingan nasional (sebagai visi bangsa dan negara) dan strategi pencapaiannya (sebagai cara pencapaian  atau misi).

UUD 45 (pembukaan) sendiri telah mengisyaratkan kehadirannya sebagai  “fundamental of national goals” yang bersifat kokoh (robust) yang harus digapai dan bisa dicapai sampai kapanpun dilandasi fondasi seluruh strategi instrumen kekuatan nasional dan di-”orkestrakan” serta kerja keras strategi keamanan nasional. Diluar konsep strategi raya ini[55](grand strategy) ukuran proyeksi kekuatan yang tradisional dan teroskestra selama ini selalu didominasi oleh kekuatan militer dan ekonomi. Versus isu penangkalan, khususnya penggunaan opsi strategi penangkalan luwes (Flexible Deterrence Options)[56]menunjukkan kekuatan yang “keras” (hard-power) sangat memungkinkan dimanipulasikan dengan kekuatan “lunak” (soft-power)[57]seperti kekuatan non-militer dan non-ekonomi menjadi suatu kekuatan yang sangat ampuh merealisasikan promosi kepentingan nasional bangsa di dunia luar. Dapat dicontohkan dibawah ini aplikasi FDO misalnya Dep Kominfo dan atau Dept Perekonomian  dan atau DepHan dan atau Dept lainnya, masing-masing mengeluarkan beberapa opsi penangkalan luwes seperti dalam gambar dibawah ini [58] :

Fig # 5. Contoh opsi opsi yang bisa dilakukan

masing masing instrumen.

Opsi bagi Diplomatik

Opsi bagi Dep Kominfo

Opsi bagi DepHan

Alert and introduce special team (e.g., public diplomacy)

 

Reduce international diplomatic ties

 

Increase cultural group pressure

 

Promote democratic elections

 

Initiate noncombatant evacuation procedures

 

Identify the steps to peaceful resolution

 

Restrict activities of diplomatic missions

 

Prepare to withdraw or withdraw US embassy personnel

 

Take actions to gains support

Promote US policy objectives throught public policy statements

 

Ensure consistency of strategic communication themes and messages

 

Encourage Congressional support

 

Gain US and international public confidence and popular support

 

Maintain open dialogue with the news media

 

Keep selected Issues as lead stories

Increase readiness posture of In-place forces

 

Upgrade alert status

 

Increase Intelligence, surveillance and reconnaissance

 

Initiate or Increase show-of-force actions

 

Increase training and exercise activities

 

Maintain an open dialogue with the news media

 

Take steps to increase US public support

 

Increase defense support to public diplomay

 

Increase Information operations

Referensi: Ibid, Halaman A-1, A-2, dan A-3. Masing-masing opsi pilihan yang digambarkan diatas, hanyalah gambaran bagian kecil bagi masing – masing instrumen kekuatan nasional, masih banyak pilihan yang tidak dicopy disini (diplomatik hanya 9 item  yang dicopy, Kominfo hanya 6 item, dan Dephan hanya 9 item, masih banyak lagi item lainnya sebenarnya masih namun tidak dicopy) dan baru menggunakan tiga (3) instrumen kekuatan nasional, belum penggunaan MIDLIFE + Maritim. Aplikasi dilapangan, misal untuk penangkalan tingkat 4, Diplomatik melaksanakan hanya 2 opsi, Kominfo hanya 3 opsi dan Dephan, hanya 2 opsi, Dept-depart lainnya hanya 3 opsi, dst. Meningkat tingkat penangkalan 3, kombinasinya tentu akan lain, tekanan dan kekuatannya jauh lebih tinggi, dan  WanKamNas-lah  yang mengaturnya.

 

Tes hasil melalui olah main yuddha (war-game) kasus Sipadan dan Ligitan, Ambalat, Tj Datuk, penyadapan tilpon oleh Australia, pelanggaran wilayah RI oleh Australia beberapa kali, dll, bahkan isu sebelumnya—boleh jadi hasilnya jauh berbeda dengan kenyataan keputusan yang sudah pernah diambil. Olah main yuddha tersebut dirujuk dengan skenario berbasis kepentingan nasional dan opsi penangkalan luwes (FDO) dengan para pemain dari semua instrumen kekuatan nasional, termasuk instrumen militer saja.Bisa saja diawal penangkalan dimainkan hanyalah DepKominfo dan Diplomatik yang berjuang bersama-sama, meningkat mulai menggunakan Angkatan dengan berpatrolinya komponen laut (kapal TNI-AL).Meningkat statusnya, ditambah dengan komponen[59]kekuatan Darat (TNI-AD dan Marinir) untuk membina teritorial wilayah tersebut dan patroli udara yang intens dengan catatan semua komponen TNI benar-benar siap dengan AP (aturan pelibatan) yang berbeda jauh muatannya dengan AP ditingkat atas. Pelibatan tingkat atas dikatagorikan “rule of conduct” (ROC) dan ditingkat pelaksana/pelibatan terbawah dikatagorikan “rule of engagement” (ROE). Di-tingkat ROC bicara if-then-else, sedang ditingkat pelaksana lapangan atau ROE, algoritma-nya sungguh singkat, yakni if-then-shoot/not shoot[60]. Sungguh sangatlah keliru besar kalau muatan AP sama semua dari tingkat Komando atas sampai kebawah[61].

Sedangkan penggunaan aset proyeksi kekuatan nasional mungkin bisa diutilisasikan dalam bentuk “keras” dan “lunak”[62]. Kesanggupan (ability) suatu negara bangsa (sebenarnya) untuk memproyeksikan kekuatannya kesuatu area (area masalah) bisa diujudkan dalam bentuk pengungkitan diplomatik yang effektif, mempengaruhi proses pengambilan keputusan fihak yang berseberangan dan bertindak menggunakan instrumen kekuatan yang potensial untuk mempengaruhi perilaku “pihak tertentu”[63]. Bisa tunggal atau dikombinasikan dengan strategi instrumen lainnya dan merupakan seni bagi Ketua Dewan Keamanan Nasional untuk bermain (game) mempengaruhi aktor lainnya. Konsep strategi keamanan nasional tersebut menunjukkan bahwa pemangku strategi instrumen kekuatan nasional dituntut (harus) benar-benar kapabel (strategic leader’s capable)[64] memadukan semua sumber daya yang dimilikinya dalam bentuk strategi keamanan nasional (apabila situasi hubungan antar aktor mulai meningkat menjadi krisis dst ~ bisa digunakan konsep FDO) bersama–sama strategi instrumen kekuatan nasional lainnya. Ketrampilan sebagai seorang pemimpin strategik merupakan tuntutan profil elit nasional yang harus dikuasai dan dimengerti benar–benar, tidak peduli siapapun juga asal muasal pemangku tersebut baik dari parpol, non-parpol dan akademisi. Oleh karena para pemangku[65]adalah kelompok birokrat yang akan diawasi dan bekerjasama dengan anggota Parlemen, ada baiknya pembagian fraksi di Parlemen fokus (mengutamakan) dan paralel pembagian (jumlah) instrumen (dan sub instrumennya) kekuatan nasional yang dipilih pemerintahan baru, sehingga ada perimbangan kekuatan baik jumlah dan kualitas antara yang diawasi dan pengawas dan bobot masing-masing fraksi serta mengikuti prioritas program pembangunannya.

Masing-masing menjalankan perannya berbasis komitmen nasional bahwa mereka akan berjuang bersama-sama berorientasi pada kepentingan nasional yang benar-benar (sudah) hadir dan terdokumentasi, tidak lagi kepada kepentingan kelompok, kelompok besar bahkan koalisi. Koalisi mungkin sulit menciptakan fokus kepada suatu tujuan bersama.Parlemen dan birokrasi benar benar menunjukkan jati dirinya sebagai profesional yang komit kepada kepentingan nasional.Kelompok atau partai sebaiknya menjadi lembaga pendidikan politik yang terakreditasi dengan program studi yang paralel dengan strategi instrumen kekuatan nasional yang terbangun untuk meloloskan dan meluluskan personil terbaiknya menjadi (kandidat) elit nasional.

Jumlah dan jenis instrumen kekuatan nasional yang dipilih baik itu, PEM atau DIME atau MIDLIFE+Mar, merupakan inti dari Kabinet pemerintahan baru, setidak tidaknya diawal pemerintahan baru sudah ada kejelasan arah bangsa dan negara kemana akan dibawa. Lebih baik lagi kepentingan nasional bisa ditetapkan bersama parlemen + birokrat dengan segera, diawal pemerintahan baru—kabinet kepentingan nasional.



[1]     Mungkin definisi uji tes atau proper test lebih baik diganti dengan uji kapabilitas atau kompetensi profesi dan dewan atau tim yang menguji (penguji) yang ditunjuk benar-benar menguasai kompetensi profesi tersebut. Tim penguji seharusnya benar-benar tim yang berkualifikasi, atau sekurang-kurangnya mengerti kualifikasi profesi yang mau diraih kandidat tersebut.

[2]     Kouzes, James.M, dan Posner, Barry.Z, Jossey-Bass, Wiley & Sons, 2006, “A Leader Legacy “, hal 104.

[3]     Slenka, Stephen.D, LtCol USMC, October, 2007, US Army War Coll, “Strategy, National Interest, and Means to an Ends“, abstract, halaman v.

[4]     Visi didunia militer bisa disamakan dengan keinginan Komando atas, dengan demikian misi komando bawahan adalah mendukung tercapainya keinginan Komando atas. Misi komando bawahan adalah membantu (peran bantu) misi komando atas agar visi Komando atas tercapai.

[5]     “Strategic Management“, Daily Production Systems-ANS 440, PD French. Vision statement describes “future” state : “Who do I want to be?“, “Where do we want to go ?” Sdgkan pernyataan misi lebih membayangkan “masa sekarang” berorientasi perorangan atau organisasi, yakni menjawab: “Who are you?”, ”Why are you here”, “Why do you exist?”.

[6]     Unit-7 – Business Strategies, Lecture 01-Strategic context and terminology—missions….(P-1).

[7]     Organisasi tanpa visi (atau strategi, kepentingan, dll) akan berjalan rutin, tanpa tujuan yang jelas dan tanpa dinamika, inovasi maupun inisiatif akan semakin jauh…dan menjadi retorika belaka.

[8]     Hal ini akan menjadi tantangan staf atau pemimpin dibawahnya untuk membantu keras sang Pemimpinnya agar terwujud “impiannya”, bukan mengobral impiannya kemana-mana, namun staff tidak pernah berfikir keras untuk bagaimana mewujudkan keinginan sang Pemimpin. Sebaliknya Pemimpin haruslah menekankan dan mengontrol pekerjaan subordinasinya apakah mereka benar-benar membantunya. Pemimpin akan menciptakan visi sekaligus langkah berikutnya. Pemimpin bertanggung jawab kepada “produk” visinya. Kalimat visi bagi elit militer yang tepat, barangkali adalah kapabilitas (bukan modern, kualitas, maju, dll yang jauh lebih abstrak, tidak konkrit, dan tidak jelas, pilihlah kalimat yang lebih realistik), misalnya… 5 tahun lagi satuan tempur ini memiliki kapabilitas yang setara dengan negara x, dst. Dan kalimat singkat ini akan menggoyang semua sistem, lebih-lebih pendidikan dan latihan ~ konsekuensi visi adalah biaya. Jadi kalimat atau pernyataan visi bukan milik pemimpin saja, milik organisasi.

[9]     Kouzes, James. M, dan Posner, Barry. Z, Jossey-Bass, Wiley & Sons,2006, “ A Leader Legacy “, hal 108…the very best leaders understand that their key task is inspiring a shared vision, not selling their own idiosyncratic view of the world (pencitraan?)

[10]   Unit-7 – Business Strategies, Lecture 01-Strategic context and terminology —missions….(P-1).

[11]   Ibid,

[12]   Ibid,

[13]   Yarger, Harry. A, US Army War Coll, Monograph, February 2007, “Strategic Theory for the 21 St Century : The Little Book On the Big Strategy”, Bab-I, “Introduction“, halaman 1-2.

[14]   JP 1-02, 12 April 2001, DoD Dictionary of Military and Associated Terms. Kamus militer dan yang mengait, TNI perlu memiliki kamus seperti itu, setidak-tidaknya untuk menyamakan persepsi dan satu bahasa dalam ops gabungan.

[15]   Ibid,

[16]   Strategi semua instrumen kekuatan nasional itu diberi nama…strategi politik nasional,strategi ekonomi nasional, strategi pertahanan nasional (tergantung pilihan instrumen nasionalnya), dll. Perhatikan kata nasional diletakkan dibelakang kata strategi sangatlah beralasan mengingat strategi instrumen yang diemban bukan hanya fisik saja, namun termasuk juga sistem nilai yang terkandung didalamnya dan dipromosikan keluar.Strategi pertahanan negara hanya berbicara pertahanan “fisik” negara, tidak termasuk sistem nilainya. Berbeda dengan kata “sistem pertahanan nasional”, kalimatnya lebih menggaung dan lebih dipromosikan keluar, karena negara lain sdh terbiasa dengan terminologi ini, bukankah strategi nasional ini perlu juga diketahui negara lain ? Sinergi, sinkronisasi,dan integrasi perpaduan semua strategi nasional itu disebut strategi keamanan nasional yang akan mengamankan dan mengawal muatan kepentingan nasional agar bisa mencapai obyektif yang telah ditetapkan. Strategi keamanan nasional akan mengawal (dan berorientasi) tercapainya kepentingan nasional (keamanan yang lebih berorientasi keluar) bukan mengawal keamanan dalam negeri yang biasa disebut homeland security atau internal affairs saja.

[17]   Yarger, Harry. A, US Army War Coll, Monograph, February 2007, “Strategic Theory for the 21 St Century : The Little Book On the Big Strategy”, Bab-I, “Introduction“, halaman 1-2.

[18]   Jablonsky, David, US Army War College, Bab-I, “Why Is Strategy Difficult ? ”, Eds: J.Boone Bartholomees, Jr, US Army War Coll Monograph, 2012, “US Army War College Guide to National Security Issues : Volume-I, Theory of War and Strategy“. Seringkali orang mengungkap managemen atau strategi begitu sederhana pengertiannya….” bawa aja ke tujuan yang sudah ditetapkan”, selesai,  sesederhanakah itu penjelasannya.

[19]  Ibid,

[20]  Ibid,

[21]   Ibid, bab-II, “A Theory Stated : Strategy’s Logic“, halaman 5.

[22]   Pemangku Instrumen (atau jelasnya pemangku strategi instrumen) adalah Menteri  atau pejabat tinggi negara yang ditentukan, mungkin sebaiknya pemangku instrumen kekuatan lebih effektif bila memegang satu saj, tidaklebih dari dua instrumen kekuatan nasional — semakin banyak kepentingan yang tumpang tindih—ineffisiensi. Misal, Menhan, beliaulah yang akan menciptakan Strategi pertahanan nasional berbasis skenario kedepan yang paling “most likely”. Untuk mengawal kepentingan nasional akan di kontrol, dimonitor, dikawal terus menerus oleh strategi keamanan nasional dengan lembaganya yang disebut Dewan Keamanan Nasional, biasanya diketuai Kepala negara (atau orang keduanya), sdgkan sehari-hari di monitor terus menerus oleh Menhan. Kriteria keputusan nasional—NatSecCon(National Secuirty Condition) sampai dengan level 2 (dari 4,3,2), diijinkan ditentukan Menhan (kecuali veto Presiden), level 1 positif  langsung dipegang Presiden.

[23]   J. Boone Bartholomees, Jr, US Army War Coll Monograph, 2012, US Army War College Guide to National Security Issues : Volume-I, Theory of War and Strategy“,

—bab-II,” A Survey of The Theory of Strategy”, halaman 8. Meskipun politik dan diplomatik bisa digunakan bolak balik dan sama artinya, Boone kurang sependapat, dia melihatnya sebagai substansi yang berbeda, politik sebagai suatu kekuatan yang diciptakan khusus untuk isu domestik, sdgkan diplomatik  lebih digunakan untuk arena internasional dan isu luar negeri guna mempengaruhi kekuatan “lawan”, netral atau kawan. Pilihan terkini dari instrumen kekuatan nasional yang diberdayakan adalah MIDLIFE.Sbg negara Maritim, sebaiknya RI memanfaatkan instrumen kekuatan nasional maritim —MIDLIFE+Mar.

[24]   Dalam “deterrence” dua instrumen sekurang-kurangnya akan diorkestrakan, yakni diplomatik (pemangkunya Menlu) dan militer (laut, biasanya) dgn pemangku strateginya adalah Menhan — opsi paket detterence strategic ini biasanya disebut SDO (strategic deterrence options). Menlu dan Menhan akan bicara dengan bahasa isyarat yang sama, tidak ada “siapa” aktor penjuru penangkalan dan pemilik strategi penangkalan seharusnya adalah Ketua dewan keamanan nasional.

[25]   Ibid, halaman 19. Mengaitkan isu pertahanan secara ekonomik, atau biasa disebut ekonomi pertahanan menjadi kecabangan ilmu  tersendiri, disipilin ini membedakan output pertahanan dalam dua (2) katagori yakni, jaminan murni sebagai perangkat penangkalan (misal : kekuatan nuklir strategik) dan murni sebagai perangkat proteksi (misal radar pertahanan atau sistem peringatan dini serangan rudal jarak jauh), baca … Lifshitz, Yaacov, Israel, Jerusalem Institute for Israel Studies, 2003, ”The Economics of Producing Defense—Illustrated by the Israeli Case ”,  halaman 13.

[26]   Yarger, Harry.A, US Army War Coll, Monograph, February 2007, “Strategic Theory for the 21 St Century : The Little Book On the Big Strategy”, Bab-II, “ A Theory Stated : Strategy’s Logic“,  halaman 11-12.

[27]PH Liotta (Prof), pengajar di US Naval War College, dalam papernya, 2003, “Still Worth  Dying For National Interest And The Nature of Strategy”.

[28]   Thomas Aquinas adalah tokoh agama.Jus bellum iustrum (just war theory) adalah doktrin.Kepentingan doktrin ini adalah justifikasi selama perang dgn dua (2) kriteria tertentu.Pertamajus ad bellum (the right to go to war) dan kedua adalah jus in bello (right conduct in war), periksa Wilkipedia, ttg jus ad bello, dll.

[29]   Roskin, Michael. G, Proffesor, US Army War Coll, May, 1994, ”National Interest : From Abstraction To Strategy”, halaman 6.

[30]   H.Dorff, Robert “Robin”,  “Some Basic Concepts and Approaches in the Study of International Relations“.

[31]  “US Army War College Guide To National Security Issues,volume-II, National Security Policy and Strategy“, June 2012,

—ch2. Stolberg, Alan. G  “Crafting National Interests in the 21St Century”,  halaman 13.

[32]   Jablonski, David, Dr, US  AWC, Parameter, Winter 2002-03, “The State of the National Security State“,  halaman 4. Jablonski menjelaskan dengan gamblang sejarah dan rasionalisasi kepentingan nasional dan pengawalnya yakni keamanan nasional atau lengkapnya strategi keamanan nasional dalam journal Parameter tersebut..

[33]   Ibid,

[34]   Ibid,

[35]   Ibid,

[36]   Sepantasnya ancaman nasional relatif dihitung terhadap kepentingan nasional (the deadly threat), dgn kata lain matinya kepentingan nasional merupakan bencana bagi bangsa dan negara. Ancaman terhadap salah satu muatan kepentingan  nasional yang berkatagori ”vital” sama saja ancaman terhadap jantung manusia yang langsung mematikan (the deadly attacks) — ancaman nasional, dan si”pengancam” perlu dihadapi oleh strategi keamanan nasional. Oleh karena itu ancaman yang tidak mematikan yakni relatif diluar kepentingan nasional, dikelompokkan dalam isu keamanan dalam negeri (homerland security) saja, agar lebih efisien mengendalikannya.

[37]   Semakin besar peluang untuk mengatasinya semakin kecil prioritas dan berkurang seriusnya untuk dihadapi dan bisa dialihkan untuk dikatagorikan dalam golongan KamDagri saja.

[38]   Ada kaitannyadengan fig # 3, sub-menue interest threat yang akan menggambarkan analisis ancaman versus kepentingan nasional.

[39]   Roskin,Michael.G,US Army War Coll,May,1994, “National Interest: From Abstraction to Strategy”, halaman  1.

[40]   Joint Electronic Library’s Joint Encyclopedia.

[41]   Mastapeter,Craig.W,Senior Planning Officer, Civilian Dept of Homeland Security, Thesis US Naval Post-Graduate School, Master of Arts in Security Studies, Dec 2008, “The Instrument Of National Power:Achieving The Strategic Advantage in a Changing World”, halaman 120.

[42]   Slenka, Stephen.D, LtCol USMC, October, 2007, US Army War Coll, “Strategy, National Interest , and Means to an Ends “, Halaman 3, Slenka merefer tulisan Dennis M. Drew and Donald M. Snow, “Making Twenty-First Century Strategy : An Introduction to Modern National Security Processes and Problems “, Maxwell Air Force Base, AL: Air University Press, 2006, p.13. Selanjutnya Slenka menuturkan … Strategy relates means to ends and encompasses the process by which the means, expressed as instruments of national power (PEM,DIME,MIDLIFE+Mar), are employed to accomplish stated ends that are expressed as the national interests. Hint: pilihan instrumen bisa PEM, DIME , atau MIDLIFE, bagi RI sebaiknya menambahkan instrumen Maritim sebagai instrumen kekuatan nasional yang sangat potensial untuk diutilisasikan.

[43]   Ibid, abstract, baris pertama, halaman v.

[44]   Ibid, abstract.

[45]   Akhirnya akan mengerucut bahwa definisi visi dan misi ditataran nasional adalah kepentingan nasional dan strategi instrumen kekuatan nasional.

[46]   Fundamental of national of goals atau tujuan nasional yang hakiki atau mendasar atau akhir dari tujuan nasional ini dapat dianalogkan dengan cita-cita bangsa Indonesia sesuai dengan pembukaan UUD 45—suatu yang “never endings”.

[47]   Kepentingan nasional, selama ini menjadi retorika bahan pembicaran dimana–mana, di perguruan tinggi, atau seminar, namun kenyataannya kabur, tidak terdokumentasikan (tdk jelas legacy dan substansinya), tidak pernah menjadi agenda pembicaraan awal antar elit baik sipil maupun militer. Kepentingan nasional inilah yang akan menjadi rujukan pembangunan jangka panjang atau menengah, bukan dibalik rencana pembangunannya (PJPT, Repelita, dan RPJP, dll) dibuat terlebih dahulu namun arah atau tujuan nasional tidak jelas.

[48]   Rujukan Huntington yang mengatakan setiap kepala pemerintahan harus mendeklarasikan kepentingan nasional dan disetujui oleh Parlemen, berarti ada dua lembaga yang sama – sama mengerti akan berkolaborasi mengawal semua strategi instrumen dengan means masing masing menuju ends yang sudah disetujui bersama. Disisi lain perlu rujukan bagi manajemen nasional yang bisa dipakai untuk bekerja rutin, misal tanpa strategi pertahanan nasional, bagaimana bisa diciptakan strategi militer nasional yang jantung isunya adalah membangun kekuatan gabungan (“joint force structures” untuk operasi gabungan berbasis skenario pertahanan nasional). Bukan masing-masing Angkatan bekerja sendiri – sendiri yang akan berhitung kekuatan sendiri (force seizing dan force structuring), sehingga polanya sangat emosional, tanpa kriteria yang berorientasi kekuatan gabungan dan berbasis skenario pertahanan nasional—Angkatan akan berfikir maunya sendiri – sendiri, persis seperti eranya Menhan AS , Robert McNamarra dgn ketegasan pertanyaannya yang terkenal —how much is enough (berapa sih cukupnya) kepada para Komandan tempur lapangan?

[49]   Kebijakan (kalimat umum tentang apa yang kita inginkan) lebih superior dibandingkan strategi (kalimat umum tentang apa yang akan kita kerjakan), itulah bedanya. Policy (what we want to do) sedangkan strategy (what to do).

[50]   Yarger, H Richard dan Barber, George. F, “The U.S. Army War College Methodology for Determining
In­terests and Levels of Intensity
“, Diambilkan dariDepartment of National Security and Strategy, Directive  Course 2:  “War, National Policy & Strategy” (Carlisle, PA: U.S. Army War College, 1997) halaman 118-125.

[51]   Ibid,

[52]   Critchlow,C.L, Lt Col, USAF, April 1992, National War College, Individual Research Project, “Pursuing the National Interest: A National Security Strategy In A New World Order “,  halaman 6.

[53]   Ibid,

[54]   Artinya tidak ada zero friend atau zero enemy.

[55]Grand strategy atau strategi raya adalah semua instrumen dan kegiatan strategi serta kebijakan di-wilayah pengambilan keputusan elit nasional.

[56]   Opsi ini bisa berbentuk tunggal dilaksanakan oleh satu Angkatan inipun diawal penangkalan (NatDet Con – level 4/national deterrence condition) yakni Angkatan Lautnya, dan bisa ditingkatkan ditambah patroli Angkatan udara yang makin intensif , atau ditambah tekanan ekonomi dan perdagangan (mengurangi kuota,dll) di-tingkat 3 mungkin saja diperkuat pelaksanaan strategi ekonomi nasional dan diplomatik, dst. Pengaturan irama dan pelaksanaan yang dinamis serta hasil dan risikonya hanya  sanggup dimonitor dan dilakukan suatu Dewan (Dewan Keamanan Nasional), jadi tidak dikarenakan inisiatif salah satu atau dua atau semua Angkatan atau Deplu saja, atau Depkeu saja, masing-masing saja, aksi ini dibutuhkan bukan hanya sekedar menggunakan teknik koordinasi saja yang dilakukan oleh salah satu kantor Menko, namun lebih dari itu, yakni teknik positif  kontrol. Strategi penangkalan yang effektif bukan hanya didominasi atau diprakarsai atau dimiliki hanya oleh orang  Deplu saja,penangkalan adalah jaminan berlangsungnya kepentingan nasional, dan penangkalan adalah milik strategi keamanan nasional … dan khususnya isu yang dilakukan negara tetangga yang terang-terangan “nakal” barangkali sudah waktunya dilakukan olah main atau “game” FDO ini untuk memprediksi apa yang akan terjadi mendatang?

[57]   Nye, Joseph, Jr, pencetus ide dan penulis konsep tentang kekuatan lunak (soft-power).

[58]   Joint Pub 5-0, ”Joint Operation Planning“, Joint JCS, Dec 2006,  Halaman A-1, A-2, dan A-3.

[59]   Merujuk konsep gabungan untuk operasi stabilisasi wilayah.Komponen strategik sebagai inti kekuatan darat adalah Angkatan Darat dan Marinir.

[60]   Kasus penembakan terbunuhnya nelayan Vietnam oleh China baru-baru ini, menunjukkan bahwa aliran ROC dan ROE, hadir dengan baiknya bahkan sampai ke tingkat kapal nelayan China ..begitu terlatih dan siapnya mereka.

[61]   Ditingkat kebijakan , atau  non pelaksana pelibatan dan pelaksana pelibatan aturannya mestinya berbeda. Mestinya diatas (ROC) bicara garis besarnya, yang dibawah yakni unsur pelibat hanya bicara tembak atau tidak, tidak lagi hanya bicara mengamankan material dan personil saja, tetapi sistem nilai dan kepentingan nasional.

[62]   Kata Sashi Tharoor—India is fast becoming a superpower, not just through trade and politics, but through “soft-power”, its ability to share its culture with the world through food, music, technology. He argues that in the long run it’s not the size of the Army that matters as much as a country ability to influence the world’s hearts and minds. Sashi…after a long career at the UN, and a paralel as a novelist, Sashi become a member of India’s Parliament. He spent 10 months as India’s Minister for External Affairs, building connections between India and the world.

[63]   Mastapeter,Craig.W,Senior Planning Officer, Civilian Dept of Homeland Security, Thesis US Naval Post Grad School, Master of Arts in Security Studies, Dec 2008, “The Instrument Of National Power : Achieving The Strategic Advantage in a Changing World ”, halaman 260.

[64]   Ketrampilan ini benar – benar terdokumentasikan dalam buku pedoman kerja (orgaspros) dalam muatan obyektif / capaian yang dituntut , bukan dgn kata – kata seperti meningkatkan, mengoptimalkan, dll, namun dalam bahasa yang lebih konkrit dan terukur. Setiap pemangku jabatan akan dituntut capaiannya utamanya, bukan lagi sekedar sanggup (ability) menjalankan tupoksinya yang barangkali tidak terlalu sulit untuk dilaksanakan dan apabila berhasil mencapai ukuran capaiannya yang ditetapkan dalam orgasprosnya barulah disebut kapabel atau mampu  atau  lebih dari sanggup.

[65]   Sebaiknya pemangku strategi instrumen kekuatan nasional, benar benar memangku satu (1) jenis instrumen kekuatan nasional saja tidak merangkap lebih dari 1 instrumen (misal Politik,Diplomatik dan Pertahanan,karena cakupannya demikian luasnya~ inefisiensi), kontroler (bukan koordinator) strategi semua instrumen adalah Dewan Keamanan Nasional.

 

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Share via
Copy link
Powered by Social Snap