Oleh: Alman Helvas Ali
1. Pengantar
Angkatan Laut Amerika Serikat bersama dengan TNI AL baru saja melaksanakan kegiatan bersama bertajuk Naval Engagement Activity (NEA). Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kerjasama Angkatan Laut kedua negara, khususnya dalam interoperability. Melalui NEA, diharapkan kemampuan interoperability kedua Angkatan Laut akan lebih terasah dalam menghadapi berbagai tantangan tugas.
Dari konsep operasional Angkatan Laut Amerika Serikat, NEA mempunyai keterkaitan erat dengan Sea Power 21 yang mencakup Sea Strike, Sea Shield dan Sea Basing. Penjabaran beberapa item tersebut dilaksanakan melalui berbagai operasi dan latihan, baik secara unilateral, bilateral maupun multilateral, termasuk di dalamnya NEA. Tulisan ini akan membahas tentang manfaat pelibatan TNI AL dalam NEA.
2. Materi Latihan
Dalam hubungan luar negeri, Amerika Serikat membagi kategori negara-negara yang berhubungan dengannya berdasarkan kedekatan hubungan tersebut. Pembagian itu adalah sekutu (allies), sahabat (friend) dan mitra strategis (strategic partner). Klasifikasi kategori hubungan luar negeri diterjemahkan pula dalam aspek kerjasama pertahanan dengan negara-negara lain.
Sebagai kekuatan global, sudah merupakan kebijakan Amerika Serikat untuk menggelar berbagai operasi militer di berbagai wilayah dunia sebisa mungkin dalam bentuk koalisi atau multinasional. Untuk itu, merupakan suatu hal yang lumrah bila negara itu terus menjalin kerjasama pertahanan dengan negara-negara lain, termasuk dalam bentuk latihan bersama (combined exercise). Latihan bersama yang dimaksud dilaksanakan di semua kawasan dunia sesuai dengan pembagian komando geografis, termasuk di kawasan Asia Pasifik yang menjadi tanggung jawab US Pacific Command.
Di kawasan Asia Pasifik, agenda tetap latihan bersama Amerika Serikat dengan negara-negara kawasan di antaranya adalah RIMPAC, COBRA GOLD, CARAT, SEACAT, BALIKATAN dan TALISMAN SABRE. Sebagian latihan merupakan latihan multinasional (RIMPAC, COBRA GOLD), sisanya bersifat latihan bilateral. Dalam latihan-latihan itu, kegiatan yang dilaksanakan mencakup simposium, gladi posko hingga manuver lapangan.
Dari berbagai kegiatan, ada baiknya bila kita memahami bahwa semua materi yang disampaikan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat mempunyai keterkaitan dengan hal-hal sebagai berikut yaitu battlespace awareness, effect based operation, network centric warfare dan capability based planning. Pengetahuan tersebut sudah diterapkan dalam kegiatan operasional mereka sehari-hari dan sekaligus menjadi pengetahuan umum di lingkungan Angkatan Laut.
Tidak diragukan pengetahuan itu sangat banyak manfaatnya bagi TNI AL apabila diterapkan di sini, karena akan membantu berbagai operasi yang dilaksanakan untuk mencapai efek yang diharapkan, yaitu terciptanya deterrence. Terkait dengan hal tersebut, dibutuhkan kesiapan TNI AL untuk dapat menarik sebanyak mungkin ilmu dan pengalaman operasional dari Angkatan Laut Amerika Serikat. Meskipun Angkatan Laut Amerika Serikat adalah Angkatan Laut dengan proyeksi global, akan tetapi tidak berarti tak ada ilmu dan pengalaman operasional yang dapat diambil darinya.
3. Kesiapan TNI AL
Hubungan Indonesia-Amerika Serikat selama ini, seperti berjalan kurang ’mulus’ dalam bidang tertentu, khususnya menyangkut kerjasama pertahanan. Walaupun pada tingkat Angkatan Bersenjata hubungan kedua belah pihak berjalan baik, namun tidak demikian pada tingkat pemerintah dan parlemen. Kongres Amerika Serikat sampai saat ini masih membatasi kerjasama pertahanan dengan Indonesia terkait isu pelanggaran HAM. Kerjasama pertahanan yang terjalin antara kedua negara dari November 2005 sampai kini dapat terlaksana karena adanya waiver dari Menteri Luar Negeri Amerika Serikat yang harus diperpanjang setiap tahunnya.
Dengan kualitas hubungan Indonesia-Amerika Serikat yang kurang ’mulus’, agak sulit meraba pada kategori mana posisi Indonesia diklasifikasikan oleh Amerika Serikat. Apakah statusnya sahabat (friend) atau mitra strategis (strategic partner). Sudah dapat dipastikanIndonesia tidak dapat digolongkan sebagai sekutu. Untuk dapat meraba kira-kira di manaIndonesia dikategorikan, mungkin hal berikut dapat dijadikan salah satu referensi.
Selama ini, Amerika Serikat memberikan akses pendidikan bagi personel militer dari negara sahabat (friend) di beberapa lembaga pendidikan militernya dengan diberikannya kemudahan kepada mereka untuk mengikuti kelas non internasional. Artinya, kelas tersebut sebagian besar diikuti oleh perwira militer Amerika Serikat dan ada alokasi kursi untuk siswa dari negara sahabat. Dalam kelas para siswa dari negara sahabat diperbolehkan mengambil mata pelajaran sensitif seperti conflict theory di Naval Postgraduate School atau mengikuti pendidikan pasukan khusus JFK Special Warfare School di Fort Bragg, North Carolina.
Begitu pula menyangkut bantuan peningkatan kapabilitas, misalnya dalam bidang teknologi Angkatan Laut. Sebagai contoh, hanya ada lima negara yang mendapatkan lisensi penggunaan teknologi Aegis Combat System dari Amerika Serikat untuk digunakan pada kapal perang negara-negara itu, yaitu Jepang, Korea Selatan, Spanyol, Norwegia dan Australia. Dengan dipasoknya teknologi Aegis, kapal perang dari negara-negara punya mampu untuk melaksanakan interoperability.
Saat ini sepertinya status hubungan Indonesia-Amerika Serikat berada pada tingkat mendekati mitra strategis. Hal ini dicerminkan oleh pernyataan pemimpin kedua negara untuk bermitra dalam urusan keamanan internasional. Sebagai bentuk dari komitmen politik tersebut, dari sisi Amerika Serikat, di antaranya diterjemahkan dalam kerjasama pertahanan, termasuk kerjasama antar kedua Angkatan Laut.
Walaupun Kongres Amerika Serikat membatasi kerjasama pertahanan dengan Indonesia, namun TNI AL hendaknya memanfaatkan peluang sekecil apapun yang ada dari kerjasama yang terjalin. Terkait dengan NEA dan kegiatan-kegiatan sejenis ke depan, mungkin ada baiknya bila pemahaman terhadap battlespace awareness, effect based operation, network centric warfare dan capability based planning didalami oleh TNI AL.
Pendalaman dapat dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan di TNI AL, baik diskusi, seminar, briefing maupun diajarkan di lembaga pendidikan. Apalagi pengetahuan dimaksud sesungguhnya sudah didapat oleh beberapa perwira TNI AL yang berkesempatan belajar di luar negeri, sehingga mereka diharapkan dapat membagikannya kepada perwira lainnya.
Dengan demikian, ada dua manfaat yang dapat dipetik oleh TNI AL. Secara internal, TNI AL dapat mengikuti perkembangan pemikiran militer yang berkembang di negara lain dan diharapkan bisa diadopsi sesuai dengan kebutuhan TNI AL. Secara eksternal, TNI AL dalam berinteraksi dengan Angkatan Laut negara lain telah siap menghadapi konsep-konsep yang akan disodorkan oleh mereka.
4. Penutup
Interaksi TNI AL dengan Angkatan Laut negara-negara lain, termasuk Angkatan Laut Amerika Serikat akan senantiasa diwarnai oleh pertukaran ide dari kedua belah pihak. Terkait hal tersebut, sudah sewajarnya bila TNI AL mempersiapkan diri bukan saja untuk menyodorkan gagasan-gagasan, namun juga siap memahami gagasan-gagasan yang diajukan pihak lain. Oleh karena itu, pemahaman akan konsep-konsep seperti capability based planning dan sebagainya sepertinya tak dapat dihindarkan lagi. Pengetahuan seperti itu akan bermanfaat bagi TNI AL dalam operasional sehari-hari.