TINJAUAN DETERMINASI PUSAT KEKUATAN (CENTRE OF GRAVITY) DAN PROSES PERENCANAAN KAMPANYE MILITER

War is thus an act of force to compel our enemy to do our will”

Carl Von Clausewitz

 

PENDAHULUAN

Kampanye militer merupakan rangkaian dari beberapa operasi gabungan dan operasi lainnya yang dilaksanakan baik secara berurutan, serentak dan kombinasi keduanya untuk mencapai tugas pokok yang telah ditentukan oleh Komando Atas melalui tahapan kegiatan perencanaan untuk menentukan suatu keputusan melalui proses pengambilan keputusan militer/PPKM atau yang disebut dengan proses Biltus.[2]

Dalam proses perencanaan (biltus) kata kuncinya adalah Cara Bertindak (CB) untuk menjawab, paling tidak memfasilitasi konsep berpikir operational art dan operational design dari seorang CCDR (Pangkogab/Pangkogasgab) beserta staf, apakah opsgab dieksekusi secara berurutan, serentak atau kombinasi keduanya ?  Karena apabila Panglima dan staf kurang tepat dalam memutuskan CB  berurutan, serentak atau kombinasi keduanya, dapat dipastikan kesuksesan kampanye militer tak dapat diraih atau paling tidak mengalami perang berlarut dan kerugian massif. Di sinilah teori penentuan COG (bagian dari step Analisa Tugas) memegang peranan sangat krusial.

Hadirnya sebuah konsep dari penentuan pusat kekuatan (center of gravity) lawan dicetuskan oleh Carl Von Clausewitz (1 Juli 1780 – 16 November 1831) yang merupakan seorang tentara Prusia (Jerman) dan ahli militer terkemuka, yangmenekankan hal-hal yang vital dalam sebuah doktrin militer modern dan yang menghubungkan pentingnya Centre of Gravity dalam sebuah peperangan.

Amerika sang negara adidaya dan superpower pada akhirnya mengadopsi teori Centre of Gravitydalam merencanakan strategi perang dan diikuti oleh NATO serta  negara-negara sekutu lainnya setelah tidak mampu membendung semangat pantang menyerah yang ditunjukan oleh pejuang-pejuang Vietnam dan menjadi kekalahan pertama dalam sejarah perangnya sejak tahun 1945. Hal itu dapat dijadikan sebuah pelajaran penting apabila merencanakan operasi militer, Centre Of Gravity harus dilacakterlebih dahulu agar keunggulan dapat diraih. Sebaliknya jika melesetdalam “membidik”Centre of Gravity (dalam proses perencanaan) maka peperangan akan berakibat lebih buruk dan pastinya akan berlarut-berlarut, diibaratkan oleh para ahli ”Akan lebih baik jika tidak memiliki perencanaan dalam sebuah medan perang daripada salah dalam menentukan Pusat kekuatan lawan”.

CENTRE OF GRAVITY

“COG is a critical strength against which a successful attack is likely to be decisive. As a critical strength the COG acts as the hub of all power and movement. The destruction/degradation of COG is likely to hurt the enemy most and may even cause paralysis of his entire system of forces”

  1. Milan Vego

“Characteristic(s), capability(ies), or locality(ies) from which a nation, an alliance, a military force or other grouping derives its freedom of action, physical strength or will to fight”

                                                                                                            BR 1806

“The source of power that provides moral or physical strength, freedom of action, or will to act

JP 3-0

Tiga quote unquotediatas, cukup dapat mewakili definisi pusat kekuatan (centre of gravity), dengan kata kunci critical strength, tangible/intangible dan freedom of action. Ketika berbicara kekuatan kritis (critical strength), dapat dikatakan bahwa kekuatan kritis adalah COG. Takala berbicara tentang beberapa kekuatanyang sudah teridentifikasi (tangible/intangible), para perencana kampanye militer wajib menyimpulkan kekuatan mana (salah satu/salah dua) yang terpilih sebagai kekuatan kritis yang mengarah pada kebebasan bertindak (freedom of action) guna menunaikan tugas pokok (assigned objective) yang dibebankan.

Perlu dicermati dalam JP-03 (Joint Publication-03) yang dirilis oleh US Joint Chiefs of Staff, COG merupakan salah satu elemen penting dari operational design(sudah disinggung di atas), yaitu : objective, center of gravity (COG), line of operation (LOO), line of effort (LOE), and termination. Dimana elemen-elemen tersebut sangat berguna bagi keberlangsungan proses perencanaan kampanye militer yang berujung pada penciptaan CB.

Merupakan suatu hal penting dan mendasar dalam menentukanCentre of Gravity lawan, harus benar-benar diyakinkan bahwa “sasaran” adalah benar sehingga dapatmenghindari ambiguitas dan mempercepat proses kemenangan, sebab musuh juga akan mengenali Centre of Gravity dan akan mengambil langkah-langkah untuk melindunginya.

Beberapa ahli militer berpendapat bahwa Centre of Gravity dari suatu negara adalah ibukotanya. Mengapa? Karena ibukota merupakan pusat dari politik, sosial, ekonomi dan lain lain yang merupakan “tulang rusuk” tegaknya suatu negara berdaulat. Disamping itu juga, Carl Von Clausewitzmengurutkan prioritas dalam menyerang COG lawan sebagai berikut : [1] Hancurkan kekuatan militer, [2] Kuasai Ibukota yang merupakan pusat sosial ekonomi, [3] Serang aliansi musuh, [4] Serang yang menjadi isu public dan kepemimpinannya.[3]Clausewitz fokus terhadap kekuatan utama musuh, namun faktor-faktor yang mempengaruhi Centre of Gravity dalam era teknologi sekarang berkembang lebih luas. Aplikasi dari rumusan ahli militer Prusia (Jerman) tersebut kita bandingkan pada era setelah perang dingin (post cold war) – Dessert Storm di Kuwait, 1991, Kekuatan Aliansi di Kosovo, 1999, dan Operasi Iraqi Freedom, 2003. Ketiga operasi tersebut dibawah kendali dari negara superpower Amerika Serikat.

Campaign Principal Strategic Objective Centre of Gravity Function of Force
Operation Dessert Storm Kuwait 1991 1.To seek the complete withdrawal of Iraqi Forces from Kuwait

2.To liberate and secure Kuwait

3.If, necessary, to conduct operations to destroy Iraqi Armed Forces.

4.To promote security and stability in the Arabia/Persian Gulf Region

Strategic COG

Saddam Husein

 

Operational COG

Revolution Guard

To coerce Saddam Hussein to withdraw his troops from Kuwait
Operation Allied Force

Kosovo 1999

1.To demonstrate the seriousness of NATO’s opposition to aggression and it’s support for peace.

2.To deter Serbian attack and escalation in Kosovo.

3.To reduce Serbia’s military capabilities for waging wa against Kosovo

Strategic COG

Slobodan Milosevic

 

 

 

 

Operational COG

Serbian 3 Army Forces fielded in Kosovo.

To coerce Slobodan Milosevic to give up aggression in Kosovo.
Operation Iraqi Freedom 1.To remove the regime of Saddam Hussein.

2.To neutralize Iraqi military capacity and the potensial of it’s WMD.

Franks matrix of coalition key capabilities such as operational lines and slices such as Iraqi key Capabilities.

 

Strategic COG

Baghdad as the centre of power for Sadaam Hussein.

 

Operational COG

Republican Guard

To destroy power and influence of Saddam Hussein.

Dapat kita lihat dari perbandingan ketiga “aktifitas” tersebut diatas yang hampir mirip dalam memilih Centre of Gravity – tanpa memperhatikan strategic objectives atau strategic context. Pemilihan Centre of Gravity juga harus merupakan sebuah hal yang bersifat militer.

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1. Komposisi Military Centre of Gravity

Clausewitz yang mencapai pangkat Mayor Jenderal pada usia 38 tahun menekankan betapa pentingnya statement dan pemahaman dari seorang pimpinan bahwa keadaansetiap peperangan itu berbedadalam menerima kenyataan yang bertujuan untuk mencapai victory of war salah satunya bahwa Doktrin yang dimiliki tidak dapat meningkatkan kemampuan perang suatu pasukan.[4]

Jauh sebelum pemikiran Carl Von Clausewitz, Sun Tzu yang merupakan seorang ahli militer dari daratan Cina, telah merumuskan ilmu pusat kekuatan musuh, namun tidak dinamakan Centre of Gravity. Pada masanya, ia menekankan akan pentingnya fokus dalam menyerang sesuatu yang “lebih” apabila menyerang musuh. Selain itu “diplomasi” dalam berperang merupakan sesuatu hal yang dapat mempersingkat peperangan daripada bertempur di medan perang. Layaknya Carl Von Clausewitz, Sun Tzu  merumuskan beberapa hal yang menjadi prioritas dalam menyerang kekuatan musuh antara lain; [1] Serang strategi musuh, [2] Kacaukan aliansi, [3] Serang kekuatan militer, [4] Serang kota musuh.

 

PENTINGKAHCENTRE OF GRAVITY?

            Dalam penerapannya,Centre of Gravitymempunyai beberapa prinsip dasar diantaranya meningkatkan secara siginifikan penggunaan kekuatan agar dapat menyelesaikan proses operasi militer secara tepat dan singkat.Pemahaman penting dari Centre of Gravitydapat diamati dari pengambilan tindakan yang tepat secara objektif, menyeluruh dan ekonomis dalam usaha yang digunakan. Kunci dari keberhasilannya adalah mampu menentukan COG sendiri untuk dilindungi maupun menentukan COG musuh untuk diserang dengan segala kekuatan yang dimiliki.

Musuh tidak akan menyerah begitu saja apabila kekuatan dari Centre of Gravity-nya tidak benar-benar dihancurkan, seperti menyerang ibu kota negara musuh, menyerang pusat logistik dan “mempengaruhi”  warga negara musuh yang bertahan melawan agar kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah. Akan tetapi keberhasilan dalam suatu peperangan akan lebih pasti apabila musuh dilapangan dapat dihancurkan. Jika negara penyerang memiliki keterbatasan dalam beberapa aspek militer, negara tersebut harus berusaha untuk menyerang objek fisik sebelum menyerang Centre of Gravity dari musuh.

IDENTIFIKASI CENTRE OF GRAVITY

Level identifikasi COG dari pihak/negara yang berkonflik yaitu; [1] Strategic level, pada umumnya COG bersifat abstrak, sebagai contoh: dukungan transportasi publik (the adversary’s public support), kekuatan tujuan politik (the strength of political purpose), Kohesifitas sebuah aliansi (the cohesion of an alliance). COG pada strategic level bisa jadi tidak semata-mata terakses langsung kepada garis operasi militer (military line of operation);[2] Operational Level . Pada level ini COG terlihat secara fisik dan dapat diserang. COG tergantung dari konstektual, lingkungan dan aktifitas militer yang dapat diantisipasi. COG pada level ini yang sering kali digulirkan pada beberapa proses PPKM Kampanye militer Kogab/Kogasgab TNI, terutama pada langkah krusial Analisa Tugas Pokok (kegiatan analisa tentang musuh). Kata kuncinya adalah menemukan beberapa elemen penting dari sistem musuh dimana mereka dalam proses perencanaan militernya sangat tergantung dari elemen-elemen tersebut. Bahkan mungkin, seorang Panglima tidak/belum menemukan COG tunggal musuh yang nyata, tetap dapat fokus dan berkonsep guna memperoleh hasil pertempuran yang diharapkan; [3] Tactical Level. COG pada level taktis terlihat sebagai kemampuan atau kekuatan yang dapat dipengaruhi melalui pelibatan yang ditetapkan melalui skala waktu yang terbatas.

Cara identifikasi tak lain adalah melalui kombinasi input intelijen dan pertimbangan militer. Pada level strategis, Dinas Intelijen memegang peranan penting dalam mengidentifikasi COG lawan pada level strategis. Idealnya, staf intelijen  melakukan apresiasi intelijen untuk kontribusi informasi kepada Panglima dan Staftentang COG musuh level operasional, meskipun demikian penentuan akhir merupakan kombinasi dari beberapa sumber yang berbeda.

 

DETERMINASI DAN MATRIK ANALISA CENTRE OF GRAVITY

Di dalam menganalisa suatu COG musuh maupun sendiri terdapat aspek mutlak yang perlu dipertimbangkan antara lain; [1] Critical Capabilities (CCs)/ Kemampuan Kritis, [2] Critical Requirements (CRs)/ Kebutuhan Kritis, [3] Critical Vulnerables (CVs)/ Kerentanan Kritis, dan [4]Decisive Points (DPs)/ Titik-titik yang menentukan.

1.Centre of Gravity (COG)

Karakteristik, Kemampuan, Lokasi dari suatu negara, aliansi, kekuatan militer atau kelompok yang menggambarkan kebebasan bertindak, kekuatan fisik, keterpaduan dalam berperang.

2.Critical Capabilities (CCs)

COG apa yang dimiliki oleh suatu negara, aliansi, kekuatan militer atau sipil? terdapat kebebasan bertindak, kekuatan fisik dan keterpaduan dalam berperang.

3.Critical Requirements (CRs)

Apa yang diperlukan untuk efektifitas seperti COG- Kondisi, Sumber Daya,  Karakteristik atau pengaruh?

4.Critical Vulnerabilities (CVs)

Apa hubungan kelemahan dengan kondisi, Sumber Daya, Karakteristik, Kemampuan, atau pengaruh dimana COG dapat dinetralisir atau dipengaruhi.

COG Lawan – Serang CVs

COG Kawan – Puaskan CRs, lindungi CVs

Sedangkan Decisive Points (DPs)/ Titik-titik yang menentukan bisa berupa: gambaran geografi suatu lokasi, momen penting yang spesifik, factor kritis. Yang apabila dieksploitasi/dilindungi akan memberikan kontribusi positif bagi Panglima untuk meraih kemenangan dan itu tetap tidak terlepas dari COG itu sendiri.

– Contoh 1 Analisa COG

 

 

 

 

 

Situasi: Negara “A” dan “B” dalam konflik bersenjata terbuka

Negara “A” memiliki Angkatan Laut yang sangat kuat namun secara relatif lemah di Angkatan Darat dan Angkatan Udara. Negara musuhnya “B” memiliki Angkatan Darat kuat namun sangat lemah Angkatan Lautnya. Negara “A” telah menginvasi  sebuah pulau Negara “B” (Rambo Island).

Anda adalah CCDR di level operasional (Pangkogab/Pangkogasgab) Negara “B”, identifikasikan COG, CCs, CRs dan CVs Negara “A” pada operasional level guna mengambil alih kembali Rambo Island dari Negara “A”.

Kemungkinan solusi adalah:

  • Negara “A” memiliki AL yang kuat, teridentifikasi sebagai COG Negara “A”
  • Apa yang membuat COG Negara “A” mampu mengontrol sea lines communication (LoC) dan mencegah pengambilalihan kembali Rambo Island dari Negara “A”: ini adalah CCs Negara “A”.
  • Agar dapat beroperasi secara efektif, Negara “A” sangat membutuhkan mempertahankan faslabuh untuk keperluan armadanya, logistic dan perbaikan: ini adalah CRs Negara “A”.
  • Dimana CVs nya adalah kerentanan terhadap serangan pasukan darat dan udara dari Negara “B” (karena lemah di Angkatan Darat dan Udara).

 

Matrik analisa :

1.  COG Negara “A”

 

Angkatan Laut

2.     CCs Negara “A”

Kemampuan kritis untuk dominasi SLOC terhadap perairan Rambo Island, guna menolak aksi ambil alih Rambo Island dari Negara “B”

4.  CVs Negara “A”

Kerentanan pelabuhan/faslabuh terhadap serangan darat dan udara

3.    CRs Negara “A”

Mempertahankan eksistensi pelabuhan sebagai sarana shelter, dukungan logistic dan perbaikan armada.

Dengan demikian CCDR (Combatant Commander/Pangkogab/Pangkogasgab) Negara “B” berangkat dari matrik analisa COG di atas, sudah dapat dipastikan bagaimana berproses dalam perencanaan kampanye militernya, spesisfik pada langkah analisa tugas (mission analysis),[5] untuk selanjutnya sebagai “modalitas” pemilihan CB (Cara Bertindak) terpilih dalam menjalankan kampanye militernya. Dalam hal ini apakah operasi udara gabungan, operasi laut gabungan, operasi amfibi atau operasi darat gabungan akan dilakukan secara serentak, berturut-turut atau kombinasi keduanya dalam rangka merebutkembali Rambo Island. Tentu saja dengan tidak meninggalkanteori matrik analisa COG di atas: COG lawan—serang CVnya; COG sendiri—puaskan CR sendiri, lindungi CV sendiri.

Dapat dijadikan pelajaran juga, bagaimana Jerman yang merencanakan penyerangan terhadap Norwegia (Operasi Weseruebung Nord) fokus dalam menghancurkan pelabuhan dan lapangan terbang terlebih dahulusebelum menyerang pusat kekuatan musuh sebaliknya militer Norwegia berusaha mempertahankan ibukota Oslo dan  bagian utara dari Norwegia.

 

“No one starts a war–or rather, no one in his sense ought to do so–without first being clear in his mind what he intends to achieve by the war and how he intends to conduct it.”

                             Carl von Clausewitz

                                                                                                                                                        On War

CENTRE OF GRAVITY DAN PPKM/PROSBILTUS

“No one starts a war–or rather, no one in his sense ought to do so–without first being clear in his mind what he intends to achieve by the war and how he intends to conduct it.”

Carl von Clausewitz – On War

Proses Pengambilan Keputusan Militer merupakan bagian dari proses perencanaan pada operasi militerdalam rangka memilih satu cara bertindak yang tepat dalam melumpuhkan kekuatan lawan dan mengamankan kekuatan sendiri. Proses ini melibatkan masing-masing satuandan menghasilkan suatu produk dokumen yang berisi tentang, “kapan dan apa” yang diputuskan, serta resiko, konsekuensi yang didapat dari hasil pengambilan keputusan tersebut. Pelaksanaan tata cara proses pengambilan keputusan tersebut diatur sesuai dengan strata masing-masing.Tujuan dari proses perencanaan itu semua adalah mendapatkan Cara Bertindak (CB) yang terbaik dalam rangka penyelesaian tugas pokok Komando Gabungan.[6]

Step penentuan COG sendiri dalam proses perencanaan masuk dalam langkah Mission Analysis (Analisa Tugas), yang merupakan langkah menentukan/penting untuk sisa langkah berikutnya. Langkah ini seharusnya dibutuhkan investasi/prosentase waktu yang lebih lama. Mengapa demikian?

Di berbagai latihan staffex, contohnya Cobra Gold Exercise (yang masih menggunakan referensi JP-03 untuk prosbiltus) pembahasan tentang penentuan COG, Decisive Points dan Critical factors merupakan momen yang krusial dan membutuhkan efektifitas waktu yang cukup lama. Dan hasil dari itu sangat menentukan untuk langkah berikutnya, yaitu pengembangan dan keputusan course of action (cara bertindak) dalam skema operational art dan operational designguna mendapatkan hasil (ends) yang diharapkan.

Penentuan Centre of Gravity berbanding lurus terhadap Proses Pengambilan Keputusan yang dilaksanakan olehTNI. Penentuan Centre of Gravity dapat dilaksanakan setelah menerima Direktif dari Panglima TNI dilanjutkan Analisa Tugas Pokok yang dilaksanakan oleh Pangkogas dan Asisten/Staf. Pada langkah ini para Staf harus merencanakan dan memberikan pertimbangan kepada Pangkogas dalam menilai situasi secara keseluruhan.

Asisten/Staf melaksanakan analisa tugas dengan memonitor perkembangan situasi intelijen terkini, hal tersebut dapat juga digunakan untuk menentukan kekuatan utama apa yang dimiliki oleh musuh dan faktor-faktor kritis apa yang dimiliki. Walaupun perkembangan situasi musuh dinamis, COG yang ada dinegara musuh sebagian besar tidak akan berubah baik itu fisik maupun non fisik.

 

 

 

 

 

 

 

 

Faktor –faktor kritis didalam analisa tugas pokok dapat menentukan jenis COG musuh baik itu yang berbentuk fisik (nyata) maupun abstrak (tidak nyata), dimana dari pembahasan diatas COG tidak hanya tertuju pada kekuatan militer yang tampak tapi dapat juga terletak pada hal-hal yang bersifat abstrak, misalnya; Semangat membela Kaisar dan tanah air pasukan Jepang pada saat Perang Dunia 2, moralyang tinggi dari pasukan Vietcong pada saat membendung Amerika yang menginvasi negara mereka dan kepemimpinan Saddam Hussein di Irak pada saat perang teluk 2 dan masih banyak contoh-contoh lain pada sejarah perang dunia. Setelah penentuan COG fisik ataupun non fisik, kemudian analisa berlanjut didalam menentukan perbandingan mana yang lebih kuat antara kedua faktor kritis tersebut dan menentukan mana yang lebih mudah diserang sehingga dapat mempersingkat operasi militer dan dapat menetralisir keadaaan dengan segera.

Begitu pula pelajaran yang bermakna dari Falkland War. Kunci keberhasilan dari pihak Inggris adalah keunggulan udara sebagai jalan mulus operasi berikutnya, operasi amfibi dan operasi laut gabungan. Disana terdapat ketepatan pihak Inggris dalam membuat perencanaanmatrik analisa COG baik sendiri maupun lawan. Inggris yang hanya mengandalkan 2 (dua) kapal induknya (HMS Hermes dan HMS Invincible) sebagai COG nya, mampu memperoleh keunggulan udara secara efektif. Dapat dibayangkan pada saat itu, Inggris hanya memiliki 34 jet tempur (harrier) onboard carrier, sedangkan Argentina (dengan COG system pertahanan di pulau-pulau Falkland) memiliki 220 jet tempur, tidak mampu mengeksplotasi CVs Inggris, bahkan lengah mempertahankan CVs sendiri dan kurang memuaskan CRs sendiri.

 

 

KESIMPULAN

Pangkogas dan Staf harus mengetahui dan mengerti konsep dari faktor kritis dan menganalisa COG musuh dan juga keadaan pasukan sendiri yang dapat mempersingkat waktu pelaksanaan operasi militer. Setelah hasil analisa dari penentuan cara bertindak  maka tugas-tugas didalam menentukan metoda yang akan digunakan dalam menempatkan pasukan akan lebih “terang benderang” dalam menyerang COG musuh maupun melindungi pasukan sendiri.

Pembuatan matrik analisa COG dalam proses perencanaan perlu mendapat perhatian khusus guna mendapatkan gambaran sequence kampanye militer agar tidak terjebak dalam peperangan berlarut dan kerugian massif di pihak sendiri.

Proses didalam menentukan faktor kritis dan COG tidak akan berhasil tanpa pemahaman yang baik tentang hubungan dari setiap langkah-langkah yang akan diambil. Apalagi pada masa depan, menganalisa faktor kritis dari musuh dan kekuatan pasukan sendiri akan lebih sulit, dikarenakan adanya penyebaran dari kekuatan militer maupun non militer yang dapat menyulitkan dalam penentuan Centre of Gravity.

 

REFERENSI

Carl Von Clausewitz. On War

Gary C. Peterson, Lieutenant Commander US. NAVY, Centre of Gravity ; A Most Important Concept Mostly Misunderstood, Chapter II)

Palmgreen, Anders, Centre of Gravity, Application and utility of the concept in the modern Art of War

Keputusan Panglima TNI Nomor KEP /266/IV/2013 Tanggal 5 April 2013 tentang Buku Petunjuk Pelaksanaan Proses Pengambilan Keputusan Militer (PPKM) Pada Perencanaan Operasi Gabungan dan Kampanye Militer

Keputusan Panglima TNI Nomor KEP /266/IV/2013 Tanggal 5 April 2013 tentang Buku Petunjuk Pelaksanaan Proses Pengambilan Keputusan Militer (PPKM) Pada Perencanaan Operasi Gabungan dan Kampanye Militer

 

 

[1] Kolonel Laut Tony Herdijanto, S.E., M.Sc. adalah lulusan AAL angkatan 42 tahun 1996  yang saat ini menjabat sebagai Komandan Pendidikan Lanjutan Perwira (Pusdiklapa) Komando Pendidikan Operasi laut (Kodikopsla) Komando Pembinaan Doktrin Pendidikan dan Latihan Angkatan Laut (Kodiklatal). Sebelumnya, beliau menjabat sebagai Komandan Lanal Ranai Lantamanl IV Koarmabar (2016)  dan Paban V STRAOPS, SOPS KASAL, MABES TNI AL (2014)

[2] Keputusan Panglima TNI Nomor KEP /266/IV/2013 Tanggal 5April 2013tentang Buku Petunjuk Pelaksanaan Proses Pengambilan Keputusan Militer (PPKM) Pada Perencanaan Operasi Gabungan dan Kampanye Militer

[3]Gary C. Peterson, Lieutenant Commander US. NAVY, Centre of Gravity ; A Most Important Concept Mostly Misunderstood, Chapter II)Hal2

[4]Palmgreen, Anders, Centre of Gravity, Application and utility of the concept in the modern Art of War, Hal 75

[5] Joint Publication-03, Joint Operation,USJCS, PPKM TNI

[6]  Keputusan Panglima TNI Nomor KEP /266/IV/2013 Tanggal 5April 2013 tentang Buku Petunjuk Pelaksanaan Proses Pengambilan Keputusan Militer (PPKM) Pada Perencanaan Operasi Gabungan dan Kampanye Militer

0 0 votes
Article Rating

Kolonel Tony Herdijanto, S.E., M.Sc.

View posts by Kolonel Tony Herdijanto, S.E., M.Sc.
Kolonel Tony Herdijanto
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Share via
Copy link
Powered by Social Snap