Taksiran biaya … selamat datang (pahlawan) CBA/CEA

–“Saving” programs will cause the costs of other programs to escalate dramatically as reduced business bases will increase overhead costs and lower production rates will increase direct costs [2].

No decisionmaker can sensibly claim to be comparing the cost and benefits of his decisions unless he has a clear and defensible notion about the meaning of “cost[3] .

Pendahuluan

Sama halnya Kementerian lain, militer menghadapi turbulensi anggaran. Memaksa pengelola anggaran militer berjibaku mengalokasikan anggaran guna kesiagaan alut sista. Kata Diana Angelis [4]any course of action, any decision, will exact a cost…cost is a measure of the consequences of our decision…anggaran cuma konsekuensi…so what? Bukan masalah kan? Penting tentukan obyektif masalah dulu, baru munculkan opsi proyek atau program, bukan mempertanyakan anggarannya dulu (konsekuensi rupiahnya). Biaya bisa juga menjadi benda atau isu yang mencurigakan, enggan dipertanyakan…suatu mythos. Pengalaman selama ini untuk melakukan kalkulasi perkiraan biaya (kalbia atau kir biaya), bukan masalah sulit, bahkan sederhana sekali.

 

Caranya, periksa program (apa saja) dengan (konsekuensi) biaya tahun lalu, tambah 10%–semudah itu? Kalau biaya hanya sekedar konsekuensi dukungan, mengapa yang di-Pjk adalah biaya? Bagaimana dengan performa, effektifitas, outcome atau manfaat kegiatan/ program/proyek secara phisik yang lebih esensial [5] malah diabaikan? Publik menuntut berapa sebenarnya manfaat, effektifitas, atau performa kegiatan dan berapa sebenarnya dukungan biaya setiap opsi pilihan? Prioritas solusi masalah adalah mencari alternatif kegiatan-kegiatan (given objective) dengan menaksir besar-nya (konsekuensi) biaya per masing-masing alternatif kegiatan itu. Naskah  membahas singkat ihwal taksiran biaya dan (mungkin) siapa personil yang terlibat [6], khususnya menaksir biaya (estimate cost) yang tidak mudah itu. Mislick & Nussbaum [7] mengatakan; keragu-raguan pemilik dana bisa saja meminta “penaksir-biaya” (cost estimator) memeriksa ulang taksiran, bila dirasa terlalu besar dan sulit diterima (affordable). Penaksir mencari data tambahan agar memperketat taksiran dan memenuhi syarat lengkap, wajar, kredibel, dan pembenaran analitik (completeness, reasonableness, credibility, analytically defensibility)[8]. Catatan: Angk laut AS mengembangkan teknik ini mulai tahun 1996, dengan pusat kajian di-NCCA (Naval Center for Cost Analysis)[9].

 

Tulisan membahas dan dibuka dengan vignet yang menggambarkan pentingnya taksiran biaya. Vignet-vignet menggambarkan isu yang berbeda satu sama lain, namun relevan dengan isu taksiran biaya di-pemerintahan [10]. Dampaknya beberapa proyek dilingkungan Angk laut AS ternyata bisa di-hemat biaya-nya, dan tidak mengurangi effektifitas program dan dampaknya terhadap program esensi lain. Era now, taksiran biaya parametrik (statistics regression) menjadi salah satu pendekatan popular [11] (dari 4 pendekatan lain) yang menggabungkan riwayat biaya masa lampau dengan sekarang. Secara umum, teknik taksiran dapat didekati dengan intuitif atau tradisional sampai sekarang, periksa gambar bawah ini. Bila tidak ada risiko dan ketidak pastian, maka alur model akan seperti dibawah ini:

 

Referensi: Gregory K. Mislick & Daniel A. Nussbaum (Keduanya Doctor, Dosen, Dept Opt Research, US NPS), Cost Estimation: Methods and Tools, (Wiley & Sons, 2015), halaman 283…bila risiko & ketidak pastian = nol.

 

Analisis biaya dirancang untuk menaksir anggaran suatu proyek/program/kegiatan beberapa tahun kedepan (taksiran Total Life Cycle Cost) dan dikontrol ketat kantor akuntansi nasional. Dua (2) kelemahan (seringkali) bagi penaksir, yakni underestimate (meremehkan) atau underfund (terlalu tinggi—rasanya dana kurang). Hadirnya dua (2) faktor ini tidak bisa dihindari. Besar kecilnya akibat kesalahan ini bisa dikontrol dengan menggunakan metrik factor pertumbuhan biaya (cost-growth factor~CGF) [12]. Metriks ini adalah rasio antara biaya akhir terhadap taksiran biaya—bila CGF < 1.0 artinya biaya akhir telah melampaui anggaran awal (yang ditetapkan).

Vignet 1. Taksiran biaya mendukung program pembangunan kapal baru. Sewaktu Angk laut AS membangun kapal-kapal besar, dengan konsekuensi anggaran yang begitu besar. Sebagai penaksir [13], saya ditantang menaksir biaya yang pantas (cost affordable) sesuai syarat diatas dan menemukan salah satu kesalahan—yakni (bila) kapal Angkatan laut dikerjakan didalam galangan bersama kapal lain sepatutnya beban overhead coast dibebankan bersama. Varian isu ini bisa saja bermacam-macam misalnya, bagaimana bila salah satu instansi membatalkan kontraknya—siapa yang akan menanggung?

Vignet 2. Taksiran biaya mendukung program Rudal jarak menengah. Meremehkan taksiran (undertestimate) adalah masalah besar, apalagi salah meletakkan komponen penting (komponen material; komponen biaya) dalam struktur system persenjataan (rudal). Dalam system rekayasa (system engineering), komponen dipecah secara hirarkhis dalam struktur saling bergantungan (setiap komponen memiliki biaya—material cost & labor cost, paling tidak) yang disebut WBSE (work breakdown structure element)[14] dan setiap komponen dihargai tertentu dengan biaya pemasangan, dll, (material & labor cost, pen). Meskipun sudah tertata dalam struktur; komponen itu bisa saja  hilang, biaya diatas kertas tetap diperhitungkan berjalan (overrun). Proyek Rudal dibagi dalam dua (2) bagian, sebut proyek A & B dan komponen yang dianggap penting (katakanlah sensor x) selalu menjadi prioritas dalam pengerjaan—lebih aman masuk ke-bagian A.

Saya lebih menyukai komponen penting tersebut dimasukkan dalam komponen biaya pokok (major cost component) dalam R & D bila seluruh biaya mengikuti kerangka total life cycle cost (R & D—investment—operational—modernisasi—disposal)[15], periksa gambar.

Referensi: Gregory K. Mislick & Daniel A. Nussbaum (Keduanya Doctor, Dosen, Dept Opt Research, US NPS), Cost Estimation: Methods and Tools, (Wiley & Sons, 2015), halaman 18.

 

Manajer penaksir biaya proyek membenarkan konsep ini (anehnya manajer mengaku sensor penting tersebut ada dalam proyek B). Saya khawatir terjadi kelambatan di-proyek B dan kelambatan komponen penting itu menunda semua proyek B, bahkan proyek A-pun bisa tertunda sedangkan biaya tetap diperhitungkan berjalan (overrun—terutama labor cost, pen)—biaya ekstra? Faktanya ada keterlambatan—kerugian karena dikeluarkannya biaya ekstra. Hal ini terjadi karena salah tetapan struktur material dalam proyek pemasangan rudal yang sudah ditetapkan (dari awal) ditambah terjadi kelambatan/tunda.

Vignet 1.3. Taksiran biaya program kapal besar (CLF/combat logistics fleet). Angk Laut AS paham pentingnya penganggaran CLF dengan cara tradisional, yakni  dikelola sendiri. Muncul ide cemerlang dengan cara “sewa jangka panjang” (long-term lease) dengan pihak galangan/pembuat kapal. Artinya galangan yang mengatur pekerjaan selama total life cycle cost. Saya dimintai kajian keabsahan (legal & finansial) [16] khususnya akun Operational & Maintenance untuk membayar sewa jangka panjang dengan paket anggaran untuk O & M bagi CLF [17]. Studi menyatakan tawaran itu bisa diterima—Angk laut bisa menghemat banyak. Killick & Nussbaum mendemonstrasikan 6 kasus Angk laut AS dalam bukunya dan makalah ini hanya memuat 3 kasus itu.

Kehadiran analisis biaya

Cost estimating is the process of collecting and analyzing historical data and applying quantitative models, techniques, tools, and databases in order to predict an estimate of the future cost of an item, product, program or task. Cost estimating is the application of the art and the technology of approximating the probable worth (or cost), extent, or character of something based on information available at the time.” [18]

 

Given the current budget crisis and the complex and uncertain security environment, the Department of Defense (DoD) is very focused on affordability [19].

 

RAND dianggap inovator konsep analisis biaya ini, dengan salah satu pakar, David Novick, dalam The Meaning of Cost Analysis, [20]… menyebut analisis biaya sebagai bagian system analisis. Dalam sidang pemilihan pesawat turbo-prop dan jet didepan para petinggi Angk Udara di Washington; disetujui pesawat pembom bermesin turbo-prop adalah dominasi pilihan. Hanya Jendral Curt LeMay menentangnya dan mengajak meninjau ulang analisis biaya. Pemilihan ulang di-lakukan di-Dayton bulan Desember berikutnya dan apa yang terjadi? Data biaya yang diperoleh dari Comptroller (semacam divisi system analysis Srena) Mabes Angk Udara dan telah diperiksa ulang oleh staff pangkalan Angk Udara di-Wright-Patterson. RAND sebagai tim yang dimintai bantuan, begitu yakin-nya akan keabsahan data tersebut. Ternyata hasilnya terbalik sama sekali, harga turbo-prop naik dua (2) kali lipat dan jet sebaliknya. Tim terkejud; sampai-sampai tim bersumpah bahwa tidak mau terulang lagi. Presiden RAND marah dan memerintahkan RAND harus kapabel dengan ketrampilan analisis biaya dan tidak lagi tergantung pada taksiran orang atau insititusi lain [21].

 

Kasus diatas bisa dijadikan contoh bagaimana memilih system atau struktur kekuatan militer atau kasus pilihan lainnya di-antara berbagai alternatif yang tersedia…dan bagaimana melakukan taksiran biaya? Biaya adalah komponen konsekuensi masing-masing pilihan yang tidak bisa diabaikan. Harus di-pahami (taksiran) biaya proposal yang telah ada dan harus sanggup berkompetisi dengan biaya proposal alternatif lain. Setelah dipasangkan dengan manfaat, performa atau effektifitas masing-masing—kemudian dibandingkan masing-masing rasionya [22]. Pelibatan kecerdasan analis militer diperlukan agar sanggup memberikan bobot performa atau kapabilitas atau effektifitas setiap pilihan system atau apa saja yang akan diakuisisi (pengadaan) dalam manajemen militer dan pengambilan keputusan dibandingkan sector pemerintah atau swasta [23]. Taksiran biaya untuk system senjata atau system yang akan dipilih menjadi sangat penting, bukan saja dikarenakan (biasanya) system yang baru bisa saja menjadi sangat mahal biayanya, tetapi kompetisi juga menjadi semakin tajam pertimbangannya. Tanpa ada kompetisi antar alternatif menyulitkan justifikasi—fairness? Justifikasi muncul setelah sanggup membandingkan biaya dan effektifitas per masing masing alternatif dan dipilih (harga rasio) yang menguntungkan. System senjata terdiri dari peralatan, ketrampilan, dan teknik, merupakan komposit yang membentuk instrumen tempur. System senjata lengkap; termasuk semua peralatan dan fasilitas yang mengait, material, jasa, dan personil yang terlibat dalam operasional system—sehingga instrumen tempur tersebut (berbasis teknik CBA atau CEA) [24] tampil sebagai unit yang kapabel melakukan pertempuran sesuai lingkungan atau skenario yang telah dibangun. Cara tradisional menaksir total biaya pembelian pesawat terbang selama ini hanya mencermati kerangka-nya, sekarang melibatkan semua komponen besar termasuk mesin dan biaya lainnya sepanjang usia pakai.

 

Studi sumber daya yang dilakukan serius ini (dari kasus diatas) nyata-nyata bisa membedakan antara turbo-prop (atau antara beberapa versi turbo prop) dengan jet murni, mengingat banyak versi turbo-prop maupun antar versi jet murni sendiri sebagaimana laiknya menghadapi kemungkinan beberapa versi perang udara atau anti udara. Melakukan studi seperti ini, tidak dibatasi system yang tersedia saja, bahkan dipertimbangkan kelanjutannya, seperti ketersediaan material system yang diminati—bisakah diadakan lagi atau harus beli atau harus kanibal dikemudian hari, dll. Bahkan bisa menentukan alternatif mana yag termurah (total cost) dalam kasus beli (bekas) dan digunakan dengan usia pakai yang tidak terlalu lama dengan obyektif masalah—beli murah sekali atau beli baru saja atau lepaskan [25]? Hal ini tentu menambah taksiran biaya dan merubah munculnya peluang pilihan. Pertimbangan faktor tidak dimilikinya material mendatang menambah kesulitan (sustainability—ini biaya juga, pen) dan mengurangi peluang untuk memenangkan pertempuran yang mungkin saja bisa berjalan lama. Era McNamara selaku Menhan (tahun 60-an—dengan slogan-nya …berapa sih cukupnya—how much is enough?, pen) [26] meresmikan pola progam pengambilan keputusan untuk memilih system atau senjata dilihat baik dari performa, effektifitas dan konsekuensi anggaran[27]. Sebagai rasionalisasi kerangka bantu pengambilan keputusan dan membantu memunculkan beberapa alternatif keputusan. Prakteknya, secara sistematik menemukan pilihan atau alternatif solusi (performa, effektifitas, manfaat, dll) [28] dengan diikuti masing-masing konsekuensi biaya—“boss” keputusan yang akhirnya menentukan pilihan (mau pakai: given fixed-cost atau given effectiveness atau given certain effectiveness (FOM-figure of merits)—at all cost)[29].

 

Cara tradisional dengan hanya 1 alternatif dan tanpa menampilkan besaran performa, dirasakan tidak terlalu adil (fair) kecuali effektifitas atau performa sangat dominan (suka—tidak suka harus memilih ini) [30]. Situasi seperti ini bisa terjadi bila pengambil keputusan tidak suka dengan kemunculan beberapa alternatif keputusan (ribet, repot, satu saja cukup, pen?)[31]. Semakin banyak alternatif yang muncul semakin memudahkan pengambil keputusan memilih mana yang mana terbaik atau mana yang cukup atau pantas dipilih dari sekian banyak alternatif dan mana yang paling effisien. Pasangan harga performa, effektifitas, manfaat atau ukuran lainnya per setiap alternatif dengan konsekuensi biaya masing masing itulah yang disebut analisis manfaat-biaya (CBA) atau analisis effektifitas-biaya (CEA)[32]. Revolusi system ini, menjadi rujukan sampai sekarang bahkan dalam system anggaran (budgeting) nasional yang disebut PPBS [33]. Proses ini sudah berjalan kl 40 tahun lamanya, disertai dengan juknis dilingkungan Kemhan AS dan masing-masing Angkatan atau Departemen (Kementerian)[34]—peran Irjen dan kantor akuntasi pusat (federal— GAO) kuat sekali untuk memeriksa keabsahan penggunaan teknik CBA atau CEA. Bagaimana sebenarnya alir proses memuat taksiran biaya per setiap alternatif isu yang akan diputuskan?

 

Dalam system akuisisi (pengadaan) [35] pertahanan nasional maka taksiran biaya adalah prediksi atau ramalan tentang biaya satu proyek, program, kegiatan mulai dari tahap riset, operasional, sampai dengan disposal…sepanjang usia pakainya (total life-cycle cost) dalam bingkai skenario perencanaan pembangunan kekuatan militer (force planning/force structure) kedepan dan dikontrol ketat…menjawab: sebandingkah effektifitas dengan konsekuensi biaya? Langkah pengadaan [36](baca acquisition, bukan investment) merupakan suatu paket lengkap dari awal pakai sampai disposal (selesai usia pakai). Memahami skedul program dan profil akuisisi sangatlah penting untuk membuat taksiran biaya—memahami hubungan performa/atribut system senjata dan biaya. Gambar dibawah [37], menunjukkan langkah-langkah untuk menaksir lebih cermat lagi. Langkah dalam gambar mengembangkan kejelasan kerangka pikir untuk melakukan taksiran biaya dan masing-masing langkah selalu diikuti dengan umpan balik mencheck dan test dengan langkah sebelumnya.

 

 

 

 

CBA atau CEA dilingkungan Militer

For every proposed program, initiative or decision point that is presented to decision makers, it is important to provide an accurate and complete picture of both the costs to be incurred and the benefits to be derived  [38].

 

Hal-hal mendasar yang perlu dipahami tentang biaya, (contoh) bila dalam operasi militer telah ditugaskan beberapa kapal, pesawat terbang atau pasukan disuatu mandala tempur, maka mereka itu semua (sebagai sumber daya) tidak bisa lagi digunakan untuk penugasan lainnya (pada saat yang sama). Artinya taksiran biaya setiap pilihan atau keputusan adalah taksiran manfaat yang seharusnya dapat diperoleh—“biaya ekonomik” adalah “manfaat yang hilang”. Faktor-faktor seperti ini sering digunakan dalam isu biaya sebagai “biaya alternatif” atau “biaya peluang” (opportunity cost) [39]. Konsep yang dikembangkan sekarang ini nampaknya beralasan dengan kepedulian isu biaya sebagai konsekuensi dukungan setiap alternatif kegiatan sama beratnya dengan kepedulian tentang manfaat atau effektifitas. Contoh sederhana dalam kasus pemilihan (pembelian-pun memilih juga, bukan?, pen) program [40] Rudal anti udara, pemeriksaan lebih dalam tentang komponen system anti udara ini memberikan isyarat betapa pentingnya pemeriksaan ini—potensialkah (seberapa jauh kapabilitasnya) menghancurkan (pesawat atau rudal) musuh? Secara umum suksesnya rudal menghancurkan pesawat yang menerobos area pertahanan udara dipengaruhi oleh tiga (3) factor, pertama jumlah penempatan rudal (distribusi posisi) yang bisa menjangkau penerobos (intruders). Kedua, probabilita rudal yang bisa ditembakkan saat penerobos masuk jarak tembak. Ketiga, bahwa (given) setiap rudal yang bisa meluncur, berapa probabilitas sanggup menghancurkan sasaran. Ketiga tiganya menjadi komponen rantai penghancuran (kill-of-chain). Ke-tiga tiganya harus memiliki harga yang maksimal untuk meyakinkan setiap rudal sanggup menghancurkan sasaran. Produk kill-of-chain (KOC) adalah harga perkalian ke-empatnya, dengan satu komponen saja tidak bagus harga akan menurun, misalnya: hadirnya kontrol rudal lawan yang kapabel (technology) membelokkan atau mengelabui atau menghindar dari anti rudal yang menuju kearahnya, maka harga kill-of-chain akan merosot turun.

Supaya harga ke-tiganya maksimal maka peran pendukung tidak langsung harus optimal, misal jadwal pemeliharan (sustainability), test peralatan, forensic, keandalan (reliability~probabilita system tidak rusak, pen), technology (jelas), modernisasi, dll. Dunia militer modern telah mengembangkan teori dan praktek CBA atau CEA ini dengan memasukkan konsep ekonomi yang diawali oleh ekonom Perancis waktu itu (kl 40 tahun lalu) dengan konsep yang disebut akuntansi biaya [41]. Jantung CBA atau CEA adalah effisiensi alokasi atau khususnya Pareto effisiensi. Berikut dikembangkan konsep CEA sebagai solusi versus komponen biaya yang tidak bisa di-nominalkan dalam uang tertentu.  RAND dengan inovasinya berbasis konsep ini mengembangkan konsep baru seperti Ekonomi pertahanan dengan maksud agar: [i] memberikan arahan kebijakan pertahanan (alokasi sumber daya nasional diantara misi besar atau sasaran militer nasional) dan [ii] memberikan arahan tentang investasi pertahanan (pilihan diantara alternatif proyek atau program untuk mencapai sasaran yang sudah ditetapkan). Tantangan signifikan penggunaan CBA dalam format pengambilan keputusan militer adalah mentransformasi obyektif tugas atau misi dalam format “manfaat”[42]. Kesulitan lain ditingkat strategik nasional adalah…dalam jangka panjang bisa terjadi dampak[43] yang bisa diukur dalam tingkat pertumbuhan ekonomik, perdamaian atau kesejahteraan. Konsep ini di-matangkan era Robert McNamara menjadi Menhan AS (tahun 65-an) dibantu Charles Hicth (RAND) yang memimpin divisi system analysis sebagai comptroller untuk memodelkan PPBS (Planning, Programming, and Budgeting System) dan model ini selanjutnya menjadi modul anggaran negara, dan kebetulan Hitch lama membantu RAND mengembangkan konsep ini[44]. Konsep berorientasi pada output kerangka penganggaran, dan patut dipahami bahwa PPBS bertumpu murni kepada konsep system analysis dan CBA militer untuk membangun belanja pembangunan pertahanan militer nasional.

 

CBA fokus pada kepentingan nasional dan pendukung-nya yakni keamanan nasional [45]. Bisa saja elit politik memanipulasi keputusan besar pertahanan nasional, namun CBA atau CEA militer tetap tumbuh pesat karena alasan ekonomik, transparansi dan akuntabilitas[46]. Untuk memperjelas bagaimana konsep ini dijalankan, berikut didemonstrasikan contoh penggunaan CEA (Cost Effectiveness Analyses) [47]. Versus isu pembelian sista (system senjata), tentunya Kemhan akan melakukan pilihan. Isu pemilihan sista atau sistem (kapal, pesawat, K2, sensor jarak jauh, dan semacam itu) bergantung kepada effektifitas dan biayanya. Effektifitas sista dapat didefinisikan (sederhana) sebagai skala kuantitatif yag sanggup mengukur performa system sehingga menjamin system tersebut bisa mencapai sasarannya (objectives) [48]. Pilihan system yang bisa mencapai effektifitas tertinggi dengan biaya yang termurah lebih diprioritaskan untuk dipilih. Isu pilihan sungguh rumit, karena harus mempertimbangan factor yang mendukung terdefinisinya skala atau ukuran effektifitas ini. Konsep effektifitas sangat kuat kaitannya dengan definisi kapabilitas, namun tidak dibahas lebih dalam disini [49]. Effektifitas meriam bisa dillihat (didefinisikan) dari probabilita kena (hit) yang disebabkan karena bentuk sasaran (bulat, segi empat, ekliptik) dan perbedaan masing masing pelurunya (beda volume isian, beda berat massa proyektil, dll) atau kalau dimudahkan bisa digantikan dengan skala radius kerusakan (lethality) terbesar, menengah, dst. Negara X akan melakukan pengadaan (akuisisi) meriam lapangan bagi AD dengan menggunakan konsep CEA (konsep yang lebih rumit dibandingkan CBA) sebagai berikut.

 

Dua (2) alternative digunakan, pertama (Alt – 1, $ 37.500,) tetap menggunakan Meriam lapangan lama dengan performa yang masih terbukti bagus atau membeli Meriam baru (Alt – 2, $ 70.000,)[50]. Ukuran effektifitas yang ditetapkan adalah performa menghadapi tiga (3) jenis sasaran (T), yakni T1, T2, dan T3., dengan keterangan T1 adalah pasukan infantry berdiri, T2 adalah infantry yang sedang berlindung dan T3, adalah meriam yang sedang ditarik. Sasaran berada di peta dengan skala 100m x 100m. Bila probabilita kena tembak masing sasaran adalah .5, .35 dan .15 oleh masing masing alternatif Meriam tersebut (dibuat sama agar mudah, pen?) dan radius kerusakan masing sasaran adalah 15m, 9m, dan 4m bagi Meriam G1 dan radius kerusakan akibat meriam G2 adalah 20m, 15m, dan 8m. Diharapkan untuk mencapai 50% kerusakan saja bagi G1 dan G2, dibutuhkan waktu 3 menit untuk sasaran pertama dan kedua, dan 5 menit untuk sasaran ketiga.  Laju penembakan (rates of fire) masing-masing Meriam adalah 7 dan 4 peluru per menit. Sasaran diarahkan ditengah lebar sasaran, dan ditabelkan sebagai biaya dan data operational sebagai berikut:

 

 

 

 

Jumlah Meriam yang dibutuhkan per setiap jenis untuk merusakkan 50 % sasaran sebagai berikut [51]:

 

 

Catatan: baris pertama… jumlah Meriam G1 yang dibutuhkan adalah . 76 unit dengan peluru yang ditembakkan sejumlah 16 versus T1,     dibandingkan G2   yang dibutuhkan sejumlah  . 75 unit dengan peluru yang ditembakkan sejumlah 9 versus sasaran yang sama yakni T1. Analog arti dibaris kedua, dst.

Untuk membandingkan effektifitasnya, kriteria yang digunakan adalah Meriam yang sanggup (able) mendemonstrasikan kerusakan sasaran sebesar 50%. Setiap Meriam dihitung kesanggupannya (dalam jumlah berapa) memberikan tingkat kerusakan yang diminta pengambil keputusan (yakni 50%). Di-hitung jumlah (berapa banyak meriam dibutuhkan per masing masing alternatif) dengan formula n (G1) = Probabilita mengenai sasaran vs T1 x jumlah (unit) G1 + Probabilita mengenai sasaran vs T2 x jumlah (unit) G1  + Probabilita mengenai sasaran vs T3 x jumlah (unit) G1 , maka dihasilkan [52] :

—n (G1) = .5 x .76 + .35 x 2.19 + .15 x 6.65 = 2.14 unit G1, cara yang sama mencari jumlah unit G2 sebagai berikut:

—n (G2) = .5 x .75 + .35 x 1.33 + .15 x 2.90 = 1.28 unit G2 .

Tahap pemodelan effektifitas sudah bisa diselesaikan, sekarang bagaimana dengan model biaya? Oleh karena jumlah unit G1 sebesar 2.14 yang dibutuhkan sama dengan 1.28 unit G2 versus sasaran (obyektif) yang sama, maka ekpresi dalam kolom system biaya, dibuat bahwa kebutuhan unit bagi kedua meriam tersebut adalah sebesar itu untuk menghancurkan sedikitnya 50% area, konsekuensi total biaya sebesar tabel dibawah ini—pilih paling minimum konsekuensi biaya, berbasis pendekatan fixed – cost?

Catatan: biaya sucad ditetapkan (norma) sebesar 10 %, biaya pemeliharaan hanya 1 % (norma), (tidak ada biaya R & D, biaya modernisasi, dll—itulah biaya total sepanjang usia pakai (total life cycle cost).

 

Dengan kriteria effektifitas-biaya dan pendekatan effektifitas yang ditetapkan (given fixed-effectiveness) [53], disarankan pilih G2. Kalkulus effektifitas – biaya ini dikerjakan dikantor comptroller (divisi system analysis di bawah pejabat semacam Srena). Personil dibagian tersebut trampil dengan teknik memodelkan effektifitas system dan memodelkan konsekuensi biaya-nya (cost estimate). Varian problema menjadi lebih banyak, misal: bagaimana kalau alternative pilihan lebih dari dua (2), atau total life cycle cost-nya berbeda atau permintaan pengambil keputusan berubah dari tingkat kerusakan sebesar 50 % menjadi 60 atau 70 %, bagaimana kalau digunakan pendekatan fixed-cost atau figure of merit (FOM/figure of merit) dibawah ini:

Referensi: contoh yang dibuat oleh E. S. Quade & W. I. Boucher, System Analysis and Policy Planning: Applications in Defense, (RAND, R – 439 – PR, Abridged), halaman 56… titik A & B outliers. Bila ditetapkan fixed – cost di titik C3, maka alternatif yang dipilih adalah alternatif – II (effektifitasnya lebih tinggi). Bila ditetapkan (fixed) effectiveness di titik E1, maka ada dua (2) pilihan biaya, yakni konsekuensi cost sebesar C1 atau C2 (pilih C1). Pendekatan FOM (figure of merit) dititik tertinggi (diatas E3) hanya alternatif – II, maka berapapun biayanya akan dikeluarkan (at all costs).

.…bagaimana bila problema-nya adalah memilih dua (2) atau tiga (3) jenis bom yang dijatuhkan (MOE yang digunakan bisa saja CEP atau circular error probability) [54]? Atau memilih jenis drones (alt – 1, obyektif: sebagai surveillance saja), dan alt – II drones yang sanggup (obyektif) surveillance dan menembak disuatu area illegal fisihing[55], dan alt – lain-lain….? Sama halnya memilih kapal tempur atau yang lain, sangat-sangat tergantung apa “maunya” (menjadi kandidat obyektif) pengambil keputusan, seperti contoh diatas obyektif pilihan sista yang kapabel (kapabilitas) mencapai 50 % tingkat kerusakan (bisa saja naik jadi 60 %, 65 % dst, tergantung ekspektasi pemimpin) [56]. Berikut gambaran sederhana proses efektifitas (effectiveness—warna merah), effisiensi, mulai dari sumber daya (resources—start program) sampai digunakan seperti ganbar dibawah ini. Perhatikan bentangan antara output dan sasaran adalah bentangan ukuran effektifitas yang dibangun (MOE). Effektifitas tidak akan diketahui bila tidak dibangun obyektif (sasaran dengan ekpektasinya) yang terukur.

Misal: sasaran [57] dirusakkan cukup 60% (60 % adalah ekspektasi effektifitas yang diinginkan), 0 % sampai 100 adalah skala/bentangan ukuran effektifitas atau MOE [58]. Antara sumber daya dan output adalah isu effisiensi (makin banyak sumber daya yang digunakan dan output tidak sebanding bahkan sia sia—ineffisiensi).

(Mengulang)…konsep risiko 

In today’s resource-constrained environment, the Army must exercise wise stewardship of every dollar it manages [59]. Recognizing the value of systematic quantitative analysis, senior US Army leadership has “directed that any decisions involving US Army resources be supported by a CBAMilitary CBA offers a valuable set of analytical tools to increase the transparency, efficiency, and effectiveness of critical defense decisions.

 

When the cost of a future system (future value) is considered, decision-makers often ask:” What is the chance its cost will exceed a particular amount”, “How much is could cost overrun?”, “What are the uncertainties and how do they drive cost? “ [60] (risiko?).   

 

Risiko sering kabur dengan ketidak pastian. Mengait dengan manajemen (pembinaan)[61] maka definisi risiko adalah…Risk management is the process for identifying, analyzing, and communicating risk and accepting, avoiding, transferring, or controlling it to an acceptable level considering associated costs and benefits of any actions taken.” … Definisi lain … as “the potential for an unwanted outcome resulting from an incident, event, or occurrence, as determined by its likelihood and the associated consequences [62]. Risiko bisa dibaca mengait dengan biaya dan kerugiannya. Biaya disini bisa diartikan berapa ongkos yang digunakan untuk memperkecil atau menutup besarnya risiko yang tidak bisa ditutup. Ketidak pastian merujuk status ketidak yakinan atau besar kecilnya derajad perubahan-perubahan selama observasi yang sulit dikendalikan. Ketidak pastian melibatkan informasi—semakin banyak informasi semakin berkurang ketidak pastiannya dan mengerucut pada risiko yang mengecil. Satu faktor yang ikut mengganggu risiko dan derajad ketidak pastian adalah beban biaya yang harus ditanggung menghadapi fungsi waktu yang cukup panjang dihadapkan tingkat suku bunga dan nilai fluktuasi karensi yang digunakan, berangkat dari perhitungan nilai uang sekarang atau net present value (NPV).

Contoh, bila C (cost) = (c1, c2,c3, … c4) adalah elemen biaya dalam kurun waktu phase 1, 2, 3, … n, dan r adalah faktor diskontonya, maka NPV (net present value sampai tahun n) totalnya sebesar [63]  :

 

 

Keputusannya adalah :

  1. Bila NPV > 0, maka terima proyek tersebut,
  2. Bila < 0 , maka tolak.

(Hint: meskipun ada jenis cash flow lain seperti Future Value (FV) sementara tidak dibahas disini). Mengapa risiko dan ketidak pastian perlu dibahas, Killick menyebutnya tidak ada taksiran biaya tanpa risiko dan analisis ketidak pastian. Konsekuensi dua (2) kata tidak menyenangkan tersebut (risiko, ketidakpastian) adalah mencoba mendalaminya serta kaitannya. Adanya dua (2) pandangan (umum) tentang risiko dan ketidak pastian, pertama [1] Pandangan Risiko (risk overview);  adalah bagian signifikan dari biaya, taksiran skedul dan digunakan untuk menyesuaikan taksiran biaya, anggaran, serta antisipasi biaya bertumbuh [64]. Definisi risiko paling sederhana sekali adalah berapa probabilita munculnya kejadian negatif atau yang tidak menguntungkan. Bisa saja memperlakukan risiko dengan tidak semestinya, mungkin saja lebih baik diabaikan saja, namun celaka-nya menciptakan perasaan palsu tentang aman/tidaknya. Empat (4) tipikal [65] risiko yang harus dipertimbangkan dalam taksiran biaya selama usia pakainya (total life cycle cost); pertama [a] risiko taksiran biaya. Risiko yang disebabkan kesalahan taksiran biaya dan ketidak pastian, yang disebabkan penggunaan methodology statistikal. Kedua [b] risiko teknis atau skedul. Hadirnya jadwal yang tidak bisa dipenuhi atau kekeliruan obyektif secara teknik, berakibat ter-tundanya skedul dan menurun-nya performa yang seharusnya dicapai sesuai skedul. Ketiga, [c] risiko kebutuhan, lebih disebabkan dari pergeseran yang tidak terlihat sebelumnya misal system spesifikasi. Bisa karena kekurang pengertian atau ketidak sanggupan untuk mencapai performa yang diinginkan dan keraguan memutuskan—menambah waktu dan biaya. Kempat, [d] risiko ancaman, akibat munculnya ancaman baru atau belum terbaca diwaktu lalu, membuat pergeseran komponen baru (atau penghapusan) dengan taksiran biaya baru untuk mengatasinya. Pandangan berikut, [2] pandangan ketidak pastain (uncertainty overview), mengkuantifisir ketidak pastian dalam taksiran biaya dalam rangka menjawab (menaksir) beberapa pertanyan dibawah ini: [a] seberapa jauh (simpangannya) relatif terhadap titik taksiran (point of estimate), [b] probabilita bahwa tetap biaya berada dalam batas toleransi, [c] seberapa jauh biaya tersebut bisa dijalankan. Dua (2) pandangan tersebut diatas meyakinkan benar bahwa konsep analisis biaya sanggup mendemonstrasikan transparansi dan akuntabilitas biaya yang digunakan, dan ketegasan bahwa 1 unit $ yang dikeluarkan negara diikuti berkah sekian unit manfaat/effektifitas bagi pemilik system.

 

Kesimpulan

The Memorandum of Agreement signed by the Assistant Secretaries of the Navy for Research, Development, and Acquisition and for Financial Management and Comptroller in June 1996 committed the Naval Center for Cost Analysis (NCCA) to improve cost analyses by helping program managers prepare better cost estimates  [66].

 

Analysis biaya menjadi suatu lahan tersendiri, menuju tercapainya kapabilitas system senjata yang rasional—disiplin ini dilebur dalam disiplin besar ilmu optimasi keputusan (operasi riset) yang diajarkan di sekolah pasca sarjana militer. Analisis biaya sangat strategik karena meliput isu rencana jangka panjang. Menjadi perhatian Parlemen mengingat penggalan taksiran biaya mengerucut kepada unit anggaran negara (budgeting). Taksiran biaya ini menjadi ajang rasionalisasi utama setelah dipasangkan dengan effektifitas yang di-tetapkan dan berujung pada akuntabilitas dan transparansi. Mengapa negara itu bersikeras mengunakannya—sederhana dan rasional, yakni 1 unit biaya yang sudah dikeluarkan harus memperoleh gantinya sekian unit manfaat atau effektifitas (tidak sia-sia bukan? pen)…dan bisa mempertanggungjawabkan effektifitas serta konsekuensi biaya semua proyek/program/ kegiatan sekaligus kepada publik bukan sebatas Pjk Keu saja…dan berlaku bagi semua Angkatan bahkan departemen pemerintahan lainnya. CBA/CEA sanggup mengeksplor opsi alternatif yang saling berkompetisi satu sama lain dan memilih yang terbaik (satu pilihan/alternatif hanya bisa terjadi bila pilihan tersebut dominan)[67]. Bukan hanya KemHan, instansi semahal NASA sudah lama mempraktekkan. CBA, CEA adalah perangkat yang sanggup mendemonstrasikan transparansi, akuntabilitas, effisiensi, dan effektifitas pilihan. Banyak negara menggunakan teknik ini sebagai basis penganggaran dan evaluasi anggaran (budgeting) kl 35 tahun lalu. Contoh skema CEA dibawah ini; dipetik dari laporan pemerintah Selandia baru tahun 2011 [68].

 

Perhatikan, Investasi adalah awal dijalankan suatu proyek, naik keatas adalah proses Economy (proses finansial), kemudian memasukkan input (sumber daya) untuk diproses, agar dihasilkan outputs (produk sesaat). Antara input—output adalah isu effisiensi. Bentangan investasi ke output melibatkan isu (taksiran) biaya dalam total life cycle cost (cost overrun). Antara input ke outcomes adalah isu effektiftas – biaya. Outcomes adalah dampak (bisa dalam turunan ke 2, 3 dst—effect based operations) setelah melibatkan sasaran atau pasar (bisnis). Analisis ini adalah synthesa (ilmu) ekonomi, statistik, ilmu keputusan dan system rekayasa. Digunakan secara luas dan terus dikembangkan KemHan negara maju, meliput isu-isu i) strategy keamanan nasional (baca: kamnas), ii) himpunan kebijakan pengadaan, iii) informasi tentang investasi kritikal tentang personil, peralatan, infrastruktur, jasa, dan logistik. Selain strategik, isu kebijakan (lebih superior dari strategy dan lebih menyentuh kepentingan nasional) bisa terbantukan. Menjadi tantangan bagi korps Supply dan Operasi untuk membangun model effektifitas dan model biaya. Pemilihan sista, pembelian, investasi, kontrak; bukan lagi dominasi logistik, bahkan menjadi knowledge-based ledership dan kepentingan produk renops, manajemen, renkam, perencanaan jangka panjang, rencana strategik, pembangunan kekuatan (force planning, force structures, dll)—pengetahuan wajib. Ukuran effektifitas bahkan diperlukan bagi staff intelijen, staf lemdik, pasukan khusus, instruktur, dosen, kabag, Komandan, bahkan semua unit membutuhkan dan dimasukkan dalam dalam orgaspros sebagai KIP (key performance indicator/kpi). Kajian tentang CBA atau CEA menjadi kandidat lahan kajian di semua Angkatan, kandidat thesis mahasiswa setingkat Sesko (yang akan menambah program gelar via UNHAN), mahasiswa UNHAN atau mahasiswa sipil yang tertarik dengan isu CEA. Teknik ini membantu mengerucutkan solusi pemilihan dengan “pasangan” ukuran effektifitas [69] dan konsekuensi biaya yang cukup “fair” untuk didemonstrasikan ke-publik… Semoga bermanfaat.

____________________________________________________________

[1] CBA = cost benefit analysis, CEA= cost effectiveness analysis dan AoA= analysis of alternative, CBA dan CEA sdh berjalan selama kl 40 tahun, sekarang dikembangkan yang lebih pantas lagi (affordable) yakni AoA, namun tidak dibahas disini.

[2] Michael N. Beltrano, PhD, Affordability: The Key to a Strong Defense from Now On, (Prepared for 1993 DoD/Kemhan AS, Cost Analysis Symposium Innovative Estimating Techniques for Business Base Changes & Related Overhead Impacts), hal 3. …. definisi cost banyak berasal dari (minimal) pengetahuan manajerial akuntansi, sekarang menjadi pemahaman umum bagi para perwira militer…praktek pendalaman menuju effisiensi jauh lebih penting. Overhead costs, mudahnya adalah biaya lain-lain.

[3] Gene H Fisher, Cost Considerations in System Analysis, (RAND, R – 490 – ASD, Dec 1970), halaman 25.

[4] Diana Angelis (slide DRMI/NPS), Cost Concepts and Analysis, slide # 2.

[5] Obyektif kegiatan adalah ……apa sebenarnya yang mau dicari. Misal membangun Gedung—obyektifnya: untuk dipakai rapat terus menerus untuk sekian orang, dgn agenda kl rata-rata 3 jam per hari.… kalau hanya dipakai sebulan sekali dan rata rata 1 jam, apa manfaatnya…kan bisa digunakan ruang lain yang ada?

[6] Gene H Fisher, Cost Considerations in System Analysis, (RAND, R – 490 – ASD, Dec 1970) halaman 26, dst. … (biaya tidak selalu berarti uang atau dollars, biaya bisa diartikan manfaat yang dibuang atau manfaat yang terpaksa hilang atau manfaat/konsekuensi negative (negative benefit) seperti jumlah kapal tenggelam, korban, personil tewas, dll. Sepantasnya kalau ada komentar…at all costs, pen).

[7] Gregory K Mislick & Daniel A Nussbaum (Keduanya Doctor, Dosen, Dept Opt Research, US NPS), Cost Estimation: Methods and Tools, (Wiley & Sons, 2015), halaman 2. Sekarang taksiran biaya menjadi program studi tersendiri dibawah Dept Operations Research NPS.

[8] Ibid,  … syarat absahnya konsekuensi anggaran mendukung suatu kegiatan.

[9] Timothy P Anderson & Jeffery S Cherwonik, Cost Estimating Risk and Cost Estimating Uncertainty Guidelines, (Journal, Acquisition Review Quarterly—Summer 1997), hal 339.

[10] Gregory K Mislick & Daniel A Nussbaum (Keduanya Doctor, Dosen, Dept Opt Research, US NPS), Cost Estimation: Methods and Tools, (Wiley & Sons, 2015), halaman 2. Sebetulnya ada 6 kasus dalam buku tersebut, namun hanya 3 kasus yang ditampilkan disini.

[11] NASA, Cost Estimating Handbook Version 4.0, (Appendix C, NASA, Feb 2015), halaman C – 5, periksa gambar:

Khususnya CER (atau Cost Estimate Relationship—salah satu bentuk taksiran biaya), empat (4) pendekatan tersebut adalah analogy, parametric, system engineering, dan extrapolation. James Ruth (jamesbennettruth@gmail.com), dalam papernya,”Overview of Cost Definitions and Costing Methods”, menyebut pendekatan yang digunakan… Top-Down, Algorithmic, or Parametric (often used when fine detail is not available), Bottom-Up or Industrial Engineering (usually used when fine detail is available), Expert Judgment (experts estimate or ‘guesstimate’ project costs),  Work Forward, Work Back (when the project has a specific due date), Activity Based Costing (time consuming and requires accurate data), Analogy (comparing similar and like for like projects), Quick and Dirty Costing (fast, but accurate to an order of magnitude only). 

[12] Mark V. Arena, et-all, Impossible Certainty: Cost Risk Analysis for Air Force Systems, (RAND Corpt, PAF, 2006), Summary, hal xix.

[13] Penulis buku, Mislick & Nussbaum.

[14] DoA (Dept of the Army), US Army Cost Benefit Analysis: Guide, (DoA, 2010), halaman 23, …. Work Breakdown Structure (WBS)… A work breakdown structure defines in detail the work necessary to accomplish an initiative/proposal’s objectives. A typical WBS reflects the requirements, what must be accomplished to develop the initiative/proposal, and provides a basis for identifying resources and tasks for developing a cost estimate.

[15] Pembelian material atau system yang prototype (kapal, pesawat terbang,dll), hampir pasti harga produksi (jual) termasuk biaya R & D, bagaimana bila melakukan investasi (beli) lebih dari 1 unit, akankah pembeli membayar n kali jumlah prototype yg dibeli—fairkah (pen)?

[16] Finansial — mungkin tidak melanggar aturan keuangan dan tentu lebih menguntungkan (hemat).

[17] Otomatis jadwal perbaikan, dll, masuk dok, modernisasi menjadi konsen teknis pihak galangan. Secara teknis tidak dijelaskan penulis kadar absah dan akuntabilitas finansial seperti apa (financial sense).

[18] Gregory K. Mislick & Daniel A. Nussbaum (Keduanya Doctor, Dosen, Dept Opt Research, US NPS), Cost Estimation: Methods and Tools, (Wiley & Sons, 2015), halaman 11.

[19] Kirk Michealson, Affordability Analysis: How Do We Do It?, (MORS/Military Operations Research Workshop, 1 – 4 October 2012, Lockheed Martin Corpt, Va), halaman 1.

[20] David Novick, The Meaning of Cost Analysis, (RAND CORPT, P-6881, May 1983), hal 1

[21] Ibid, halaman 2.

[22] Bila tersedia opsi n alternatif, maka akan muncul pasangan E1/C1 (baca rasio effektifitas system alternative -1 dengan konsekuensi biaya alternatif -1), E2/C2, …  En/Cn, pilih sesuai kriteria yang ditetapkan, bisa fixed cost approach, atau fixed effectiveness approach, atau any effectiveness (FOM – figure of merit) dgn cost (mungkin) yang terbesar.

[23] David Novick, System and Total Force Cost Analysis, (RAND, Memorandum RM-2695-PR, April 1961), hal 2. Akuisisi yang benar adalah dimulai dari tahap R & D, invets, operasional, perbaikan terjadwal, modernisasi dan disposal, bukan dilakukan hanya sewaktu beli saja (invest)….konsep memilih dengan teknik CBA atau CEA bukan hanya bagi militer saja, namun sekarang sudah diterapkan bagi kementerian lain-nya. CBA akan lebih banyak digunakan dilingkungan sipil nampaknya.

[24] CBA agak berbeda dgn CEA, CBA berbasis manfaat, misalnya proyek membangun ruang rapat, kriteria manfaat bisa didefinisikan adalah ruangan dengan luas sekian kali sekian, digunakan untuk temu rapat, dll, paling tidak sekian ratus kali setahun—-kalau jarang jarang dipakai untuk apa dibangun tidak sebanding dnegan konsekuensi biaya yang cukup besar bukan…alias kurang bermanfaat.

[25] Beli bekas, sepertinya murah namun setelah dihitung dalam sisa total life cycle cost sampai usia disposal, ternyata jatuhnya bisa saja lebih besar dari harga beli bekas (investasi)—lanjutkan beli atau lepaskan? Kasus beli baru namun, dan tidak ada pembeli lain tentu saja pembeli satu-satu-nya harus menanggung derita biaya R & D yang sangat besar.

[26] Mungkin pusing mencermati dan mendengarkan semua Panglima mengajukan proyek dengan menekankan pada sisi anggaran saja.

[27] Francoise Malese, et-all (3persons all), Military Cost-Benefit Analysis, (Routledge, DRMI/US NPS, 2015):

—–by F Malelese, et – all, Ch1. Introduction: Military Cost- Benefit Analysis, halaman 14, (footnotes 16); … McNamara relied heavily on systems analysis to reach several controversial weapon decisions. He canceled the B-70 bomber, begun during the Eisenhower years as a replacement for the B-52, stating that it was neither cost-effective nor needed, and later he vetoed its proposed successor, the RS-70. McNamara expressed publicly his belief that the manned bomber as a strategic weapon had no long-run future; the intercontinental ballistic missile was faster, less vulnerable, and less costly. Similarly, McNamara terminated the Skybolt project late in 1962. Begun in 1959, Skybolt was conceived as a ballistic missile with a 1,000-nautical mile range, designed for launching from B-52 bombers as a defense suppression weapon to clear the way for bombers to penetrate to targets. McNamara decided that Skybolt was too expensive, was not accurate enough, and would exceed its planned development time. He claimed other systems, including the Hound Dog missile, could do the job at less cost.

[28] Peforma, outcome, effektifitas, masuk dalam elemen bentangan ukuran effektifitas (MOE), pilihan definisi tergantung isu dan obyektif yang diigninkan pengambil keputusan.

[29] E S Quade & W I Boucher, System Analysis and Policy Planning: Application in Defense, (RAND, R – 439 – PR, June 1968),:

  1. D. Attaway, ——-ch 4. Criteria and the measurement of effectiveness (MOE), — halaman 56, fig 4-1.

[30] Bisa saja ekivalen dengan beberapa alternative kontraktor atau rekanan, namun tetap saja orientasinya yang termurah… (termurah     belum tentu effektif atau tinggi manfaatnya).

[31] Munculnya alternatif keputusan akan memberikan kelonggaran munculnya alternatif dukungan biaya yang disangggupi. Misalnya bila dampak serbuan diharapkan 60 % area (EBO) akan diduduki, mengapa harus menggunakan alternatif menggunakan seluruh kekuatan yang ada. Atau bahkan ekstrimnya cukup menguasai pemimpinnya sudah bisa menaklukkan suatu daerah, mengapa harus merusak seluruh area tersebut?

[32] Dua (2) sub model yang menjadi tantangan penaksir biaya yakni membangun model manfaat atau effektifitas dan model (komponen) biaya sebagai konsekuensinya. CEA terjadi apabila komponen biaya tidak bisa lagi dilakukan dengan nominal rupiah, namun dengan parameter lainnya, misal jumlah korban, jumlah pesawat yang jatuh, dll, diluar ini bisa ditampung dengan CBA (cost benefit analysis).

[33] PPBS singkatan Planning, Programming & Budgeting system, sekarangdengan perobahan sedikit menjadi PPBES (E =execution).

[34] Francoise Malese, cs; Introduction, Military Cost-Benefit Analysis (CBA): Theory & Practice, (NPS, atau http: / / hdl . handle . net / 10945/43577), halaman 17, foot notes 2,…Office of the Deputy Assistant Secretary of the Office of  the  Deputy Assistant  Secretary of the Army, U.S. Army Cost–‐Benefit Analysis Guide, January 12, 2010, p.6. In general, the U.S. Federal Government’s, Office of Management, and Budget (OMB) Circular A–‐94 provides guidance for the application of CBA across the entire Executive Branch. DoD Instruction 7041.3 “Economic Analysis for Decision Making” provides explicit guidance for the Department of Defense.

[35] Hanya negara yang memiliki teknologi dan fasilitas produksi system, kapabel melakukan system akuisisi (pengadaan), dimulai saat R & D, operasional, pemeliharaan, modernisasi dan disposal sepanjang usia pakainya. Diluar ini actor hanya sanggup melakukan investasi awal saja (beli saja, pen). Total biayanya disebut total life-cycle cost.

[36] Proses pengadaan hanya sebatas investasi (beli) saja dan berhenti sampai disini bukanlah akuisisi.

[37] F. Malese, Anke Richter, and Binyam Solomon, Military Cost Benefit Analysis; Theory and Practice, (Routledge with US NPS, 2015),

—–Diana Angelis & Dan Nussbaum; Ch5. Cost Analysis, halaman 116.

[38] US Army, US Army Cost – Benefit Analysis Guide, (US Dept of the Army, 12 Januari 2010), halaman 6…sebagai catatan bahasa manfaat (benefit) bisa diganti dengan effektifitas bila manfaat tidak bisa lagi diukur dengn uang (non-monetary).

[39]  Gene H Fisher, Cost Consideration in System Analysis, (Rand, R – 490 – ASD, Dec 1970), Halaman 25.

[40] Proyek a.l:infratsruktur seperti pangkalan dengan semua fasilitasnya, sedangkan program misalnya; system senjata, kapal, tank, pesawat terbang, dll.

[41] Malese, F, cs; Introduction, Military Cost-Benefit Analysis (CBA): Theory & Practice, (NPS atau http:// hdl. handle. net/10945/43577), halaman 3.

[42] Ibid, hal 5,…bila manfaat tidak bisa di rupiahkan (non-monetized benefit), the terms “Systems Analysis” or “Cost-Effectiveness Analysis” are often used to describe Military CBA.

[43] Ibid, hal 4…oleh karena CBA atau CEA bisa berjalan dalam tahapan yang disebut total life cycle cost (tlcc), maka isu akuisisi (pengadaan) & inventory, akan mengikuti tahapan mulai R & D, pemeliharaan berkala dst sampai dengan disposal, termasuk kerangka blok anggaran.

[44] Era McNamara telah berkembang pesat konsep pengambilan keputusan dengan obyektif (goal) ganda atau multi criteria decision making.

[45] Kepentingan nasional akan djamin terlaksananya oleh strategi keamanan nasional (baca KamNas) , yakni strategi seluruh  instrument kekuatan nasional.

[46] Ibid, halaman 7.

[47] CBA tidaklah terlalu rumit dibandingkan kalkulus CEA, karena model cost (CBA) bisa diekspresikan dalam nominal karensi mata uang (dolar, rupiah, dll), berbeda dengan analis CEA yang harus kapabel memodelkan effktifitas system (memodelkan MOE = measures of effectiveness) yang dipilih dan model komponen cost yang bukan karensi mata uang, misal jumlah korban, peralatan, dll.

[48] Effektifitas berbeda dengan kesanggupan, kebisaan (able), bahkan kemampuan berbasis design pabrik, seperti kecepatan kapal/pesawat, jelajah aksi, endurance, kecepatan tembak per menit, kecepatan maksimum, dll. Skala ini tidak berpengaruh sama sekali terhadap keinginan pemilik system untuk bisa mengalahkan lawan. Berbeda misalnya diketahui berapa probabilita menghancurkan sasaran, setelah diketahui probabilita mengenai sasaran diketahui dan probabilita peluru meledak diketahui serta probabilita peluru berhasil ditembakkan dari Meriam, dst. MOE diperhitungkan relatif terhadap lawan atau sasaran. Sama halnya dengan COG (center of gravity) selalu diperhitungkan relatif terhadap lawan, jadi bukan relative terhadap diri sendiri misal: pernyataan bahwa COG kita adalah kota-kota besar berpenduduk padat (misal), apakah lawan memilih COG yang sama atau harus sama dengan yang bertahan?

[49] Formula Capability = Ability + “Outcome”. Outcome yang diharapkan ini akan menunjang experimen, test, evaluasi lebih lanjut untuk menemukan harga yang akurat. Pendekatan harga akan dilakukan menurut skala ukuran effektifitas (MOE) yang telah ditetapkan. Kalau definisi effektifitas bom tradisional yang dijatuhkan dari pembom adalah CER (circular error probability—tetapan sederhana), maka test atau experimen berkali-kali yang dilakukan dengan varian ketinggian pesawat terhadap berbagai macam sasaranà harga yang ditemukan bisa digunakan sebagai harga “outcome” dari formula diatas. Singkatnya (misal), CER semakin kecil, maka effektifitas semakin besar dan kapabilitas (karena kapabilitas aalah abilitas plus outcomenya) menjadi besar. Bila diterjemahkan dalam kalimat lengkap, maka kapabilitas (capabilities) bom yang dijatuhkan adalah (=) (ability) kesanggupan bom untuk dijatuhkan dengan (+) harapan sebesar 80 % atau 0.8 akan mengenai sasaran. Berbeda jauh dengan pernyataan pemilik bom (penjual) tentang kemampuan dengan kalimat … mampu menghancurkan sasaran (yang mana?) dari ketinggian berapa saja (samakah ekpektasinya?). Kemampuan yang diharapkan dihitung relatif dampaknya terhadap musuh atau sasaran. Definisi yang tegas dan jelas ini akan membantu pilihan yang “fair”.

[50] N.K Jaiswal, Military Operations Research: Quantitative Decision Making, (Springer Science, New York, 1997), hal 114.

[51] Ibid, menggunakan simulasi… prob adalah probabilita.

[52] ….n (subscript) adalah …number atau jumlah. Oleh karena sedang memperhitungkan jumlah Meriam (dalam unit) yang dibutuhkan maka angka yang dipakai tidak dibulatkan, seperti G1.memang dibtuhkan sebesar 2.14 unit.

[53] Ibid, halaman 112, bisa saja dipilih dengan pendekatan [i] fixed cost approach, atau [ii] fixed budget approach, atau [iii] figure of merit approach. Jumlah peluru yang ditembakkan per jenis Meriam akan mengerucut menjadi jumlah Meriam yang dibutuhkan untuk

menghancurkan 50 % area sasaran. Sedangkan total biaya (TLCC=total life cycle cost) sepanjang usia pakai adalah biaya mulai R & D,   invest awal, pemeliharaan, operasional, pemeliharaan, suku cadang, modernisasi, dan disposal.

[54] MOE menggunakan CEP bisa saja terhadap sasaran berbentuk lingkaran, ellips atau persegi panjang, dan tentu saja berbeda tetapan MOE-nya ukuran efektifitas-nya).

[55] Effektifitas (MOE) dalam kasus ini bisa saja didefinisikan sebagai berikut: area yang bisa ditutup (coverage area) atau probabilita menemukan sasaran, dll atau koc (kill-of-chain).

[56] Atau saran analis operasi, mengatakan cukup 45 %.

[57] Target atau sasaran tidak selalu property musuh, bisa juga berbentuk fisik atau kondisi yang diharapkan untuk kepentingan bisnis. Target bisa disamakan dengan end-state (status akhir yang diinginkan).

[58] MOE (measures of effectiveness) adalah bentangan atau skala ukran effektifitasnya.

[59] US Dept of Homeland Security, Risk Management Fundamentals, (DHS/Dept of Homeland Security Risk Management Doctrine, April 2011), hal 7. …., risk is defined as “the potential for an unwanted outcome resulting from an incident, event, or occurrence, as determined by its likelihood and the associated consequences.” DHS Risk Lexicon, 2010 Edition.

[60] Paul R Garvey, Uncertainty and the Role of Probability In Cost Analysis; A System Engineering Perspective, (Marcel Dekker, 2000), halaman 1.

[61] Kata pembinaan yang asal katanya adalah manajemen, nampaknya lebih lunak dibandingkan dengan manajemen (dengan elemen POAC-nya) yang lebih menggigit.

[62] US Dept of Homeland Security, Risk Management Fundamentals, (DHS/Dept of Homeland Security Risk Management Doctrine, April 2011), hal 7. …. throughout this document, risk is defined as “the potential for an unwanted outcome resulting from an incident, event, or occurrence, as determined by its likelihood and the associated consequences.” DHS Risk Lexicon, 2010 Edition.

[63] Gregory K. Mislick & Daniel A. Nussbaum (keduanya Doctor, Dosen, Dept Opt Research, US NPS), Cost Estimation: Methods and Tools, (Wiley & Sons, 2015), halaman 276.

[64] Ibid, halaman 281.

[65] Ibid, halaman 282.

[66] Timothy P Anderson & Jeffery S Cherwonik, Cost Estimating Risk and Cost Estimating Uncertainty Guideline, Acquisition Review Quarterly. (Summer 1997). p. 339-348, http://hdl.handle.net/10945/48820.

[67] Gregory K. Mislick & Daniel A. Nussbaum (Keduanya Doctor, Dosen, Dept Opt Research, US NPS), Cost Estimation: Methods and Tools, (Wiley & Sons, 2015), halaman 15 & 16.

[68] Pem Selandia baru, Central government: Cost Effectiveness and Improving Annual Reports, hal 29.

[69] Sekali lagi effektifitas (ukuran) berbeda dengan (iming-iming) desain pabrik sista atau penjual yang menawarkan system dengan kemampuan (katanya) seperti: kecepatan maksimum, aksi radius, ketinggian jelajah, dll. Bagi militer definisi effektifitas di-ukur relatif dampak terhadap sasaran….apa gunanya kecepatan, aksi radius, dll meskipun sungguh-sungguh hebat tapi tidak memiliki harapan (expected value) seberapa jauh memberikan kerusakan terhadap sasaran atau lawan yang terukur….? DIsamping itu, sungguh meragukan kalau penjual (mestinya tahu) tidak tahu skala effektitiftas produk yang dijual.

0 0 votes
Article Rating

Budiman Djoko Said

View posts by Budiman Djoko Said
Budiman Djoko Said, lahir di Pekalongan, Jawa Tengah 1 Oktober 1946, alumni AAL-XV (1969). Berbagai penugasan sebagian besar dihabiskan di kapal-kapal Armada timur (terakhir Komandan KRI HSN) , dan variasi penugasan dalam rangka latihan baik dengan TNI-AL maupun gabungan dan staf perancang latihan bersama dengan negara-negara sahabat. Penugasan di Pendidikan di Kodikal, AAL dan Seskoal. Pendidikan militer jenjang di Long TAS/India, Diklapa-II, Seskoal, Sesko TNI, dan kursus Sumber Daya Hankam di AS (IDMC). Jabatan terakhir adalah Dan Seskoal. S-1 ditempuhnya di STTAL, progdi Teknik Manajemen Industri. S-2 Program Manajemen DI UPN “Veteran” Jakarta. Sebagai PUREK –III/UPN “Veteran” Jakarta, dan menjabat Rektor selesai tahun 2011. Beliau juga merupakan dosen dan pembimbing aktif di progdi Keamanan Maritim Universitas Pertahanan Indonesia (IDU). Bergabung dengan FKPM (Forum Kajian Pertahanan dan Maritim) di bawah kontrol Asrena KASAL semenjak tahun 2003 sampai sekarang selaku Wakil Ketua merangkap analis.
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Share via
Copy link
Powered by Social Snap