Struktur kekuatan militer (FS/force structure)—skenario dan beberapa problema didalam

Oleh  Budiman Djoko Said

 

Pendahuluan

 

Kalkulus FS[2] menjadi bisnis utama manajemen pertahanan Kementerian pertahanan nasional umumnya. Tidak ada kerangka baku  namun normanya adalah menurunkan struktur tersebut dari paket “policy”[3] pertahanan nasional kedalam strategi berujung munculnya alternatif FS untuk operasi dilapangan berupa (paket) kekuatan gabungan yang digunakan, sedang atau di pelihara selama ini. Rencana jangka panjang ini selalu berbasis gabungan, mengingat opsgab adalah operasi yang paling effisien[4]. Tidak effisien kalau setiap Angkatan berhitung FS masing masing; baru di-linearkan sebagai kekuatan gabungan[5]. Bisa terjadi TNI-AL kapal-nya bisa berlebihan atau kekurangan, idem TNI-AD atau TNI-AU[6]. Hadirnya tetapan MEF apakah diartikan bagi satu (2), dua (2) Angkatan atau bagi kekuatan gabungan; tentu saja ketiganya berbeda artinya bukan? Meningkatnya ketidakpastian[7], kaburnya batas ancaman, tebalnya “kabut peperangan” (fog of war), dan semakin terbatasnya sumber daya mendesak diperlukan mekanisme kalkulus FS yang kokoh dan konkrit sebagai basis pemilihan kekuatan yang transparan dan akuntabel. Mekanisme ini membantu terciptanya “road-map” transformasi keinginan militer dengan cakrawala waktu antara 15-20 tahun[8]. Produknya adalah rencana pengembangan; rincian jangka panjang sebagai turunannya, dan produk-nya berupa kapabilitas (capabilities) kekuatan militer. FS adalah perangkat hubungan sipil-militer KemHan dengan Parlemen. Kecenderungan menggunakan skenario sebagai basis FS à makalah lebih banyak menyoroti skenario. Isu modernisasi[9], biaya total (total life-cycle cost) & estimasi-nya[10], elemen FS seperti personil & laju atrisinya baik aktif dan cadangan[11], rekruiting, industri pertahanan nasional, QDR (quadrenials defense review), DDR (defense requirements review), dan FS portofolio diluar bahasan ini. QDR atau DDR merupakan kajian rutin[12] KemHan untuk uji keabsahan pendekatan kalkulus FS dan evaluasi pengembangannya serta keandalan track “road-map”—perlu tidaknya koreksi (gambar no.13). Asumsi bahasan; semua problema yang muncul berangkat bersama-sama dari tahun ke-nol.

 

Peran KemHan, strategi dan kebijakan dan interaksi dengan Parlemen[13].

KemHan sebaiknya memiliki tim ahli yang membangun konsep kebijakan pertahanan nasionalnya[14], kebijakan & perencanaan, penganggaran (dalam total life-cycle cost), konsep kapabilitas, kaitan pengembangan kekuatan & teknologi & modernisasi serta seksi effektifitas – biaya dan isu kritis lainnya[15]. Inisiasi Menteri/Sekretaris pertahanan dengan format populer yakni “policy” dan di-ikuti dukungan konkrit subordinasi policy yakni “strategi” dan kata terakhir ini mencerminkan ajakan jelas kearah mana performa kinerja KemHan[16]. Strategi adalah pendekatan sistematik menuju perubahan dan aplikasi yang menjamin tercapainya obyektif (desired ends). Strategi fokus[17] pada suatu obyektif jangka panjang guna mempertemukan prediksi suatu kondisi dengan realitas-nya.Kelangkaan strategi hampir pasti mengaburkan kejelasan arah; terhimpit krisis dan perubahan, antara politik dan kebijakan, tergerus hantaman kanan/kiri isu lingkungan dengan konsekuensi hilangnya energi atau kehilangan manfaat (benefit-loss) yang bisa saja tidak terukur dan tidak transparan. Untuk lebih mudah memahami persepsi policy dan strategy, dibuat algoritma pertanyaan seperti dibawah ini [18]:

 

  • Obyektif “kebijakan”(policy) [19] —-What do we want to do ?
  • Strategic execution —- How do we plan to do it ?
  • Threats, vulnerabilities, challenges, opportunities —- What we are up against ? Unilateral or multilateral choices, alliances or coalitions or alingments, international institutions, viable defense forces, economic or political or diplomatic or informational instruments —- What is available to do it ?
  • Risks, deficiencies unforseen outcome, cultural blinders —- What are the mismatches ?

Diawali dengan demonstrasi peran utama Menhan yang relatif umum dimana-mana, yakni membangun program pertahanan nasional (FS) melalui skema dibawah ini.

Gambar no.1. Peran Menhan
gambar 1 peran menhanReferensi: Paul K Davis, Analytic Architecture for Capabilities-Based Planning Mission-System Analysis, and Transformation, (RAND, NDRI, Office of the Secretary of the Defense,2005), halaman 6. Meski berbasis paradigma lama, namun kerangka fikir ini masih bisa dipakai. Bagian kiri merupakan muatan strategi pertahanan nasional, strategi militer nasional dan lingkungan strategik yang menjadi masukan proses keputusan ini. Bagian kanan merupakan arahan Presiden tentang penggunaan sumberdaya dan analisis ekonomiknya. Blok terahir (blok 4) dan sebelumnya banyak terjadi agenda yang ketat dan sejumlah iterasi (ulangan, turun naik). Di-antara blok kedua dan ketiga (dari atas) terjadi iterasi tentang kapabilitas yang dibutuhkan—Menteri memutuskan pilihan pembangunan kekuatan militer gabungan (blok 4).

Baca lebih jauh : Quarterdeck Edisi Mei 2016

Program pertahanan nasional sebenarnya berintikan alir fikir FS yang diinginkan. Alir fikir yang merepresentasikan aliran dari kepentingan nasional dan promosi sistem nilai, bermuara di-strategi keamanan nasional (KamNas) yang berperan mengawal promosi serta mensinergikan semua strategi instrumen nasional lainnya dalam orkestra yang kokoh[20], dan lahir-nya FS yang mendemonstrasikan bukan dikarenakan ambisi[21] elit militer. Berbasis (keputusan Menhan) kebutuhan kapabilitas kekuatan gabungan, dikompromikan ke-Angkatan untuk berhitung kekuatan masing-masing (dalam term kapabilitas) dengan alternatif kekuatan gabungan paling optimum. Semakin minim kekuatan yang dibangun semakin kecil peluang sukses dan semakin besar risiko yang dihadapinya[22]. Memahami proses keputusan[23] Menhan, dilanjutkan proses keputusan antara parlemen (kongres) dengan Presiden, Menhan dan staf serta para Komandan lapangan. Proses pengambilan keputusan dengan agenda kalkulus FS gabungan berbasis kapabilitas di-ikuti konsekuensi anggaran per masing alternatif FS melalui skema dibawah ini :

Gambar no.2.Proses interaksi FS
 gambar 2 proses interaksi FSReferensi: Kent,Glenn. A; A Framework for Defense Planning, (RAND,R-3721-AF/OSD,PAF, August 1989), halaman 10.Hint: NSC (National Security Council~ WanKamNas), OMB (office of Management Budget/semacam Bapenas). Dengan cara ini Kongress  benar benar memahami bagaimana FS terbangun.

Algoritma proses sebagai berikut [24]:

  1. Presiden menetapkan obyektif strategi keamanan nasional dan memformulasikan strategi keamanan nasional (baca KamNas;bersama Menhan) [25] dan diteruskan ke KaKasGab.
  2. Ka KasGab, berkonsultasi dengan para Panglima dilapangan, mengembangkan strategi militer nasional  dan membuat penilaian risiko dengan berbagai alternatif fiskal yang tersedia. Berikut Menhan memaparkan strategi dan penilaian risikonya kepada Presiden.
  3. Usai mengkaji strategi & penilaian risiko Presiden berkonsultasi dengan Kongres. Produknya:petunjuk konkrit Presiden tentang strategi yang disarankan dan arahan fiskal.
  4. Dengan petunjuk ini, Angkatan mendefinisikan program dan implementasi anggaran untuk mengorganisir, melengkapi dan melatih serta mendukung elemen dibawah kegiatan tersebut.
  5. Menhan menyiapkan seluruh perencanaan sekarang dan mendatang, konsekuensi  anggaran, dan menyampaikan ke Presiden.
  6. Setelah dikaji OMB dan disetujui Presiden, maka anggaran pertahanan nasional dimasukkan dalam anggaran nasional dan diserahkan ke Kongres. Menhan dan Ka KasGab menyiapkan laporan tahunan ke Kongres dengan implementasi anggaran. Dokumen ini harus tercipta sebelum Kongres menyetujui rancangan Presiden untuk melaksanakan pertahanan nasional di negeri ini.
  7. Menhan & KaKasgab dan Angkatan memberikan jaminan keyakinan dan kebenaran rencananya serta implementasi anggaran.
  8. Setelah kaji ulang dan interaksinya dengan KemHan, Kongress akan memberikan otorisasi program dan konsekuensi dukungan anggaran.

Proses diatas juga membahas pengembangan kekuatan (force development)[26], misalnya; membagi-bagi kekuatannya dan kapabilitas operasional. Seluruh rencana pertahanan nasional hasil diskusi dengan Parlemen dikembangkan menjadi  perencanaan operasional, misal: deploi dan emploi kekuatan dengan algoritma sebagai berikut:

  1. Presiden, melalui MenHan (dibantu KasGab) menempatkan kekuatan terpilih pada masing-masing Komandan tempur dilapangan dan mendeploikan kekuatan sesuai prioritas  yang mengalir dari muatan strategi pertahanan nasional dan strategi militer serta penilaian strategi regional.
  2. Komandan di-lapangan menyiapkan rencana sesuai arahan Presiden & Menhan[27] dan mengemploikan kekuatan sesuai strategi operasional (bagaimana mengoperasionalkan muatan strategi dilapangan) dan rencana operasional (rincian operasional yang mengalir dari strategi operasional). Hint: berbeda antara perencanaan strategi dan rencana operasionalnya (periksa tabel dibawah ini) dilihat dari beberapa kriteria, misal tujuan, orientasi, input, output dan bias.
Tabel 1. Opt Planning vs Force Planning
 tabel 1 opt planning vs force planningReferensi: Henry C Bartlet, et-all,  The Art of Strategy and Force Planning, (Naval War Coll, Review, Spring 191995, volume XLVIII, no. 2), halaman 121.

 

Orkestra dan proses interaktif sesuai ilustrasi di-atas memberikan penekanan dan konsekuensi manajamenen bagi KemHan dan KaKasGab sebagai berikut [28]:

  1. MenHan dan KaKasGab mempertimbangkan dengan eksekutif, termasuk WanKamNas dan kantor OMB (office of management budget~semacam Bappenas) serta memaparkan strategi militer nasional kepada kongres dan tingkat konsekuensi kebutuhan anggaran.
  2. KaKasgab berdiskusi dengan komandan lapangan tentang strategi dan obyektif strategi setiap regional, kriteria suksesnya operasi dan kapabilitas spesifik dan kelemahan-kelemahan besar lainnya guna mencapai sukses.
  3. Peran sentra KaKasGab mempertimbangkan prioritas regional dan keseimbangan tuntutan antar komandan dilapangan pada saat beberapa elemen kekuatan yang dideploikan komit untuk melaksanakan kapabilitasnya untuk beberapa  regional.
  4. KaKasgab mendengarkan usulan kapabilitas spesifik yang diperlukan bagi berbagai elemen kekuatan yang dideploikan dalam batas tingkatan (level) sumber daya yang digunakan sampai dengan 5 tahun mendatang. Dia membina langsung kegiatan Angkatan seperti mengorganisir pelatihan, melengkapi dan mendukung berbagai elemen kekuatan didalam agar tercapai kapabilitas operasional.
  5. MenHan & KaKasgab adalah kunci prioritas distribusi alokasi sumber daya keseluruh elemen kekuatan yang dideploikan.
  6. Terpenting adalah penilaian baik global maupun regional dan  korelasi antara obyektif strategi dengan operasional, dan tercapainya kapabilitas operasional oleh KaKasgab. Konsekuensi penilaian ini memberikan munculnya alternatif fiskal baik sekarang maupun mendatang.
  7. MenHan dan KaKasgab menggantungkan jawaban ini semua pada analis fisibilitas teknik, kelangsungan operasional, dan konsekuensi “biaya” yang dikeluarkan dan telah diformulasikan sebelumnya. Saat yang sama, MenHan dan Ketua menyarankan Kongress lebih flexibel menggunakan anggaran guna memenuhi kebutuhan elemen-elemen kekuatan pertahanan nasional.
  8. Setelah Presiden setuju, MenHan dan KaKasgab mengirimkan laporan tahunan ke-Kongres dengan lampiran rinci anggaran. Dalam perjalanan perencanaan ini,  Menhan dan Ketua selalu membuat penyesuaian antara rencana dan kenyataan dilapangan.

MenHan dianggap paling paham penggunaan kekuatan milter setiap saat mengingat setiap harinya menggeluti kalkulus FS serta peran lain yang tidak kalah pentingnya yakni memonitor tingkat (level) kondisi keamanan nasional yang disebut NatSecCon (National Security Condition)—-KemHan adalah satu-satunya corong suara isu keamanan nasional, melalui model dibawah:

Gambar no.3. Model keputusan NatSecCon.
gambar 3 model keputusan NatSecConReferensi:HariBucur-Marcu, et-all, 3 person, Defence Management: An Introduction, (DCAF, Geneva, 2009), hal 39. Monitoring dan level NatSecCon (level 2,3, dan 4 bisa di predelegated-kan Menhan, level 1 veto Presiden) akan selalu dilaporkan Presiden, dan menjadi bahan pertimbangan muatan Skenario.

 

Dalam model ini dimensi eskalasi keamanan nasional[29] amat mempengaruhi tingkat keamanan nasional. Ekskalasi yang memenuhi tiga (3) dimensi, yakni horizontal, vertikal dan politikal, periksa ilustrasi dibawah ini,

Gambar no. 4. Tiga dimensi ekskalasi
gambar 4 tiga dimensi eskalasiReferensi: ForrestE. Morgan, et-all, (4 persons), Dangerous Treshold ; Managing Escalation in the 21 St Century, (RAND,Prepared for USAF, 2008), hal 20. Dimensi ekskalasi yang dibatasi masing-masing sumbu x,y,dan z.

 

Peran (hirakhis) strategi nasional dalam kerangka fikir FS

Pentingnya strategi kunci yang terdokumentasikan dilingkungan Kemhan bagi kepentingan Opsgab dibawah ini—jamin terciptanya hirarkhis strategi nasional sebagai jantung model FS.Periksa gambar dibawah ini.

Gambar  no 5.  Hubungan dokumen strategi kunci seperti NSS,NDS,NMS, JOC.[30]
gambar 5 Hubungan dokumen strategi kunci seperti NSS,NDS,NMS, JOCReferensi: JICDS, Capability-Based Assesment (CBA), User’s Guide , (JCS, March 2009), hal 16.Interseksi NSS,NDS dan NMS serta JOC dari perspektif Geo-pol-ekon, Politiko-Militer, Ruang Operasi Militer dan Ruang Tempur (battle space).

 

Manajemen opsgab AS berbasis dok-strat yang terus menerus di-update yakni NDS, NMS, QDR, GEF, GDF, JSCP, JPG dan Fiscal Guidance (GEF menjadi petunjuk emploi kekuatan, GDF menjadi tuntutan pengembangan kapabilitas dilapangan per periodik, periksa catatan kaki no.30). Begitu penting dok-strat dilingkungan KemHan dan bagi Opsgab dan didemonstrasikan secara hirarkhis dalam model FS dalam gambar no.6 ini (bandingkan gbr no.6 dengan no.5). Membuktikan bahwa sistem nilai nasional[31] yang diturunkan ke-strategi-strategi nasional sangatlah diperlukan sebagai dukungan dan alasan kemunculan FS. Keseriusan ini diikuti penjabaran kurikulum dan metodologi FS sebagai domain di semua Sesko Angkatan AS (baik Naval War Coll, Army War Coll, dan USAF War Coll) dengan jantung kerangka fikir yang dikenal sebagai hirarki strategi nasional yang berawal dari fundamental of national goal[32]. Periksa ilustrasi mashab US Naval War Coll, dibawah ini :

Gambar no.6. FS mashab US Naval War Coll.

gambar 6 FS mashab US Naval War Coll

 Referensi: P.H Liota & Richmond Lloyd, From Here toThere: The Strategy and Force Planning Framework, (US Naval War CollReview, Spring 2005, vol 58, no.2), halaman 124.Muatan muatan strategi-strategi nasional benar-benar diisyaratkandan dikomunikasikan ke Parlemen; artinya terdokumentasi, mulai dari kepentingan nasional sampai dengan strategi-strategi instrumen nasional.

 

Model ini menggunakan injeks (blok sebelah kiri) threat, challenge, vulnerabilities dan opportunities, sumber daya, dan (sebelah kanan) teknologi serta kemitraan. Hirarkhi strategi nasional dalam model ini diawali dari The Fundamental of National Goal[33] (tidak tergambarkan—TingNas langsung terus kebawah). (Hint: beda pengertian goal dengan obyektif [34]). Cukup beralasan mengingat peran salah satu hirakhis strategi nasional yakni kepentingan nasional yang bisa membantu mengalirkan terciptanya pandangan “dunia masa depan” (future world),dalam ilustrasi dibawah ini.

Gambar no 7. Penilaian lingkungan strategik (dunia strategik kedepan seperti apa?) dihadapkan dengan kepentingan nasional.

gambar 7 Penilaian lingkungan strategik dihadapkan dengan kepentingan nasional.

Referensi: Dejan Stojkovic& Bjorn Robert Dahl, Methodology for Long Term Defence Planning (LTDP), (Norwegian Defence Research Establishment, Feb 2007), halaman 18. “Future worlds” yang dialirkan dari kepentingan nasional (prasyarat kehadiran kepentingan nasional)yang terdokumentasikan. Model yang digambarkanbanyak dianut negara NATO. Produk model ini (future world) akan menjadi masukan utama dalam skenario yang dikembangkan(development scenarios).

 

Hirarkhi tersebut (gambar no.6) mengalir turun ke-strategi militer nasional dan penilaian dan kalkulus risiko & kelemahan-kelemahan. Turun menjadi kapabilitas yang dibutuhkan[35] dan berakhir pada beberapa alternatif FS gabungan. Terpilihnya alternatif FS gabungan[36] dengan kapabilitas yang diharapkan berbasis cost-effectiveness akan diprogramkan (programmed forces) bila disetujui Parlemen. Model ini bisa dipakai bahkan bisa dikembangkan sebagai bentuk performa penugasan yang konkrit (perform to functions). Caranya, antara National Military Strategy dengan blok assesment dibelokkan menjadi sub model baru seperti ilustrasi dibawah ini guna menampilkan kekuatan berikut penugasan dengan performa sesungguhnya yang di-inginkan (specific task accomplish~model seperti ini dalam literatur lain bisa disebut model from strategy-to-task; berharap menemukan apa penugasan sesungguhnya setelah diturunkan dari strategi militer nasional).Berawal dari fundamental goals (fundamental of national goals) ke national security objectives (tujuanKamNas yang dapat di-capai) to attain, mengalir dan seterusnya sehingga menghasilkan functions to be perform, produk ini menjadi injeks kalkukus setiap pilihan kekuatan gabungan, periksa ujung bawah sebagai produk akhir model ini dalam ilustrasi dibawah ini.

Gambar no.8. Alur menemukan performa yang harus ditampilkan.
gambar 8 alur performa yang harus ditampilkanReferensi:Kent,Glenn.A, et-all, A Framework for Enhancing Operational Capabilities, (RAND, Project to USAF, 1990), halaman 11, perhatikan …. functions to be performed … itulah kapabilitas yang harus  didemonstrasikan dengan hadirnya kekuatan yang terbangun.

Mengait model diatas juga menelorkan enam (6) kegiatan kepakaran untuk mendukung formulasi  kapabilitas mliter yang dibutuhkan, periksa ilustrasi dibawah ini.

Gambar no.9. Enam (6) kegiatan menemukan formulasi kapabilitas yang dibutuhkan.
gambar 9 enam (6) kegiatan menemukan formulasi kapabilitas yang dibutuhkanReferensi: Kent,Glen.A & Thaler,David.E, A New Concept for Streamlining Up-Front Planning, (RAND, PAF, 1993), halaman 3. Blok kiri adalah blok hirarkhis strategi nasional yang mengalir mulai fundamental  of national goals  (relatif sama dgn muatan dalam pembukaan UUD 45). Hirarkis dibuat guna mengerucutkan penugasan (mlitary tasks), periksa blok kiri.Kelompok aktor tim formulasi kapabilitas (ruang sebelah kanan) yang dibutuhkan adalah the worriers (yang prihatin), conceiver (memiliki talenta untuk menjabarkan suatu ide), acquirers (yang memerlukan), technologist(Pakar teknologi masa depan), dandeciders (yang memutuskan).

 

Berikut ilustrasi bagaimana Canada membangun National Security Strategy (periksa blok tengah) yang bermuara di-kekuatan gabungan dalam paket doktrin (doctrine adalah how to use the force bila di tambah concepts à FS)[37].

Gambar no.10. FS Canada
gambar 10 FS CanadaHint: Perhatikan dibagian tengah (jantung) blok national security strategy, semuanya di-injek atau jadi masukan yang mempengaruhi terciptanya National Security Strategy (National Security Strategy/KamNas berisikan strategi instrumen kekuatan nasional), semuanya selalu berawal dari National Value dan National interest yang terdefinisikan, dst. Didalam model strategi, semua negara NATO atau Eropah atau negara lain selalu menggunakan kata National didalam ruang strategi raya (misal: kepentingan nasional, strategi pertahanan nasional, keamanan nasional, dll)  bukan dengan kata Negara seperti strategi pertahanan negara, strategi keamanan negara,dll, (Nasional = Negara (phisik) + system nilai).

 

Rencana jangka panjang dan pendekatan Skenario

RPjP FS adalah perangkat kontrol tentang besaran instrumen kekuatan militer dengan menggandeng sumber daya yang akan digunakan. FS yang tercipta akan mencapai sasaran yakni mengamankan obyektif kepentingan nasional[38]. Sepantasnya jantung FS adalah hirarkhis strategi nasional yang berawal dari national interest, dst. Hirarkhis strategi nasional diciptakan guna mempertanggung jawabkan produk FS sebagai pengawal dan penjamin tercapainya obyektif kepentingan nasional. Skenario bukanlah ramalan, bukan impian (visi), tetapi lebih harapan kedepan. Pendekatan ini melibatkan tim pemikir rencana jangka panjang di-tahap awal menciptakan “pembangunan skenario” (scenario building), dan dikembangkan tajam dan fokus lagi setelah terjadi interaksi mendalam dengan para pakar dan praktisi serta pemangku kepentingan yang memahami benar-benar—skenario yang dikembangkan (scenario development). Kedua-duanya menyatu dalam ruang skenario (scenario space) periksa gambar dibawah ini.

Gambar no.11.Model konseptual dari sistem skenario.
gambar 11 model konseptual dari sistem skenarioReferensi: Thomas.J Chermack, Scenario Planning in Organizations: How to Create, Use, and Asses Scenarios, (BK Pubs,2011), hal 66. Corong seb kiri muncul pelebaran (banyak muncul alternatif skenario) & membuka diri untuk diskusi lebih dalam, berikut mulai fokus dan mengerucut dengan jumlah tim pemikir menjadi lebih besar, ujung corong seb kanan adalah skenario-nya.

 

Model diatas menggambarkan bangunan skenario; meski belum menjawab cara-nya, baik diawal skenario atau pengembangannya (scenario development).Bisa saja muncul skenario yang  berkembang liar (tak terkontrol)—isu darurat disebut  skenario kartu liar (wild-card)[39]. Kahane menawarkan lima langkah (dibawah ini) sampai terbentuknya suatu skenario oleh tim pakar.

Gambar no.12. Lima (5) langkah transformasi terbentuknya skenario.
gambar 12 Lima (5) langkah transformasi terbentuknya skenarioReferensi: Adam Kahane, Transformative Scenario Planning Together To Change The Future:Working Together To Change The Future, (Reos Partner Pubs,2012),

 

Skenario yang terpilih ditandai dengan isu yang mudah diingat. Misal; skenario pelibatan di-laut Tiongkok selatan diberi nama “Hukum laut internasional versus sejarah”, dan skenario pelibatan di wilayah timur RI diberi nama “Insurgency yang berkembang”,[40] dll. Transformasi perencanaan skenario dialamatkan bagi problematik yang berkembang pelan dan dinamik dari dalam keluar. Dalam lima (5) langkah ini; anggota tim pelan-pelan mengembangkan transformasi pengetahuan, hubungannya, intensinya dan keseluruhan dalam aksi secara terbuka. Melalui seluruh proses ini[41], transformasi bergerak turun naik dari anggota terbawah sampai  ketua tim, organisasi yang memerlukan skenario tersebut, pemangku kepentingan lainnya serta sistem yang lebih luas lagi. Konteknya dengan FS—skenario berperan sebagai peta jalan strategi pertahanan nasional. Strategi militer nasional sebagai subordinasi strategi pertahanan bersama-sama strategi instrumen kekuatan nasional lain adalah komponen strategi raya/strategi nasional/strategi keamanan nasional[42] dan semuanya menjadi masukan kalkulus RPjP kekuatan militer[43].Strategi keamanan nasional (dimonitor WanKamNas) adalah kejelasan konsep bagaimana strategi instrumen kekuatan nasional didalamnya[44] (strategi ekonomi nasional, strategi politik, strategi diplomasi, dan strategi militer nasional) di-orkestrakan paralel mendukung capaian obyektif kepentingan nasional.

 

Beberapa negara membangun langsung model FS dengan injek Defense Policy Guidelines yang berisikan kerangka fikir tentang misi dan tugas (tasks) yang harus dilaksanakan militer dengan pendekatan strategi keamanan nasional. Didalamnya memuat obyektif keamanan dan obyektif kepentingan nasional[45]d alam bentangan cakrawala waktu panjang dan proses besar ini dilakukan di-kantor KemHan/DepHan. Bisa saja terjadi pergeseran arah pembangunan dikarenakan faktor yang tidak dikehendaki (pertumbuhan ekonomi melambat, APBN berkurang dari asusmi, dll) misal; dari AF 2020 kearah AF 2025, seperti  ilustrasi dibawah ini.

Gambar no.13. Plot implementasi pembangunan FS.
gambar 13 Plot implementasi pembangunan FSHint:Ibid, hal 52. AF 2025 adalah obyektif perbaikan dari AF 2020 (AF=Armed Force Structure), perhatikan garis merah sebagai ilustrasi aktual-nya.

 

Usai perang dingin, hampir semua negara menggunakan pendekatan lebih fleksibel dan murah, yakni skenario[46]. Skenario adalah basis semua perencanaan militer, pelatihan, olah-main (wargaming), dan eksplorasi ruang lebar permainan geo-politik. Herman Kahn (RAND) memperkenalkan tahun 1969 sebagai basis perencanaan kekuatan militer. Aplikasi dilingkungan swasta pernah dilakukan perusahaan Shell Belanda di-tahun 1970 menghadapi “shock” perminyakan. Skenario[47] merupakan model yang bisa menggantikan thesa yang meragukan atau prediksi atau asumsi namun bisa dikondisikan (hipotetik) dengan analogik yang lebih meyakinkan. Skenario dihadirkan sebagai perangkat tes versus kehadiran lawan (sampel) dan kondisi pelibatan operasional. Skenario[48] sanggup menjelaskan kedalaman, keluasan dan kejelasan perilaku lingkungan dampaknya bagi kekuatan sendiri dan lawan. Skenario dikaitkan dengan kapabilitas yang dibutuhkan sangatlah relevan sekali. Bila kapabilitas adalah abilitas (kesanggupan) untuk mencapai obyektif suatu operasi, bagaimana bisa mendefinisikan obyektif operasional dan kapabilitas yang diperlukan tanpa skenario. Skenario adalah produk ramalan pelibatan mendatang yang terbaik. AS-pun menggunakannya meskipun berawal dengan definisi…a scenario agnostic assessment[49]. Pandangan ini nyatanya tidak berhasil dan tidak digunakan lagi. Akhirnya balik pada scenario riil (bukan agnostik) bermuatan ancaman terhadap mereka-mereka yang menghambat kepentingan nasional, dan KemHan AS terus menerus memproses himpunan skenario yang semakin komprehensif, semakin disetujui, semakin dikoordinasikan dan dipenuhi (populated) dengan data baik teman, maupun lawan[50]. Alternatif scenario semakin dipermudah tercipta dengan bantuan kehadiran tantangan seperti tradisional, ireguler, katastropik dan disruptif[51]. Disimpulkan scenario mampu mengakses kapabilitas yang dibutuhkan versus turbulensi lingkungan dengan men-test konsep operasional maupun strategi militer. Berbagai inovasi menciptakan skenario[52] sebagai tiruan situasi mendatang, dan timbulnya keragaman menuntut suatu teknik atau cara bagaimana menilai bahwa skenario tersebut benar pantas digunakan[53]. Perancang yang menggunakan pendekatan ini mengelaborasikan ruang skenario dari  paling memungkinkan(most likely) sampai dengan yang tidak memungkinkan (least likely)—May Yunus Ozturk[54] dari AD-Turki mengatakan himpunan tersebut berada dalam ruang skenario (scenario-space),…dari ruang tersebut dipilih skenario titik mana yang paling memungkinkan dan seterusnya.

 

Contoh penggunaan skenario sekaligus solusi mempertajam (reshaping) kekuatan NATO ditunjukkan dengan orientasi skenario titik (point scenarios) atau ancaman yang dikonsentrasikan (bounding threat). Tercatat penajaman skenario hanya di-dua (2) MTW (Major Theatre War/mandala perang), yakni [1] perbatasan Jerman dengan Eropah dan [2] samodra Pasifik sebagai dua (2) skenario pelibatan yang “most likely” era perang dingin[55]. Usai perang dingin skenario bergeser hanya 2 SSC (small scale conflict; realistik bukan?) yang “most likely” dengan sentranya [1] di-Timur tengah dan [2] semenanjung Korea[56]. Skenario merepresentasikan ruang situasi—diwakili masing-masing alternatif skenario yang menggambarkan alternatif emploi (penggunaan) kekuatan militer gabungan. Skenario juga menjadi basis definisi tugas (task) yang diberikan pada unit kekuatan militer yang dideploikan di dalam skenario tersebut agar mencapai tujuan (obyektif) yang telah ditetapkan (from strategy-to-task). Bisa saja sesuai skenario yang berjalan, unit yang dideploikan memiliki obyektif (misi) yang berbeda dan berubah serta memiliki kapabilitas[57] yang berbeda dibandingkan sebelumnya (antara shaping dan transformasi~hasilnya penghematan belanja negara). Ide mempertajam kekuatan mulai perang dingin, pasca dan era kontemporer sudah bergeser banyak. Militer lebih diarahkan mengamankan kekuatan ekonomi nasional. Penghematan biaya memaksakan upaya perampingan (reshaping) kekuatan militer dengan tidak mengurangi kapabilitas dalam ops gabungan—karena itu QDR atau DDR penting dilakukan.

 

Dewasa ini tumbuh teknik analisis scenario modern guna membangun skenario. Analisis scenario adalah perangkat yang digunakan dalam perencanaan strategik[58] dengan ide masa mendatang yang penuh dengan ketidakpastian, kompleks melalui sinthesa kuantitatif dan informasi kualitatif (soft engineering) dengan membangun kontruksi scenario majemuk atau potret alternative masa depan. Singkatnya analisis scenario terbagi dalam tiga (3) bagian analisis[59] yakni: analisis problema; analisis sistem;dan proses sinthesa. Proses terakhir berupaya menetapkan cara yang logic dan sistematik untuk mencermati bentangan alternative skenario yang paling memungkinkan. Analisis problema dan analisis sistem bisa saja menggunakan pendekatan atau method seperti brainstorming, round table discussion, Delphi Technique atau semua-nya.

 

Dua (2) rujukan pendekatan yang digunakan seperti analisis system dan proses sinthesa(utama) adalah:[1]Non-Bayesian (Morphological Analysis, pendekatan Battele, dan Field Anomaly Relaxation), dan [2] Bayesian method (Cross-Impact Analysis, Goal Programming)[60]. Berikut contoh produk skenario yang paling memungkinkan terjadi di Bulgaria.

Gambar no. 14. Contoh Skenario[61]dari risiko rendah sampai tinggi (mendatar)

gambar 14 Contoh skenario dari risiko rendah sampai tinggi (mendatar)

Berikut adalah contoh model FS sederhana secara umum berbasis gabungan dan kapabilitas yang dibutuhkan:

Gambar no.15. Kapabilitas gabungan sebagai basis kalkulus kekuatan
gambar 15 Kapabilitas gabungan sebagai basis kalkulus kekuatanCatatan :Proses kapabilities dalam empat (4) konsentrasi (technology,process,organisasi,personil) diterjemahkan dalam jumlah, kualitas, organisasinya,dll.Berbasis konsep gabungan (Joint Concepts) dan kapabilitas (Capabilities) lahirlah FS. Mengetahui kekuatan gabungan & kebutuhan kapabilitasbaru diperhitungkan jumlah dan kapabilitas Angkatan yang akan disumbangkan kedalamnya—Angkatan tidak berhitung sendiri dengan alasan apapun juga.

 

Hampir semua model relatif mirip perilakunya (lihat gbr 15), seperti strategic imperative berisikan masukan dari hirarkhis strategi nasional. Threat imperative merupakan rangkuman ancaman yang di-injek kedalam blok compelling need, idem dengan Technology dan risk imperative. Dari blok inilah lahir transformasi strategi yang merupakan pesan elit militer kepada elit sipil & publik bahwa inilah konsep kekuatan gabungan yang diperlukan dengan kapabilitas yang dibutuhkan sebagai basis kekuatan militer yang di produksi kedepan dengan empat (4) konsentrasi, yakni  bidang teknologi, proses, organisasi dan sumberdayamanusia yang terdefinisi dengan jelas.

 

Konsentrasi-konsentrasi berbasis gabungan inilah yang dikembangkan dalam pembangunan kekuatan mendatang. Antara Joint Concepts dan Capabilities bisa di-sisipkan blok skenario yang dibangun (bandingkan gbr 15, 16 dan 17 dan logika terciptanya skenario). Gambar no.16 adalah ilustrasi sederhana yang mengalir dari hirarkhis strategi nasional (value and interest) digabungkan dengan penilaian dan tantangan terhadap stabilisasi sekuriti, menghasilkan Security objectives & ambitions yang bisa menghasilkan Security Strategy (‘tuk mengamankan TingNas), diturunkan dalam Defence mission &levels of ambitions, muncul alternative scenario dan output—FS[62]. Ilustrasi dibawah lebih banyak menggambarkan cara singkat dan langsung dari ambisi nasional (TingNas, dst) dan berakhir di FS yang terpilih.

Gambar no.16. Bagan FS
gambar 16 bagan FSReferensi:HariBucur-Marcu,et-all, 3 person, Defence Management: An Introduction, (Geneva Centre for the Democratic Control of Armed Forces/DCAF,2009), halaman 55. Antara FS  dan Defence Missions & levels of Ambitions bila digambarkan satu skenario yang akan lebih mengkokohkan (robust) model.

 

Melalui injek misi pertahanan nasional (defense mission) dan keamanan lingkungan bisa langsung menghasilkan skenario kedepan. Skenario yang muncul akan menuntut kapabilitas yang diharapkan. Singkatnya mulai blok Defense Missions & Level of ambitions plus analisis lingkungan keamanan bisa dialirkan (baca:diciptakan) skenario yang terbangun dan menghasilkan kapabilitas yang dibutuhkan, dengan ilustrasi dibawah ini.

Gambar no.17.   Menemukan kapabilitas yang diharapkan.
gambar 17 menemukan kapabilitas yang diharapkanReferensi: Ibid, halaman 59.

Tidak semudah itu mendefinisikan kapabilitas, namun ilustrasi dibawah ini bisa membantu mengalirkan temuan kapabilitas yang dibutuhkan.

Gambar no 18.  Pertimbangan kebutuhan kapabilitas.
gambar 18 pertimbangan kebutuhan kapabilitasReferensi: Dejan Stojkovic, Bjorn Robert Dahl, Methodology for long term defence planning, (Norwegian Defence Research Establishment, Feb 2007), halaman 23. Empat langkah (4) menghasilkan kapabilitas yang di-sarankan pak Dejan.

 

Penjelasan gbr no.18; dengan injek risiko dan ancaman, konsep operasional, situasi perencanaan dan teknologi, dibangun area kapabilitas (apa saja & buat list), diturunkan dalam struktur kapabilitas-nya, baru bisa dihasilkan kapabilitas yang dikehendaki. Umumnya beberapa model di-atas memberikan peluang munculnya alternatif FS yang memberikan peluang sumbangan penghematan anggaran belanja yang sangatlah luar biasa besarnya (misal program BRAC di AS, yang menutup sejumlah sejumlah besar pangkalan baik milik Angkatan Darat, Laut dan Udara, serta fasilitas darat lainnya yang diangggap jelas-jelas tidak memberikan sumbangan manfaat[63] nyata hari demi hari dan per tahun~ ineffisiensi). Ilustrasi dibawah[64] ini menunjukkan berapa dampak akibat terpilihnya satu force structure—unit yang dihapus dan unit yang ditingkatkan.

Gambar no.19.  Retrukturisasi AD-AS dalam program 2004-2009.

gambar 19 restrukturisasi AD-AS dalam program 2004-2009

Produk FS setelah dihadapkan kriteria kapabilitas memunculkan beberapa alternatif FS (misal:Force Structure-1/FS-1,dst) dan masing-masing konsekuensi biayanya (cost analysis), periksa gambar dibawah ini [65].

Gambar no.20.  Alternatif FS1, 2, dst plus konsekuensi biayanya masing-masing.
gambar 20 Alternatif FS1, 2, dst plus konsekuensi biayanya masing-masingHint:Alternatif inipun masih perlu dihadapkan dengan konsekuensi biaya masing-masing dan diuji keandalan dan validasi melalui teknik cost-effectiveness atau cost-benefit atau cost-efficient (effisien ~ effektivitas maksimum dan cost minimum).

 

Ilustrasi berikut adalah kerangka fikir FS yang dibuat NATO, dkk, (best practice model)[66] berbasis skenario. Policy formulation akan berawal dari sistem nilai (atau fundamental of national goals), sedangkan environtmental assement adalah isu lingkungan, ancaman, dll.

Gambar no.21.  Best practice model FS NATO
gambar 21 Best practice model FS NATOHint: langkah ke (8) tertulis cost/risk trade-off analysis relatif sama dengan teknik CBA (cost benefit analysis) atau CEA (cost effectiveness analysis)[67].

 

Sebagai penutup sesi ditampilkan ilustrasi model FS Australia dalam cakrawala waktu 20 tahun.

Gambar no.22.  Model FS Australia dalam cakrawala waktu 20 tahun

gambar 22 Model FS Australia dalam cakrawala waktu 20 tahun

Kesimpulan

RPjP kekuatan militer (defense planning) modern berbasis skenario adalah area studi yang sangat komplek dan amat mempengaruhi efektifitas pertahanan nasional mendatang. Proses dibuat dalam rangka meyakinkan bangsa ini betapa pentingnya kehadiran kekuatan militer, aset, fasilitas dan kapabilitas untuk memenuhi keinginan pemerintah via penugasan yang diberikan. Representasi model FS ini adalah respons lingkungan yang semakin tidak menentu dan keinginan membaca dan mengukur unit mana yang sebenarnya perlu dibangun. Peran KemHan umumnya selaku perancang FS dan monitoring NatSecCon sangatlah penting dan satu-satunya “dirigen” orkestra keamanan nasional dinegeri tercinta ini. FS adalah komposisi dan disposisi jumlah kekuatan (termasuk SDM dan cadangan[68]) dalam rangka menjamin terselenggaranya strategi keamanan nasional (KamNas) bersama instrumen kekuatan nasional lainnya[69]. FS merangsang industri pertahanan nasional mengembangkan program inovasi dan modernisasi serta kontrol kualitas. Wajar kalau hirarkhis strategi nasional menjadi jantung model FS selain menginjek model FS[70]. Model diatas (sampai dengan best patrctice NATO) bisa diadop bagi kepentingan TNI guna menelorkan produk FS, dalam cakrawala waktu panjang, berorientasi gabungan, tidak tergoyahkan dengan tawaran murah ditengah jalan (tawaran murah bisa saja lebih mahal dalam total biaya). Model kekuatan militer nasional selalu mengacu kepada otoritas dokumen atau petunjuk yang lebih atas yakni strategi-strategi nasional dan kepentingan nasional. Definisi kunci seperti kapabilitas dikaitkan dengan kekuatan esensi (MEF) mungkin perlu diselaraskan[71]. Presiden, Menhan, para Panglima, otoritas manajemen budgeting (Bappenas?), industri pertahanan benar-benar terlibat penuh beserta Parlemen berinteraksi dalam proses ini plus kehadiran dokumen strategi dan petunjuk lain. Teknik modern CBA, CEA, CE adalah teknik yang lebih transparans dan sudah diberlakukan di-negara NATO 30 tahun lamanya dan berbasis kalkulus “total life-cycle cost” selalu digunakan dalam proses FS.

 

Cakrawala waktu (time-horizon) panjang membentuk “total cost” menjadi sangat mahal. Perhitungan ini hanyalah sebagai alat kontrol dan tidak dikeluarkan dalam tahun pertama. Teknik yang memudahkan kontrol ditahun kedua dan berikutnya—tidak menyulitkan komandan/panglima dilapangan ditahun berikutnya untuk memelihara, memodernisasi, melatih, suku cadang,dll. FS akan memperhitungkan konsekuensi biaya guna mempertahankan tingkat kesiagaan. Hanya komponen biaya yang mendukung kesiagaan bisa disebut biaya relevan(misal:biaya investasi awal, pemeliharaan, suku cadang, modernisasi, renovasi, rehabilitasi, latihan, uji & test, dll—bukan termasuk gaji, belanja pegawai, dll). Tanpa perencanaan jangka panjang pengadaan hanyalah sebatas segudang isu investasi[72] kumulatif. Evaluasi FS periode berikutnya sebaik-nya diikuti dengan Defense Review di-KemHan untuk menguji apakah produk FS benar benar terpakai agar konsekuensi anggaran yang digunakan lebih terkontrol (apakah effektifitas yang dihasilkan selama ini sebanding dengan konsekuensi anggaran yang dikeluarkan?).Semoga bermanfaat.

 


[1]Draft [1] dipaparkan didepan WanTimPres tanggal 13 April 2016, draft [2] sebagai materi diskusi di Seskoal, tanggal 19 & 22 April 2016.  Makalah ini adalah penyempurnaan kedua draft itu. Untuk melengkapi penjelasan, periksa BudimanDjoko Said, Antara Skenario dan Rencana Pertahanan Nasional, QD, 2008.

[2]Kent, Glenn. A, A Framework for Defense Planning, (RAND, Project Air Force, National Defense Research Institute, August 1989, Prepare for USAF and Office of the Secretary of the Defense), halaman 1.Perencanaan (pembangunan) kekuatan militer (force planning) adalah aspek dari perencanaan militer, termasuk organisasi, peralatan, perlengkapan, pelatihan, up-grade, pemeliharaan, modernisasi, dan dukungan berbagai elemen kekuatan (force elements) yang akan menjamin kapabilitas operasional yang spesifik/dibutuhkan.  Sedangkan elemen kekuatan adalah unit organisasi yang terdiri dari personil dan peralatan besar (major items equipments)—seperti tank, kapal, dan pesawat terbang, bersama-sama dengan elemen pendukung sumberdaya yang dibutuhkan agar melengkapi kapabilitas operasional yang dibutuhkan. Kapabilitas operasional spesifik yang diemban oleh elemen kekuatan spesifikakan ditentukan dalam penjumlahan linear dari penugasan (tasks) – penugasanoperasional atau operasional militer individual. Kapabilitas spesifik sesuai dengan penugasan spesifik yang telah ditetapkan.

[3]Policy Kemhan memang dibutuhkan dan terdokumentasikan serta dikomunikasikan denganParlemen, periksa Todor Tagarev, The Art of  Shaping Defense Policy: Scope , Components, Relationships (but no Algorithms), halaman 17, pengertian Defense Policy sebagai berikut:…..A course of action or conduct, as defined by senior executive leadership, intended to infuence and determine decisions, actions, and other matters relating to the conduct of military affairs, consistent with the nation security strategy.

[4]Ozturk, Yunus, Mayor Turkish Army, ICMSS (Turkish War Coll), Scenario-Based Perspectives on Jointness in an Era of Uncertainty: In Pursuit of the Ways for Fighting “Together”, … halaman akhir…  fighting in a joint manner is accepted as part of those requirements, enabling to use forces more efficiently even in uncertain environtment.

[5]Pengalaman McNamara (Menhan AS era perang Vietnam, tahun 60-an), dengan jargonnya … How Much Is Enough, menghadapi permintaan (apamaunya) masing-masing KasAngkatan ? Berapasih cukupnya karena masing-masing Angkatan mengajukan sesuai ambisi masing-masing Angkatan. Masalahnya yang konkrit adalah seberapa jauh kapabilitas yang dibutuhkan menghadapi lawan, bukan duitnya ? Waktu itu isu FS tidak memiliki  framework yang baku.

[6]Menyerahkan kembali ke-masing-masing Angkatan, sama saja menimbulkan jargon…berapasih cukupnya—how much is enough?

[7]Hari Bucur-Marcu, et-all, 3 person, Defence Management: An Introduction, (DCAF,2005), halaman 4… tanpa kerangka fikir hampir mustahil akan mudah mengevaluasi, memvalidasinya atau memverifikasinya, pen.

[8]RTO Studies, Analysis and Simulation Panel, Technical Report 69, Handbook on Long Term Defence Planning, (NATO,2013), halaman 4.

[9]Bond, Tim,  cs;  A Tool for Evaluating Force Modernization Options, (RAND, NDRI, 1998, Prepare for the Office of Sec Def), hal 19……Isu modernisasi karena mengikuti perkembangan teknologi dan timbulnya defisiensi dalam perjalanan usia sistem, Alut, SDM, dll (kelemahan-kelemahan karena usia tua, dll)—muncul problema modernisasi dan tuntutan ini lebih diorientasikan dan berbeda dengan formulasi strategi. Modernisasi lebih memikirkan ways dan means-nya dibandingkan end-statenya. Artinya end-state tidak berubah atau bergeser namun means dan ways yang berubah mengikuti perkembangan state-of art teknologi.

[10]Gotz, Glenn, et-all, A. Estimating the Costs of Changes on the Active/Reserve Balance (RAND, R-3748, Sept 1990) &Schank, John. F, et-all, Cost Element Handbook for Estimating Active and Reserve Costs, (RAND, R-3748, Sept 1990), sertaShanley, Michael, Active/Reserve Cost Methodology: Case Studies, (RAND, R-3748, 1991). Analisis biaya sudah menjadi bagian dari teknik mengoptimalkan (progdi Operations Research), dengan komponen-komponennya seperti cost analysis, cost effectiveness, cost estimating, dan cost estimate relationship, dll.

[11]Sebagai kekuatan cadangan—tetap menjadi bahasan didalam FS sebagai elemen sumberdaya yang harus dihitung. Prokon istilah pengganda, bisa diartikan kalau diinjekkan maka kekuatan menjadi berlipatganda, misal kekuatan pasukan 100 orang kalau digandakan menjadi 200 (digandakandua kali) atau 300 (digandakan 3 x), artinya kekuatan pengganda akan merubah kekuatan awal (regular) jadi berlipatganda ~ berbeda jauh dengan arti pengganti atau cadangan ? Cadangan lebih menggantikan mereka yang jad ikorban, rusak, dll, (kekuatan pokok/utama berkurang karena hadir laju atrisi ~ rate of attrition) jadi tidak sama dengan menggandakan artinya. Distribusi cadangan harus menjadi topik tersendiri berbasis policy yang jelas, misa luntuk TNI-AD berapa alut/jumlah pasukan, dll, TNI-AL berupa kekuatan cadangan marinir saja atau kapal patrol dengan awaknya atau bentuk lainnya, analog dengan TNI-AU dan perlukah semuanya dilatih seperti pasukan darat sebagai basis pendidikan cadangan ? Bisa jadi tidak cost effektif bukan ?

[12]Meskipun terbangunnya struktur kekuatan memadai berbasis kapabilitas, namun dari sisi effektifitas perlu terus menerus dilakukan modernisasi, misal bagaimana menangkalserangan penembak jitu denganteknologi inovasi agar bisa memindai pergerakan  penembak jitu lawan pada jarak diluar effektif penembak jitu.

[13]Jarang ditemui dalam literatur Barat kosa kata jakstra (kebijakan dan strategi jadi satu kosa kata), karena memang dua-duanya terpisah, tidak bisa disamakan atau disetarakan. Satunya lebih superior (policy) dan satunya adalah subordinasinya (strategy). Strategi tidak akan pernah muncul tanpa kehadiran policy, dan policy sama sekali tidak sama dengan regulasi atau uu atau aturan main (rule of the game).  Alangkah anehnya strategi bisa hadir tanpa kehadiran kebijakan (policy), atau alangkah timpangnya policy yang hadir tanpa kehadiran strategi yang akan menjamin dukungan dan berlangsungnya road-map menuju tercapainya obyektif policy. UU atau aturan main atau regulasi bukanlah suatu kebijakan tetapi lebih condong sebagai driver atau menutup peluang terjadinya kegagalan dalam pelaksanaan strategy dan lebih menjamin agar policy dan proses dukungan yang dijalankan strategy bisa berjalan lebih mulus.

[14]Dua(2) kata yang tidak bisa digabungkan menjadi satu (Polstra), mengingat policy maker dan strategy-maker orangnya berbeda. Policy lebih superior dibandingkan strategy. Dua-duanya memiliki cakupan yang bebeda, namun strategy akan mendukung apa maunya policy. JelasnyaPolicy, menjawab What (apa sebenarnya wujud fisik yang diinginkan pemangku kebijakan/pemerintah secara utuh dalam jangka panjang) dan mengarah tercapainya visi pemerintah yakni obyektif kepentingan nasional, dan strategi adalah pendukungnya yang akan menjawab atau menjamin dengan kata How (bagaimana) gunamen dukung maunya “What” pemerintah (policy). Merujuk Fisher, Gene. H, Cost Considerations in System Analysis, (Risetkontrak RAND dengan Kemhan AS, Elsevier & Rand Pub,1971) — ch4.  Introduction to Military Cost Analysis, p. 67. Gambar bawah adalah ilustrasi tentang system total life cycle cost mulai dari R n D (kalau kontrak pembelian mulai dari sini) atau langsung beli (mulai dari investasi), dihitung dalam satu paket biaya, sehingga tahun kedua, ketiga dst, sehingga Koman dan dilapangan tidak kebingungan lagi untuk mengais dana untuk pemeliharaan, operasional, perbaikan, modernisasi, dsb mulai tahun kedua sampai usia pakai selesai. Perlu dicatat bahwa biaya akan mengikuti time-frame atau future value, artinya meskipun dihitung mulai tahun nol namun biayanya (nilai uang) diperhitungan sampai akhir usia pakai (misal:5 rupiah sekarang tidak ekivalen 5 rupiah dalam 5 tahun kemudian—NPV(net present value)).

 

 

[15]Biaya bukan suatu kendala, melainkan konsekuensi setiap alternatif keputusan. Masalah krusial dan tidak mudah adalah bagaimana membuat alternatif solusi yang ketat dari urutan teratas (yg paling effektif) sampai kebawah dengan masing-masing konsekuensi biayanya. Biaya bisa dicarikan, tetapi membangun urutan alternatif solusi dengan bobot effektifitas itulah yang menjadi masalah yang cukup rumit—konsep yang dikenal sebagai cost effectiveness. Personil effektifitas-biaya di KemHan (disebut Comptroller) akan menjadi palang pintu setiap proposlal yang maju keKemHan. Rumusannya sederhana apakahsetiap proposal memiliki effektifitas tinggi dengan konsekuensi dukungan biaya rendah, bukan hanya merumuskan adakah anggaran untuk membeli itu ?

[16]No-Pol—No-Strat—No—Actions, artinya kelangkaan policy, mengakibatkan ketiadaan strategi dan kegiatan/operasi berikutnya.

[17] P. H, Liota, Richmond. M Lloyd, From Here to There: The Strategy and Force Planning Framework, (Naval War Coll Review, Spring 2005, vol.58, no.2), halaman 121.

[18] Ibid, halaman 122.

[19] Policy tidaklah sama denganregulasi atau UU atau aturan main—policy lebih menjawab “what”, apa sebenarnya secara fisik yang diinginkan pemerintah (atau institusi yang mengeluarkan kebijakan).

[20]Hari Bucur-Marcu, et-all, 3 person, Defence Management: An Introduction, (DCAF, 2005), halaman 55.

[21]Tingkatan ambisi akan ditentukan dengan pernyataan atau harapan yang ditunjukkan petinggi atau elit militernya, seperti tingkat modernisasi, tingkat kualitas (kelas “dunia”), arah negara misal :negara “maritim”, kelas Angkatan Lautnya, misal: Angk Laut perairan “biru” atau ”hijau”,dll . Atau seperti pernyataan NATO sanggup (belum tentu mampu) bertempur di dua mandala perang ( two MTW’s). Tentunya akan diikuti dengan policy, strategy, dan operasionalnya via program yang jelas dan konkrit dan “road-map”nya serta emploi dan deploinya, bukan sekedar keluar dalam bentuk pernyataan sederhana saja. Rincian tingkat ambisi beberapa negara NATO yang terdokumentasikan, periksa HariBucur – Marcu, et-all, 3 persons, Defence  Management: An Introduction, (DCAF, 2005), halaman 59 sd 61.

[22]Optimum atau esensial artinya harga yang pas disesuaikan dengan obyektif dan kriteria serta keterbatasan yang ada, jadi bukan maksimum atau minimum, tetapi diantaranya dan isu risiko tidaklah dibahas disini.

[23]Paradigma lama lebihbanyak berorientasi kepada penganggaran, namun paradigma baru dengan menggunakan cost effectiveness akan lebih banyak berorientasi kepada pilihan yang lebih effektif baru dirasio-kan dengan konsekuensi anggaran yang akan digunakan (anggaran bukan kendala, namun lebih pada konsekuensi dukungan setiap pilihan ~ cukup “fair” bukan?).

[24]Kent, Glenn.A, A Framework for Defense Planning, (RAND, Project Air Force, National Defense Research Institute, August 1989, Prepare for USAF and Office of the Secretary of the Defense), halaman 10-11.

[25]Justru strategi keamanan nasional diharapkan perkesempatan pertama sudah dikomunikasikandenganParlemen. Presiden biasanya didampingi Menhan untuk mendiskusikan draft strategi KamNas-nya, mengingat Menhan juga berperan sebagai Lakshar WanKamNas dan bisa memutuskan derajad (level) KamNas (predelegated) kecuali derajad 1, milik Presiden. Bisnis KamNaslebihke “outward” looking ‘tukamankanTingNas (national interest), sedangkan urusan “inward” looking lebih ke Homeland Security (Kamdagri/Kamtibmas), ‘tukamankanTingPublik (public interest).

[26]Kent, Glenn. A, A Framework for Defense Planning, (RAND, Project Air Force, National Defense Research Institute, August 1989, Prepare for USAF and Office of the Secretary of the Defense), halaman 11.

[27]Kata Menhan dalam proses perencanaan ini termasuk KaKasgab termasuk didalamnya adalah masing-masing Menteri Angkatan dan anggota staf gabungan.

[28]Kent, Glenn. A, A Framework for Defense Planning, (RAND, Project Air Force, National Defense Research Institute, August 1989, Prepare for USAF and Office of the Secretary of the Defense), halaman 12.

 

[29]Definisi keamanan nasional akan lebih berorientasi kepada kawalan tercapainya obyektif kepentingan nasional (jadi kepentingan nasional haruslah didefinisikan terlebih dahulu dan dikomunikasikan kepada Parlemen—bagaimana bisa negara bergiat tanpa kepentingan nasional?).

[30] JCIDS, Capabilities-Based Assesment (CBA) , User’s Guide, (JCS, March 2009), halaman 16. Di dalam staf gabungan pertahanan AS beberapa dokumen yang terdokumentasikan dan diupdate, adalah NSS=National Security Strategy, NDS= National Defense Strategy, NMS=National Military Strategy, QDR=Quadrennial Defense Review, GEF=guidance employment of the Force, GDF=guidance on development of the Force, dan JOC (joint operating concepts) terdiri dari JSCP=joint strategic capabilities plan, dan JPG=joint programming guidance, serta FG = fiscal guidance.

[31] System nilai…represent the legal, philosophical, and moral basis for continuation of a nation’s system and provide a sense of national purpose and are the basis for the development of national interests.

[32] Model yang ditulis Bartlett, Liota, Lloyd, et-all, (mashab Naval War Coll), Bartholomes, Jr, dkk (mashab Army War Coll) , maupunmashab USAF War Coll (Andrew, Donald), relatifmirip. Didalamnyastrateginasionalsecarahirarkhisberadadalamruangstrategiraya (atau grand strategy atau national strategy atau national security strategy, sama artinya), periksa mulai kepentingan nasional s/d strateg imiliter nasional. Fundamental of national goals Padanan-nya bagi RI adalah muatan pembukaan UUD 45.

[33]Lebih jelasnya tentang kepentingan nasional, periksa literatur US Army War Coll, ditulis oleh Prof Roskin, …kepentingan nasional adalah…apa saja yang terbaik bagi negara dan bangsa dimata dunia internasional, bahkan dikomentari….mengapa org AS bersedia mati,…..karena tuntutan obyektif kepentingan nasional. Relatif sama dengan komentar Henry Kissinger. Huntington mengatakan bahwa setiap kepala negara diawal pemerintahannya harus mengumumkan dan mengkomunikasikan keinginannya dalam pemerintahannya dalam bentuk kepentingan nasional. Kumulatif semua kepentingan nasional sebenarnya merupakan ”road-map” menuju muara atau muatan the fundamental of national goals. Kent mendefinisikan bahwa kepentingan nasional sangatlahpenting—a comprehensive statement of national goals and objectives exists at the national security planning level, periksa, Kent, Glenn. A, A Framework for Defense Planning, (RAND, Project Air Force, National Defense Research Institute, August 1989, Prepare for USAF and Office of the Secretary of the Defense), halaman 9.

[34]Sering goals dan obyektif digunakan bergantianseolah-olah relatif sama artinya, padahal berbeda tipis. Goal(s), secara alami lebih ambisius, open-ended, sulit dan tidak mungkin diukur, atau Goal(s) mewakili keinginan status masa depan organisasi yang mungkin sulit diwujudkan. Beda dengan obyektif—lebih jelas, konkrit, dan muda hdiukur. Obyektif begitu gamblangnya menjelaskan bagaimana, apa dan berapa jauh kedalaman yang diinginkannya serta ….kapan waktunya?

[35] TBP = threat-based planning dan CBP = capabilities-based planning. Berbasis CBP bukanberarti meninggalkan kehadiran ancaman sama sekali. HariBucur-Marcu, et-all, 3 person, Defence Management: An Introduction, (DCAF, Geneva, 2009), hal 61, ….kapabilitas (kemampuan) dapat diterjemahkan sebagai suatu jaminan sekumpulan peralatan disertai kesanggupan (abilities) untuk mencapai hasil yang terukur (relatif dampaknya terhadap lawan~MOE) dalam menjalankan tugas (task) dengan kondisi tertentu dan standar performa tertentu. Kapabilitas tidaksama dengan harapan desain pabrik (by design) seperti kecepatan tembak per menit, kecepatan jelajah, jarak capai/tempuh,dll yang kesemuanya tidak memberikan dampak kerusakan apa-apa terhadap musuh. Bedakan misalnya dengan CEP (circular error probability~kesalahan dalam lingkaran jatuhnya bomb, atau contoh lain: probabilita deteksi given jarak tertentu,dll) ßkapabilitas yang memberikan dampak riil terhadap lawan. Kapabilitas menurut MORS (military operations research society) — kapabilitas (kemampuan) = abilitas (ability) + ”outcome”.

[36] Cost Effectiveness (CE) berbeda dengan saudaranya yakni Cost Benefit(CB), yang terakhir ini lebih sesuai bagi kegiatan bisnis. Effectiveness adalah besar-nya dampak sista atau serangan terhadapmusuh, sedangkan CB atau Benefit lebih banyak memikirkan dampak bisnis terhadap pelaku usaha (untung/rugi).

[37]Stojkovic &  Bjorn Robert Dahl, Methodology for long term defence planning, (Norwegian Defence Research Estabishment/FFI, Feb 2007), halaman 37. Perhatikan meskipun diberi sebutan doktrin, namun melalui muatan doktrin didalamnya terbangun kapabilitas yang dibutuhkan (doktrin adalah …. How to use the force).

[38]Barlett, Henry. C, et-all, 3 persons, The Art of Strategy and Force Planning, dalam Strategy and Force Planning, 4 th edition (Newport, R.I, Naval War Coll, 2004), hal 114. Perhatikan; national value sama dengan fundamental of national goals, diturunkan menjadi kepentingan nasional, dst. National policy menjawab What maunya pemerintah dan Strategi akan menjawab How terhadap dukungan tercapainya maunya Policy. Gambaran ini menjamin bahwa strategi militer nasional akan mendukung kepentingan nasional.

[39]ValeriRatchev, Context Scenarios In Long-Term Defense Planning, (Journal Information & Security, ProConPub, vol 23, no.1,2009),  hal 66.

[40]Disarankan label nama per setiap skenariodberinama (isyarat) yang menari ksesuai dengan situasi sebenarnya.

[41]Adam Kahane, Transformative Scenario Planning Together To Change The Future: Working Together To Change The Future, (Reos Partner Pubs, 2012),

[42]Strategi Keamanan Nasional atau lebih dikenal sebagai KamNassaja.

[43]Bagaimana mungkin tanpa masukan strategi pertahanan dan strategi militer nasional (Peran guidance Presiden dan Menhan, serta KaKasgab penting sebagai injek/masukan) tiba-tiba bisa memunculkan sejumlah kapalperang, pesawat terbang, jumlah pasukan dan sumda yang akandibangun, atau dipelihara atau dipertahankan ?

[44]Barlett, Henry. C,  et-all,3 persons, The Art of Strategy and Force Planning, dalamStrategy and Force Planning, 4 th edition (Newport, R.I, Naval War Coll, 2004),… hal 116. Strategi ekonomi nasional menjelaskan misalnya: bagaimana capaian pertumbuhan ekonomi nasionalnya atau perannya dalam pasar internasional. Sedangkan strategi diplomasinya menjelaskan bagaimana bangsa itu mengharapkan capaian komunikasi terbaiknya dengan bangsa lainnya, dengan mitranya, dengan sahabatnya, dengan koalisinya, dll. Sedangkan strategi militer nasionalnya berkomitmen untuk mendukung strategi instrumen kekuatan nasiona llainnya melalui pengaruh, penangkalan, pertahanan atau melakukan kompel (compellence). Strategi keamanan nasional akan mengawal semua program nasional yang dikontrol oleh kepentingan nasional (kepentingan nasional adalah penggalan visi pemerintah per periode pemerintahan baru, sedangkan ujung semua kepentingan nasional/visi akan berakhir pada tujuan nasional yang fundamental). Kepentingan nasional ini akan lebih banyak berorientasi keluar. Wajar kalau ancaman terhadap kepentingan nasional akan mengganggu staabilita skeamanan nasional. Oleh karena itu kepentingan nasional dan pengawalnya yakni strategi keamanan nasional dikontrol oleh Presiden dan sehari har iakan dikontrol dan dimonitor oleh Menhan (dalam Wan KamNas) biasanya (memiliki pradelegasi kewenangan sd derajad-2 keamanan nasional, derajad-1 (keputusan) milik Presiden)).

[45]German Govt, Defence Policy Guidelines, (Berlin, May, 2011), hal 1. Basisnya penilaian (assessment) sekarang dan yang akan datang (most likely), dan per beberapa periode tertentu di evaluasi ulang.…. Jangka menengah menurut beberapa pakar  lebih flexible dan lebih realistik  dibandingkan jangkapanjang dengan pendekatan sekuriti dan kepentingannasional  yang diperkirakan sulit diprediksi dan penuh dengan ketidakpastian skala tinggi (pen).

[46]HariBucur-Marcu,et-all, 3 person, Defence Management: An Introduction, hal 53.

[47]E S Quade& W. I Boucher, System Analysis and Policy Planning: Application in Defense, Seyom Brown,  Scenario in System Analysis,bab 16 , (RAND, 1967, Part-IV, ),  halaman  299-300,….They all refer to description of the conditions under which the system they are analyzing, designing, or operating are assumed to be performing.

[48] JCIDS, Capabilities-Based Assesment (CBA), User’s Guide, (JCS, March 2009), halaman 29.

[49]Ibid, hal 37.

[50]Ibid, hal 37. Bahkan kabarnya RAND telah mengembangkan perangkat simulasi maupun wargaming untuk  tes dan uji serta meyakinkan scenario yang dibangun mendekati kenyataan.

[51]Periksa Strategi Pertahanan Nasional AS, tahun 2005, penjelasan dalam 4 kwadran tantangan diperjelas dengan tambahan 5 obyektif strategi pertahanan nasional terbitan tahun 2008.

[52]E S Quade& W. I Boucher, System Analysis and Policy Planning: Application in Defense, (RAND,1967), Seyom Brown,  Scenario in System Analysis, (RAND, 1967, Part-IV, bab-16),  halaman  299-300,….They all refer to description of the conditions under which the system they are analyzing, designing, or operating are assumed to be performing.

[53]Whitworth, Ian. R, et-all, How Do We Know That A Scenario is “Appropriate”?,  ( CrankfieldUniv, UK, Def Academy of UK, DMSO, 2006, 11th ICCRTS), halaman 1, Abstract.

[54]Ozturk, Yunus, May Turkish Army, ICMSS (Turkish War Coll), Scenario-Based Perspectives on Jointness in an Era of Uncertainty: In pursuit of the Ways for Fighting “Together”, … scenario-space method helped to choose the most plausible and relevant scenario, Then it could be  to draw conslusions on how to gain joint capabilities and fight together (dalam operasi gabungan).

[55] John F Troxell, Force Planning in an Era of Uncertainy : Two MRC’s as a Force Sizing Framework, (US Army War Coll, 1997),  halaman 6……Setelahinvasi Soviet ke Afghanistan , Des 1979, …perencanaan FS  dialihkan ke Iran sebagai skenario yang most likely dalam aksinya di Teluk Persi.

[56] Hint: MTW (major theatre war) dan degradasinya yakni SSC (small scale conflict), konsekuensinya mungkin jabatan panglima (commander-in-chief) menjadi (cukup) komandan (commander) saja—effisien bukan? Jumlah asset tempur dan kekuatan menjadi berkurang, penghematan yang luar biasa bukan ? Meskipun kategorinya adalah SSC namun bisa saja masing-masing SSC muncul beberapa alternatif scenario. RI pernah menggunakan terminologi ini dengan menyebut dua (2) trouble-spot, meskipun belum jelas spot seperti apa dan dimana ?

[57]HariBucur-Marcu,et-all, 3 person, Defence Management: An Introduction, hal 53.

[58]MT Nguyen & M Dunn, Some Methods for Scenario Analysis in Defence Strategic Planning,  (DSTO/ Defence Science and Technology Organisation, Australia Govt, DSTO-TR-2242, Feb 2009), halaman 1.

[59] Ibid, halaman 1,2

[60] Ibid, halaman 2.

[61]Ratchev,Valeri, Context Scenarios in Long Term Defense Planning, (Information & Security, International Journal, vol 23, no.1209, 62-72).

[62]HariBucur-Marcu,et-all, 3 person, Defence Management: An Introduction, (Geneva Centre for the Democratic Control of Armed Forces/DCAF,2009), halaman 55.

[63]Ukuran manfaat yang sangat sederhana, misalbeli computer seharga x rupiah, umur effisiensi adalah 5 tahun (atau = sekian hari), jadi unit cost perhari bisa dihitung total harganya dibagi total hari dalam 5 tahun. Asumsinya harus digunakans epanjang usia pakai, apabila digunakan dalam setahun hanya beberapa hari (bisa dihitung unit cost dalam beberapa hari dibandingkan seharusnya digunakan—sangat-sangat tidak bermanfaat, mungkin lebih baik sewa, atau beli yang  bekas, dll).

[64] Ibid, halaman 87.

[65] Ibid, halaman 66.

[66]Stojkovic& Bjorn Robert Dahl, Methodology for long term defence planning, (Norwegian Defence Research Estabishment/FFI, Feb 2007), halaman 34.

[67]CBA lebih sesuai untuk kepentingan bisnis, dimana manfaat/benefit dilihat relatif terhadap aktor itu sendiri, berbeda dengan CEA yang relatif dilihat dampaknya (effektifitas) terhadap musuh atau lawan.

[68]Kalau kuat cadangan merupakan bagian dari penilaian risiko (risk assesment) tentunya akan menjadi bagian kalkulus FS dan tidak terpisah karena kemunculan even kekuatan cadangan paralel kemunculan kekuatan regular ( # kek total = # kek regular  + # kek cadangan), keduanya muncul sebagai konsekuensi even perang. Konsekuensinya UU antara regular dan cadangan mestinya satu, mengingat dua-duanya merupakan konsekuensi  kalkulus kekuatan yang akan dibangun dalam opsgab dan menghadapi ancaman yang sama dan dalam even pelibatan serta skenario yang sama. Arti-nya even kemunculan kuat cadangan merupakan akibat laju atrisi kuat regular dan tidak bisa dianggap berdiri sendiri sehingga dipertanyakan haruskah diperlukan RUU tersendiri.

[69]Pengertian kapabilitas sendiri memerlukan bahasan cukuppanjang, makalah ini lebih menitikberatkan orientasi kepada pemahaman untuk membangun model FS berbasis skenario.

[70]Hirarkhis ini tentu sajamenuntut hadirnya dokumen strategi yang konfidensial (bukan “bukuputih”), terdokumentasi artinya ada dan disetujui muatannya oleh Parlemen, misal muatan yang mengalir dari Fundamental of national goal(s) sampai dengan kepentingan nasional dan strategi keamanan nasional. Perhatikan dalam ruang strategi raya, kosa kata dibelakangnya selalu diikuti kata nasional, misal strategi militer nasional, strategi pertahanan nasional, kepentingan nasional, strategi keamanan nasional, fundamental of national goals,dll, bukan negara (negara lebih berperilaku phisikal, bila ditambah system nilai akan lebih berperilaku nasional).

[71]Essensial bisa diartikan krusial, penting, harus, ekstrim, sangat (kuat) di-rekomendasikan, bila dikaitkan dengan besaran minimum bisa saja menimbulkan hal yang ambigu ~ misal MEF. Mengingat minimum bisa diartikan sekecil kecilnya atau minimum atau kecil, atau bahkan tidak penting sama sekali, kontras bukan dengan artian minimum essential forces ?

[72]Definisi pengadaan (acquisitions) dimulai dari investasi sd system tersebut rusak atau disposal~menggunakan konsep total life-cycle cost.
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Share via
Copy link
Powered by Social Snap