Oleh: Budiman Djoko Said/Wakil ketua FKPM
Abstrak
China menjadi obyek perhatian pengamat dan analis kekuatan pertahanan nasional negara-negara di Asia timur, Asia tenggara dan tentunya AS dan Australia dekade ini. Pertumbuhan pesat ekonomi China sangat mendukung ambisi PLA dan kekuatan stratejik China yakni PLAN (Angkatan Laut Tentara pembebasan China), meskipun ketidaktransparan pertumbuhan dan pengembangan kekuatan PLAN mencemaskan negara sekelilingnya. Agenda tulisan adalah membahas kekuatan China dengan signifikansi pertumbuhan kapal selam yang dipandu dengan logika stratejik yakni strategi anti-akses dan area denial yang menurut konsep Barat merupakan konsep yang cocok bagi Negara yang inferior.
Latar Belakang
China, salah satu kekuatan besar dunia ikut menikmati dampak jatuhnya Russia (TEBA, hal 1) dalam struktur polarisasi.Menikmati stabilitas dalam negeri dan pertumbuhan ekonomi cemerlang,mendorong pesatnya pertumbuhan kapabilitas PLA,utamanya PLA/N (atau PLAN saja,pen).Obyektif strategi KamNas China dengan mengawasi jalur minyak,makanan dan perdagangan melalui L.China selatan, Kep.Paracel dan Spratly ikut mempercepat pertumbuhan ini (Khalilzad, hal 2). Kontroversi China sebagai ancaman tetap berjalan sampai sekarang disertai banyak prediksi tentang perkembangan ancaman ini.Ancaman adalah suatu peringatan bahwa ada sesuatu isyarat ada sesuatu yang membahayakan kepentingan nasional.Nyatanya pemimpin dan pemerintahan komunis masih tetap bertahan,ekonomi China justru tumbuh pesat,dan tidak ada invasi terhadap Negara tetangga serta stabilitas Asia masih jauh dari agresivitas China (Teba, hal 1). Demonstrasi ambisi PLA/PLAN-nya mengkuatirkan negara menengah dan kecil disekitar China dan memicu perlombaan dan perimbangan kekuatan Maritim.Kebangkitan naga Merah PLAN ditandai dengan ekspansinya keluar dari perimeter pertahanan maritim pertamanya yakni rantai kepulauan pertama.AS dan beberapa negara di kawasan Asia Pasifik memperihatinkan kecepatan pertumbuhan yang begitu pesat danberharap China meningkatkan transparansi isu militer ini.Keluhan ini tentu saja dibantah pejabat sipil dan militer China dalam temu formal di ARF atau CSCAP dan menyatakan transparansi ini semakin meningkat dari tahun ketahun serta mengingatkan negara kecil dan lemah agar tidak mengikuti standar transparansi AS ini (Kiselycznyk, hal 1),dikatakan selanjutnya bahwa tranparansi hanya menguntungkan negara besar saja (Ibid, hal 4). Sebenarnya kemunculan isu ini lebih dipicu kebenaran angka “double digit” belanja pertahanan nasional yang dibawah perkiraan sebenarnya. Meski alasan itu didukung ”buku putih”,namun menoleh dugaan besarnya pengeluaran belanja pertahanan nasionalyang cukup besar dan realita ekspansi manuevra asset tempurnya yang keluar dari perimeter pertama rantai kepulauannya.Seperti didorongnya kekuatan maritim China kedaerah sengketa wilayah (di Laut China selatan) pada tahun pertengahan 1990-an,penggunaan tes rudal balistik mengintimidasi Taiwan sekitar tahun 1995-1996 (Ibid, hal 3) dan pertumbuhan kapabilitas China danasset tempur dengan akuisisi ditahun 1990-an dengan pesawat yang lebih canggih buatan Russia semacam SU-27 dan SU-35,S-300 rudal anti kapal permukaan dan kapal selam kelas “Kilo” yang konon sangat rendah kersiknya dan diduga kapabel menyelam sampai 300 m (kersik=HE/hydrophone effect,lebih sunyi,pen). Belum lagi produk kapal selam diesel dan nuklirnya yang cukup massif,seperti produksi terbaru kapal selam nuklir berrudal jelajah (SSBN) dari kelas Yin (type 094) yang mengangkat kelas ini sebagai generasi kedua kapal selam berudal jelajah.
Tentu saja AS dan negara tetangga semakin memprihatinkan obyektif dibalikstigma modernisasi ini (Ibid,hal 3).Diduga PLAN disiapkan menghadang kekuatan kapal induk barat dan kapal pengawal terdepannya yakni kapal selam penyerang nukliryang akan memasuki perairan China dan sekitarnya (Ibid,hal 3).Modernisasi ini menunjang pergeseran strategi bertahan dari wilayah daratan lebih ekspansif kewilayah maritim utamanya diperimeter rantai kepulauan pertama (first islands chain).Beberapa thesa tentang alasan “modernisasi”,pertama;terkait ketegangan dengan Taiwan,AS selalu siaga dengan dua (2) ”battle group”nya didaerah “panas” yang bisa menyekat kekuatan China (Lai,hal 1).Kedua,China menyadari bahwa modernisasinya terbendung oleh keunggulan AS dalam revolusi urusan militer (RMA,pen) khususnya abad “informasi”.Ketiga,demo RMA militer AS dalam perang Teluk tahun 1991,kampanye udara Kosovo 1999,dan operasi anti terorisme Afghanistan dan Irak awal 2000-an mengejutkan China sehingga isu diatas ini menjadi pemicu keinginan China untuk mempercepat modernisasinya (Ibid,hal 1).Strategi “sea denial” adalah pilihan China dengan kekuatan asimetriknya ~ dikenal sebagai strategi anti-akses,meskipun beberapa literatur menyebut sebagai A2/AD (anti-akses dan area denial,pen).China tidak lagi menggunakan doktrin perang semesta berbasis capabilities-based assesmentnya dengan gelombang kekuatan manusia (human wave attacks,era perang Korea,pen) tetapi dengan kesiapan bertempur diwilayah lokal dengan teknologi tinggi (Cliff,2005,hal 14,lembar Summary).Konsep awal tentang kapabilitas keluaran Ziang Zemin tahun 1993,diperbaharui tahun 2002 dengan fokus peperangan lokal dengan kondisi “terinformasi dengan baik” (Devitt,hal 8) meninggalkan kata-kata kondisi “berteknologi tinggi”.Bagi China pernyataan ini bukan sekedar “pencitraan” saja mengingat pemimpin mereka benar-benar memiliki “sense” terhadap kontrol dan komitmen yang kuat terhadap program.
Pertumbuhan Satuan Kapal Selam China dan Problema Peperangan Anti Kapal Selam
Petinggi PLAN percaya,perang dunia I adalah era kapal tempur permukaan (battleship), perang dunia ke II oleh kapal induk,dan sekarang ini adalah milik kapal selam dan kapal selamlah asset utama melakukan anti-akses strategi dan area-denial. Pertumbuhan pesat kapal selam China dipicu kemarahan Mao tahun 1956, sebagai reaksi ditolaknya permintaan kerjasama teknologi nuklir dengan Russia.Meski hubungan Sino-Soviet semakin membaik hampir disemua dimensi,hubungan keamanan antara kedua negara tersebut tetaplah rapuh. Saling mendukung untuk isu tertentu namun tidak untuk isu lainnya dan tidak berarti hubungan ini mengarah pada anti-AS (Weitz,hal 117-118). Ambisi ini terujud dengan disetujuinya rencana pembangunan pendorongan nuklir dan kapal selam nuklir balistik (SSN&SSBN) secara simultan ditahun 1958.Era itu disebut periode “emas” sayangnya periode berikut dengan revolusi kebudayaan dan lompatan besar (great leap) disertai tendensi hubungan Sino-Soviet yang kurang baik (Goldstein, hal 2) membuat program kapal selam ini terseok-seok. Mencairnya kembali hubungan Sino-Soviet tahun 1964 ditandai dengan dibangunnya kapal selam nuklir balistik kelas “Golf”. Ditahun berikutnya program ini terusik kembali oleh “revolusi moral” dengan ditangkap dan diperiksanya ribuan perwira PLAN termasuk komuniti kapal selam dengan sedikitnya 11 Pati-nya serta anti klimaks ditahan dan diadilinya perancang kapal selam nuklir Huang Xuhua oleh Pengawal Merah (Ibid,hal 3).Situasi ini membaik dengan demilitarisasi kelompok militer ditunjang persepsi ancaman oleh Russia,menyebabkan produksi kapal selam diesel elektrik kelas “Romeo”meningkat rata-rata 6 kapal pertahun, dan ditahun 1978 mencapai jumlah 60 kapal.Bukan saja produk asset tempur bawah air menjadi prioritas,juga sistem persenjataan yang dibawa kapal selam,seperti torpedo anti permukaan Yu-1 dan 2 dan kemudian torpedo homing Yu-3.Pertumbuhan ini meningkat drastis ditandai percobaan pelayaran skuadron kapal selam dari generasi kedua kapal selam nuklir, dan seri pertama produksi dalam negeri kapal selam diesel elektrik kelas Song, diikuti proses pembelian 8 kapal selam kelas Kilo.Ambisi ini diperkuat aktivitas skuadron kapal selam PLAN yang mulai menggerakkan sirip hidroplanenya dari wilayah litoral menuju area sengketa di L. China selatan, meskipun masih didalam rantai kepulauan pertamanya,periksa gambar no.1 dibawah ini.
Gambar no.1. Rantai Kepulauan Pertama dan Kedua.
Figure (no.1). The First and Second Island Chains.PRC military theorist conceive of two island “chains” as forming a geographic basis for China’s maritime defense perimeter. Referensi: OSD, hal 25, perhatikan garis rantai kepulauan pertamanya (first island chain), sebagai basis lingkaran pertahanan maritim terdalamnya. Antara rantai kepulauan pertama dan kedua (second island chain) adalah Laut Philipina.
Rantai kepulauan pertamanya yang berawal dari titik di-ujung timur lautnya (selatan semenanjung Korea,pen) terus keselatan hampir seluruhnya adalah wilayah litoral dan perairan dangkal bagi aset kapal selam dan anti kapal selam.Perhatikan dalam kantong selatan perimeter rantai kepulauan pertama adalah area sengketa yang diklim negara ASEAN (utamanya) dan merupakan area ekspansi satuan Maritim China keselatan. Gambaran “de-eskalasi pertikaian Sino-ASEAN”antara Philipina, Malaysia, Brunei dan Vietnam versus China (Emmer,hal1),periksa gambar no.2 dibawah ini:
Gambar no.2. Wilayah Laut Sengketa
Referensi: OSD,halaman 11,perhatikan ujung sebelah kanan garis warna merah terhubung keutara dengan rantai kepulauan pertamanya.
Keseriusan PLAN mengembangkan ketrampilan perang kapal selam (underwater warfare, pen) nampak dengan insidentenggelamnya kapal selam kelas Ming tahun 2003 (diesel elektrik). Indikator meningkatnya jumlah kapal selam China yang melintas perairan Jepang (kep. Ryu Kyu) diujung utara timur laut rantai kepulauan pertamanya, semenjak tahun 1970-an,bukan saja menandai keberanian komandan kapal selam “bernavigasi bawah air” diperairan sempit malam hari sekaligus bermain-main dalam perimeter terdalam yakni rantai pertama kepulauan.Berikut beroperasinya produksi pertama kapal selam penyerang nuklirnya dari kelas Han yang tertunda lama meskipun ditandai kelemahan seperti mudah mengalami kebocoran (reaktornya?, pen) dan kelemahan sistem elektronik dan persenjataannya (Goldstein, hal 2). Insiden berikut seperti; menyusupnya kapal selam diesel elektrik kelas “Song” yang terbaru (salah satunya lihat gambar no.3 dibawah ini) dibawah USS Kitty Hawk (kapal induk,pen)tanpa terdeteksi diarea bahaya torpedo relative terhadap kapal induk,dilepas pantai Jepang tahun 2006 (Shanker,New York Times,Washington,March 9,2009).
Gambar no.3 Salah Satu Kapal Selam Diesel Elektrik Kelas “Song”
Referensi: Reality Frame, Journal on line and News, search Google.com,”China’s submarine”
Sumber pejabat NATO menyebut insiden ini mengejudkan AL-AS tentang pertumbuhan kapal selam yang berpotensi mengancam (Reality Frame,Nov 11,2007).Insiden terakhir yang tercatat adalah dihadangnya kapal survei Angk Laut AS oleh kapal-kapal nelayan China yang nampak dikendalikan.Taktisian Angkatan laut manapun mengetahui bahwa asset anti kapal selam terbaik adalah kapal selam itu sendiri ~ kapal selam “killer” atau kode SSN atau SSK (SSK/submarine ship killer,diesel elektrik,SSN/SSK dgn nuklir). Problema peperangan bawah air dan anti kapal selam ditengarai oleh propagasi deteksi bawah air diperairan dangkal atau perairan litoral ini,jelasnya rendahnya probabilita deteksi kapal atas air dan sebaliknya keunggulan ruang manuvra bagi kapal selam. Pengalaman Inggris dalam konflik Malvinas yang mengeluarkan ongkos sebesar 200 senjata anti kapal selamnya versus 300 kontak kapal selam (Schaller,hal 15),tanpa berhasil menenggelamkan San Luis (milik Argentina kelas U-209).Beberapa literatur bahkan mengatakan kebanyakan kontak tersebut adalah palsu (false contacs).Tiga (3) hal pelajaran disini,pertama terlalu merendahkan (underestimate)kapabilitas kapal selam diesel elektrik diperairan litoral versus sejumlah besar kontak palsu.Kedua;kapal selam diesel elektrik diperairan litoral mudah mengontrol ruang tempur (battle space) (Ibid,hal 15) dan memilih sasaran dibandingkan kapal atas air.Ketigaperlu ketrampilan,asset dan senjata anti kapal selam yang lebih banyak menghadapi kapal selam di-litoral.Konsep peperangan ini didorong serius oleh Laksmana Zang Dingfa,salah satu Pati awak kapal selam nuklir yang terlatih.Armada Pasifik AS ini mengamati serius pengembangan ini,dan Komandan Armada Pasifik waktu itu Laksamana Walter Doran menyatakan;”Angk Laut AS harus kembali pada bisnis AKS (anti kapal selam,pen)”.Pilihan strategi maritim China dengan kapal selamnya membuat komuniti kapal selam dan anti kapal selam Armada Pasifik AS harus mengimbangi kompetitor yang prospektif ini (Smith,hal 1).Perlu dicatat bahwa modal kapal selam penyerang adalah keheningannya sehingga asset anti kapal selam terbaikpun sulit mendengarkan dengan hydrophone-nya (sangat berbahaya sekali kapal selam penyerang menggunakan mode aktif sonarnya,pen),dan sama berbahayanya kapal selam yang memancarkan radio HF-nya kecuali darurat meskipun dimasa damai.Era PD-II dengan cara manual sandi Jepang bisa dibongkar apalagi sekarang dengan computer pemroses kecepatan tinggi. Perkembangan sesudah 1990,terjadi perubahan radikal kapabilitas bawah air China dengan akuisisi empat (4) kapal selam diesel elektrik kelas “Kilo” (2 dari proyek 877 dan 2 proyek 636) Russia.Analis Barat mencermati dua (2) kapal selam proyek 636 dianggap lebih hening (more quieter) dibandingkan kapal selam nuklir penyerang (SSN) kelas Los Angeles yang dimodifikasi (Ibid,hal 4),atau lebih hening dari kelas “Akula” Russia,dan kelas “Trafalgar” milik Inggris.China mengejar teknologi kapal selam berudal jelajah pada akhir abad ini,meski di-awal usahanya dengan produksi tipe/kelas 092 tidak pernah mencapai tingkat penangkalan yang berhasil (Bell,hal 11). Saat Barat mengurangi inventori kekuatan nuklir selesai perang dingin,sebaliknya China mengejar kekuatan persenjataan nuklir sebagai bagian modernisasi PLAN.Introduksi tipe 092 bukan hanya sebersit signal loncatan teknologinya,tetapi juga introduksi signal lain tentang lompatan “kaki” nuklirnya (Ibid,hal 11).Ilmuwan kapal selam Barat lebih tertarik type 094 pengembangan tipe 092 kelas kapal selam nuklir penyerang (SSBN) yang diproduksi massif,signifikan namun menimbulkan pertanyaan kemana China mendeploi kapal selamnya dan dimana dipangkalkan?(Ibid,hal 7).Kelas 094 sebagai modifikasi kelas 093 jauh lebih hening,bahkan jurnalis China mengomentari bahwa kelas 094 lebih ultra hening dibandingkan kelas USS Ohio,minimal sama heningnya saja dengan Victor III. Kesimpulan sementara kapal selam China kelas manapun sudah memadai dideploikan diperairan litoral dan menyulitkan deteksi kapal atas air lawan (Ibid,hal 8).AS merespond dengan analisis kualitas kapal selam nuklir China dengan tiga (3) kelompok.Pertama dari fihak militer beranggotakan Lemdik Naval War Coll dan Naval Postgraduate School, dll, bergabung dengan militer sejati baik aktif maupun pensiun bersama-sama menganalisis isu ini. Kelompok kedua,terdiri para jurnalis dalam dan luar negeri (jurnalis alut sista, pen), dan kelompok terakhir adalah para professional yang terdiri dari ilmuwan publik sejati dan para “think-tanks”. Proffesional yang kebanyakan para stratejist, bukan militer namun seringkali memberikan pengaruh kuat keputusan nasional (Ibid,hal 8). Konsensus ketiga kelompok ini membenarkan secara akustik kelas 094 lebih maju dibanding kelas Victor III dengan signatur suara mirip kelas USS Los Angeles, yang sementara ini diasumsikan lawan kelas 094. Periksa gambar no.4 adalah anjungan salah satu kapal selam penyerang kelas “Los Angeles”, yakni USS Toledo.
Gambar no.4. Anjungan USS Toledo/SSN-769
Referensi: Jonesblog, Scientist, Photographer, dari Google.com search engine “China’s Submarine”. Gambar Pwa Jaga USS Toledo/SSN-769 (?,pen) berada dianjungan.
China Dengan Anti Akses Strateginya
China adalah penganut Sun Tzu fanatik. China awalnya menekankan strategi, strategema dan aplikasinya berbasis pertahanan darat dan tidak berambisi mengembangkan kekuatan maritim. Kebijakan pertahanan nasional China bertumpu pada obyektif kepentingan nasional seperti tertuang dalam “buku putih” yang diterbitkan 2 tahun sekali. Kepentingan nasional yang tertulis menjadi rujukan dan basis formulasi kebijakan pertahanan nasional China.Logikanya persepsi ancaman relatif berbasis sesuatu yang menghambat tercapainya obyektif kepentingan nasional (Crane,hal 193). Konsep ini mirip dengan formulasi strategi dan kebijakan negara barat. Dekade ini pemimpin China lebih mawas keluar meskipun tetap mempertahankan sifatnya yang defensif. Formulasi strategi ini lebih diwarnai strategi anti-akses yakni menghalang-halangi oposan memasuki mandala tempurnya dan biasanya berpasangan dengan strategi area denial atau menhalang-halangi oposan bermanuevra didalamnya (Walsh,Abstract).Konkritnya strategi anti-aksesi…antiaccess measure to be any action by an opponent that has the effect of slowing the deployment of friendly forces into a theatre,preventing them from operating from certain locations within that theatre or causing them to operate from distances farther from the locus of conflict than they would normally prefer (Cliff,2005, hal 11 dan DoD Dictionary, 2001). China belum menganut konsep mandala tempur (theatre war) yang lebih ofensif dan masih memperagakan strategi pertahanan defensif dengan dua (2) garis pertahanan maritimnya (2 rantai kepulauan) yang membentang mulai dari rantai pertama sejauh kl 200 mil dari garis batas pantainya sampai dengan kl 1000 mil lebih kearah rantai kedua (Liang, hal 3 & gb no.1). Strategi anti-akses didominasi senjata asimetrik, seperti kapal selam, torpedo atau ranjau. Pengertian asimetrik ini lebih disebabkan tidak sebandingnya harga sasaran yang rusak (HVU/High Value Units) dibandingkan harga senjata asimetrik yang dilontarkan dari kapal selam (Manke,et-all,hal 3).Model strategi anti akses dan elemen kekuatan dalam perang asimterik dan hubungannya periksa gambar no.3 dibawah ini:
Gambar no.5. Pola Strategi A2/AD dan Hubungannya dengan Tingkat Kekuatan (Super atau Inferior)
Referensi: Farricker, hal 10
Memanfaatkan asset asimetrik PLAN sebagai kekuatan strategi maritim guna mendukung strategi raya China,simak pernyataan Laksamana Cheng Mingshang,wakil kepala Panglima PLAN (Farricker,hal 30)…the Navy is the tool of big powers’ foreign policy. Compared with the other sevices,which cannot go beyond boundaries,an international navy can project its presence far away from home.It can appear in the sea close to the coast lines of potential opponents. While this demonstration of power constitutes a high level of deterrence,it does not provide any formal excuse for the target countries to protest. Such a function of projecting power has made the navy a most strategic force in peace time, a pillar for foreign policy initiatives and embodiment of a country’s will and power (Ibid, hal 30-31). Sadar kalau AS memiliki kapabilitas proyeksi kekuatan,China yang lebih merasa inferior akan memilih strategi A2/AD.Obyektifnya adalah tercegahnya kekuatan oponen (AS,pen) mencapai atau memelihara akses suatu ruang tempur (battle-space).Bagi oponen yang tidak diunggulkan,opsi yang bisa diterima adalah memperlambat atau menangkal akses,atau membuat oponen yang lebih unggul untuk segera berlalu dengan menimbulkan “ongkos yang sangat mahal” baginya (Ibid, hal 10).Analis pertahanan China mentengarai satu sukses operasi Badai Gurun adalah kapabilitas AS mendeploi kekuatan militernya kemandala tempur tanpa ada risiko interferensifi hak lawan (Mc Carthy, hal 1). Petinggi China menyadari betul bila pecah perang, deploi kekuatan AS harus dicegah atau dinetralisir. A2/AD modern berbeda dengan anti akses iterasi (perang berlarut, pen) yang menjadi konsep China selama ini dengan cara meningkatkan jarak,presisi dan letalitas sistem senjata terpadu China.Bila strategi ini benar dilakukan China effeknya bukan saja terhadap kekuatan militer AS dkk, tetapi juga kekuatan yang ada di Taiwan dan di L. China selatan (Ibid, hal 2). Mengingat terbatasnya kapabilitas tempur China sementara diprioritaskan untuk menutup area kepentingan mereka (jalur minyak) yang terdekat yakni di-L.China selatan, Taiwan dan selatan Jepang serta semenanjung Korea, periksa gambar no.4 dibawah.
Gambar no.6. Route Logistik Energy Minyak ke China
Referensi: OSD, hal 25, perhatikan China masih memprioritaskan jalurnya tradisional melalui selat Malaka.
Strategi canangan PLAN merupakan derivasi Military Strategic Guidelines perubahan kedua,dengan catatan pembaruan yang terjadi benar-benar merupakan kalkulus peran dan tugas dan perubahan keberadaan PLAN menjadi [1]mengembangkan peran PLAN peran dan misi menjaga kedaulatan dan meningkatkan kepentingan maritim nasionalnya (vital) dan kepentingan ekonominya (vital),[2]meningkatkan prioritas PLAN dalam modernisasinya, [3]meningkatkan ”bobot” transisi potensi stratejiknya dari “lepas pantai” kepertahanan nasional di”laut terbuka”,serta [4] menekankan operasi militernya selain perang,termasuk terorisme,PKO dan HAOpt (Devitt,hal1).Meski masih bertumpu pada rantai kepulauan pertama cukup meresahkan Negara di-Asia timur seperti Jepang, Korea selatan, Taiwan tentu saja dan Philipina. Tidak salah bila Negara tersebut mulai memikirkan suatu konsep strategik bersama sebagai visi umum (common strategic vision)(Ibid,hal 6). Boleh-boleh saja negara tetangga gelisah dengan kehadiran satuan kapal selam China, meskipun penduga (statistics)Lembaga America Science menyatakan hanya sejumlah kecil kapal selam Chinaterdeteksi berpatroli rata-rata per tahun (informasi dari US Navy bdsk UU keterbukaan informasi AS,pen).Kemanakah sebagian besar kapal selam China? Untuk menduga hal ini perhatikan peta dalam gambar no.5 dibawah yang menggambarkan distribusi kekuatan Armadanya,dengan inti kekuatannya kapal selam disel elektrik, tersebar dipangkalan Armada utara,timur dan selatannya.
Gambar no.7. Peta Distribusi Armada China
Referensi:OSD, hal 55. Laporan kekuatan militer China ke Kongress AS tahun 2008. Data mungkin sudah 4-5 thn lalu.
Dugaan lain mengatakan China belum beranjak dari konsep operasi A2/AD apalagi mandala diluar Taiwan dan perimeter rantai kedua kepulauan.Cakupan mandala diluar rantai kedua menuntut kebisaan (able) hadirnya kapal induk,kapabilitas anti kapal selam yang kokoh, pengembangan effektif C4ISR Maritim,akuisisi besar-besaran kapal selam nuklir penyerang untuk perairan dalam (O’Rourke,CRS-24).Memandang Korea dengan rencana visi umum bersama, khususnya ROK (Rep of Korea) dengan Angk Laut AS akan effektif apabila tercapai “interoperability” sempurna,dan tercapainya informasi “real-time” serta MDA (maritime domain awareness) (Devitt,hal 6).Bagi pemerintah dua (2) Korea bisa merupakan hambatan menuju reunifikasi Korea,mengingat sikap China yang selama ini selalu menganggap Korut sebagai “bumper”nya.Bahasan tentang strategi anti-akses diawali terlebih dahulu dengan fitur pengancam potential bagi PLA,strategi raya dan obyektif kepentingan nasional China. Persepsi yang berkembang sampai sekarang memandang AS adalah potensi musuh yang utama (Wortzel,hal 1). Alasannya, pertama dan utama, pemikir strategik China menyadari AS akan menjadi ganjalan baik dalam waktu dekat maupun panjang terhadap kepentingan nasional China.Persepsi ini bukan tanpa alasan mengingat AS selalu memprihatinkan isu Taiwan,hubungan,kooperasi dan pertahanan dengan Negara-negara di-Asia,dan keprihatinan AS tentang isu strategik di-Asia Timur dalam dokumen strategi keamanan nasionalnya.Kedua,bisa saja dikarenakan kekuatan teknologi AS yang unggul untuk mengatasi China dan ketrampilan serta pengalaman yang dimiliknya.Persepsi ini penting sebagai dasar analisis strategi dan arah perkembangan PLAN,dan penarikan kesimpulan ini didapat dari dokumen,doktrin dan pendapat resmi sipil maupun militer China.Dokumen tersebut a.l:Guide To the Study of Campaign Theory,The Science of Campaign,On Strategic Command Control,Warfare in the Information Age(Ibid,hal 2).Meskianggapan ini mulai dihapuskan semenjak tahun 2001,masih ada indikasi PLA dan beberapa pemimpin China memandang AS sebagai penghambat besar kepentingan nasional China (Crane,hal 191).
Kesimpulan
Ambisi dan kapabilitas PLAN mengarah pada strategi anti-akses dan area denial yang ditujukan bagi AS didukung produk sebagian besar pemikiran pemimpin China.Publikasi dan doktrin yang dianut tidak lagi menyebut doktrin “perang berlarut”,dan beberapa prinsip singkat dalam buku petunjuk terbaru masih menjadi fokus bagi PLA China…he PLA prepare to win a “local war under informatized conditions,”understanding a change in the nature of warfare due to advances in command, control, communications, computers, intelligence, surveillance, and reconnaissance (C4ISR), and network electronic warfare (Cliff, 2011, hal 3). Sebagai konsep peperangan modern dan dengan pendekatan ini (NCW = network centric warfare, pen) analis Barat memperkirakan China sepertinya menghadapi masalah yang sulit dipecahkan berkaitan dengan informasi, keputusan, dan jejaring “saluran tembakan” (Cooper, halaman 5). Peperangan berbasis program terintegrasi dibawah kendali satu platform dengan jejaring sentrik yang komplikasi mirip-mirip peperangan jejaring (network centric warfare) yang sudah dibina AS dan NATO. Bila puncak kapabilitas China tercapai ditahun 2025, dan mengingat sejarah perilaku China terkait isu perbatasan baik darat maupun laut untuk tidak segan-segan bersikap keras versus India, Vietnam, Taiwan, Korea maupun Jepang serta memperhatikan program modernisasi PLAN dan distribusi pangkalan kekuatan maritimnya (periksa gambar no.5), nampaknya program tersebut tidaklah main-main. Diduga periode sekarang sudah jauh lebih besar angkanya.China optimis modernisasi akan tercapai, karena dukungan lembaga ilmiah militernya dan industri pertahanan nasionalnya yang kuat. Konon kabarnya industri pertahanan China termasuk industri perkapalannya merupakan salah satu yang terbesar didunia, meskipun disebut kurang effisien, namun beberapa segmen industrinya berperan kunci dalam modernisasi PLAnya. Semua lembaga ilmiah dan industri pertahanan tersebut dikendalikan ketat oleh CMC semacam NCA (National Command Authority, AS) (Stokes, hal 5-6). Transparansi kekuatan China yang diharapkan Negara sekitar Asia timur dan Asia tenggara menurut peneliti pertahanan Korea selatan Dr Koi Chong dengan membandingkan transparansi pertahanan relatifberbasis “buku putih” masing-masing negara di-Asia dengan 4 pasangan kriteria dan 19 katagori selama runtun waktu 1998-2008,menghasilkan “outcome” tingkat transparansi China relatif terhadap negara lain.Transparansi China signifikan terhadap negara ASEAN dan India, namun berkurang siginifkansi terhadap negara yang lebih demokrasi seperti Jepang, Australia dan Korea selatan,artinya negara yang belakangan tersebut dinilai jauh lebih memberikan informasi yang memadai (Kiselycznyk, hal 1). Transparansi sebagai perangkat CSBM akan memberikan kenyamanan kepada negara disekitarnya. Sebaliknya upaya kooperasi Barat dan AS selalu disambut China dengan nada ikut campur urusan China dengan tetangganya (Kompas,21 Nov 2011).Situasi ini memperlihatkan pergeseran perhatian obyektif strategi keamanan maritim nasional AS ke-Asia tenggara dan China.Perkembangan semakin menarik dengan dipertahankannya kekuatan AS di Korea-selatan, Jepang, Philipina, Guam, dan terakhir di-Darwin seolah-olah membuat perimeter tandingan melingkari rantai kepulauan kedua China. Demo deploy Marinir AS sebanyak 2500 orang di-Darwin (Kompas,17 Nov,2011),setara dengan 1 Brigade MEU (Marines Expeditionary Unit,pen) dan kabarnya MEU adalah setara dengan Passus (SOF/C atau Special Operations Forces Capable, pen). Pengembangan kekuatan laut “samudra biru” China sampai dengan tahun 2025 masih diragukan kapabilitasnya, apalagi satuan kapal selamnya. Perlu dicatat pengembangan dan modernisasi kapal selam sangat memerlukan tenaga ahli dan segudang pengalaman dan hanya sedikit negara besar yang mampu mengembangkan produk kapal selam yang kapabel (Schank, Summary). Meragukan atau tidak,bila China terus mengembangkan kekuatan kapal selam dan berikut dengan dukungan kapal induknya dan mengembangkan konsep mandala tempur,maka wilayah L.China selatan akan menjadi daerah yang semakin “panas” sebelum tahun 2025. Sementara ini disepakati berapapun besar jumlah kapal selam diesel elektrik ataupun nuklir adalah asset asimetrik yang tetap ditakuti sampai sekarang dan lebih dari ini ada baiknya dilakukan sebanyak mungkin kajian,diskusi dan karya tulis yang berorientasi “keluar” tentang kekuatan militer negara lain sekurang-kurangnya menatap isu lokal (misal kekuatan Maritim China dan India,pen) dan regional Asia tenggara oleh UNHAN, Lemdik TNI,Angkatan dan Kemhan ataupun perguruan tinggi negeri/swasta yang membuka studi stratejik,studi manajemen pertahanan nasional,studi sekuriti lokal dan regional,atau studi riset operasi militer (MOR) dan melibatkan bimbingan para professional atau “think-tanks”agar terlatih sekaligus mengaktifkan para siswa dan mahasiswanya. Sekian, semoga bermanfaat.
Referensi:
1.Bell,Samuel.D,Lt USN,MA in Security Studies (Far East,Southeast Asia,and The Pacific),June 2009,Thesis NPS;”The Impact of the Type 094 Ballistic Missile Submarine On China’s Nuclear Policy”.
2.Bertrand A TEBA,PhD Candidate,School of International Studies ,Peking University,”Is the Rise Of China a Security Threat?
3.Cliff,Roger,et-all,RAND CORPT,2005,”Entering the Dragon’s Lair:Chinese Antiaccess Strategies and their Implications for the US”.
4.Cliff,Roger,RAND,2011,Testimony presented before US China Economic and Security Review Commision on January 27,2011,”Anti-Access Measures in Chinese Defense Strategy”.
5.Crane,Keith,et-all,5 persons,RAND,2005,“Modernizing China’s Military:Opportunities and Constraints”.
6.Cooper,Cortez.A,RAND CORPT,CT-356,2011,”Joint Anti-Access Operations,China”s “System-of-Systems” Approach”.
7.Devitt,Michael.A,Center for Naval Analyses,Alexandria,VA,Report on the Second KIMS-CNS conference,”The PLA-Navy’s Build-Up and ROK–USN Cooperation”,Held in Seoul,Korea on 20 Nov,2008.
8.Emmer,DR.Ralf,Rajaratnam School of International Studies,Singapore,2007,“The De-Escalation of the Spratley Dispute in Sino-Southeast Asian Relation”.
9.Farricker,Christopher.M,Lt US.Navy,MA in National Security Affairs,Dec 2003,Thesis NPS,”Chinese Military Modernization and the Future of Taiwan”.
10.Goldstein,Lyle,dan Murray,Bill,Cdr USN,US Naval War Coll,”From Humble Origins:China’s Submarine Force Comes of Age”,Dr. LyleGoldsteinis anassociateprofessorin theStrategicResearchDepartment of theU.S.NavalWarCollege, wherehe specializesin Chineseand Russiansecuritypolicies.Bill Murrayis anassociateprofessorin theWarGaming Department at the NavalWar College.Heis aretiredsubmarineofficerandservedonLosAngeles-class submarines.
11.Jonesblog,Scientist,Photographer,Nov 2011,dari Google.com dan search “China’s Submarine”
12.Khalilzad,Dr,Zalmay,RAND,2001,”The Role of Southeast Asia in US Strategy Toward China”.
13.Kiselycznyk,Michael dan Saunders,Phillip.C,National Defense University,INSS,2010,”Assessing Chinese military Transparency”.
14.Kompas,tanggal 17 November 2011,”AS tempatkan pasukan di Australia”.
15.Kompas,tanggal 21 November 2011,”Asia-Pasifik,Dari Darwin ke Beijing”,dan “Kehadiran AS bisa boomerang,dst”.
16.Lai,Dr.David,”Chinas’s Aircraft Carrier:The Good,The Bad,and The Ugly”,October 27,2011.Http://www. strategicstudiesinstitutes.army.mil/index.cfm/articles/chinas-aircraft-carrier/2011/10/27.
17.Liang,Justin.B dan Snyder,Sarah.K,The National Bureau and Asian Research,NBR,Colloqium Brief,US Army War Coll,2006,”Exploring the “Rights Size” for China’s Military PLA Mission,Functions and Organization”.
18.Manke,Robert.C dan Christian,Raymond.J,NUWC-NPT Technical Report 11,826,Office of the Director of Undersea Warfare,”Asymmetry in Maritime Access and Undersea Anti-Access/Area-Denial Strategies”.
19.Mc Carthy,Cristhoper J,Major USAF,Paper,”Anti-Access/Area Denial:The Evolution of Modern Warfare”.
20.OSD (office of the Sec def),Annual Report to Congress,2008,”Military Power of the People’s Republic of China, 2008”.
21.O’Rourke,Ronald,Specialist in National Defense,Foreign Affairs,CRS report to Congress,Feb 2007,”China Naval Modernization : Implications for US Navy Capabilities – Background and Issues for Congress”.
22.Reality Frame,Journal on Line and News,Search Google.com,tanggal 11 Nov 2007,”China’s Submarine”,judul kecil “ Conn, Sonar Oops”,judul besar “Chinese Sub Pops Up Undetected in US Navy Exercise “.
23.Schaller,Erich.Udo,Lt US Navy,Naval War Coll,2006,”Naval Surface Force Protection I the Long War:A Consideration of the Anti-Access Threat”.
24.Schank,John.F,et-al,5 persons,RAND,2011,”Learning from Experience,Lessons from the Submarine Programs of the US,UK,and Australia”,Volume-I.
25.Shanker,Tom,Washington,March 9,2009,”New York Times”
26.Smith,Matthew.J,LCDR USN,2005,US Naval War Coll,”The Rise of the Submarine Threat in the Chinese Theatre of Operations:Capabilities and Implications”.
27.Stokes,Mark.A,US Army War Coll,Monograph,1999,”China’s Strategic Modernization:Implications for The US”.
28.Walsh,Brendan.P,MayorUSAF,US Naval War Coll,2011,”Access Denied:Future Military Operations in an Anti-Access Environtment”.
29.Weitz,Richard,Monograph US Army War Coll,2008,”China-Russia Security Relations:Strategic Paralelism Without Partnership Or Passion?” .
30.Wortzel,Larry.M,US Army War Coll,May 2007,”China’s Nuclear Forces:Operations,Training,Doctrine,Command, Control, and Campaign Planning”.