Revolusi urusan militer (RUM) dan teknologi transfer

Revolusi urusan militer (RUM) dan teknologi transfer

Oleh : Budiman Djoko Said

Victory smiles upon those who anticipate the changes in the character of war, not upon those who wait to adapt themselves after the changes occur.  – Guilio Douhet   

 

Pendahuluan

x

Referensi: Stephenson,Scott,PhD, LtCol,US Army (ret), Military Review Journal, May-June 2010, “ The RMA : 12 Observations on a Out-of-Fashion Idea ”, halaman 36, images lukisan cat minyak, Napoleon sedang menyeberangi peg Alpen, tahun 1801. Ikon Napoleonic sekaligus ikon RUM ; tentara berkuda/kavaleri Perancis (Levee en Masse) yang menggeser dominasi korps pejalan kaki / Infantri.

 

 

 

RUM [1] berasal dari pemikiran militer Russia yang mendefinisikan sebagai MTR ditahun 60-an dengan ide utama adalah impak sista (sistem senjata) nuklir dan rudal balistik antar benua. Isu ini dikembangkan dan memberikan warna dan format peperangan yang akan datang. Mengulang kembali isu ini oleh KaKasUm Angkatan Perang Russia, Nikolai Ogarkov dengan konsep teknologi sista rudal presisi tinggi, dan isu ini berkembang mendunia dengan sebutan RUM di-bawah NATO. RUM memiliki realisasi berupa tiga (3) prekondisi, yakni pengembangan teknologi, inovasi doktrinal dan adaptasi organisasional[2]. Kemunculan teknologi sendiri, berawal dari riset yang dikembangkan, dan tuntutan untuk terus meningkatkan kapabilitas militer [3] sehingga memunculkan hadirnya peperangan seperti “ peperangan presisi [4] ”, “ peperangan informasi ”, “ manuvra dominasi ” dan “ peperangan ruang angkasa ”. Perang dalam abad informasi ini dapat berupa peperangan informasi, peperangan jejaring sentrik, dan integrasi K2 (C4ISR), peperangan sistem dari sistem, semakin merangsang  perkembangan RUM ini[5]. Gambar dibawah menggambarkan fenomena antara peperangan informasi (perang cyber, jejaring dan informasi) dan perang yang ada dalam abad informasi [6] .

X

Hint: Perhatikan interseksi antara perang dalam abad informasi dan peperangan informasi.

Peperangan baru ini mengerucut pada tindakan solusi keamanan nasional. Bagi negara pemilik teknologi maju, reunifikasi RUM melibatkan besar-besaran elit sipil maupun militer [7]. Nampaknya negara industri besar saja yang sanggup bermain—negara berkembang? Kiat yang menonjol bisa dilakukan adalah teknologi transfer , namun benarkah sebanding effektivitas , nilai transfer dengan “biaya” yang sudah dikeluarkan ? Kalau tidak negara penerima (recipient) akan selalu terjebak dalam ilusi “ teknologi transfer “ saja.

Trajektori evolusi urusan militer

Sesi ini secara singkat menjelaskan perkembangan RUM dan pentahapan dengan kriteria gelombang, fokus, konsep, maupun debat. Pernyataan Williamson Murray [8] bahwa … RMAs involve putting together the complex pieces of tactical, societal, political, organizational, or even  technological changes in new conceptual approaches to war, bila dipadukan dalam pola pemikiran revolusi militer—mengerucut pada perubahan dan kedalaman kerangka fikir (paradigma) tentang bentuk peperangan mendatang. Dengan manipulasi sedikit pandangan politik, sosial, organisasi, dll, dihadapkan perkembangan tuntutan operasional, taktik maupun strategik, diramu dengan perubahan teknologi akan memetik bentuk ilusi peperangan mendatang sebagai basis kalkulus proyeksi kekuatan militer guna mendukung status akhir (end-state) keinginan politik. Bagaimana bentuk ilusi ini ?

Tergantung pada jumlah variabel yang terlibat, kesanggupan (ability) negara mencermatinya, antisipasi, kapabilitas mengekploitasi, dan bagaimana memelihara inovasi RUM yang komprehensif[9]. Memahami keterlibatan teori RUM, prosesnya, debat—dinamika penyebaran dan adaptasi merupakan fondasi untuk merespon isu pertanyaan sekuriti modern maupun manajemen pertahanan nasional. Sesi ini menjelaskan konsepsi naratif dan trajektori RUM kontemporer—formasi kesejarahan, tingkat tingkat konseptual, dan jejak potensial mendatang. Bahasan ini bisa saja memicu isu tumpang tindih antara teori dan orientasi kebijakan [10]. Teori melibatkan analisis empirik dan studi kesejarahan diekspresikan dalam perubahan dan keberlanjutan bentuk peperangan dan berhubungan langsung dengan keprihatinan nasional.

Orientasi kebijaksanaan dan analisis strategik menuntun pembuat kebijakan menghadapi isu – isu yang luas dengan penonjolan dan fokus kepada isu transformasi pertahanan yang lebih baik dan tantangan yang dihadapi [11]. Michael Raska berhasil mendapatkan gambaran utuh tentang perkembangan RUM dalam lima (5) tahapan waktu, dihadapkan isu gelombang, konsep, fokus, dan perdebatannya[12], seperti figur # 1 dibawah ini.

Fig # 1. Gambaran RUM dalam lima (5) tahapan waktu .

X

Hint: tabel ini memerlukan penjelasan panjang lebar. Karena itu makalah menitik beratkan kepada penjelasan baris pertama saja, yakni pentahapan atau gelombang per gelombang perkembangannya. Sebagai catatan sampai dengan kolom 4 (tahapan 2001-2005) hanya sedikit negara berkembang yang bisa masuk dalam katagori kolom tersebut ~ shift to defense transformation, defense transformation, EBO (effects-based opt) , dan NCW (network-centrik warfare), kenyataan ini sekaligus barangkali menjawab pertanyaan dalam kolom 4 (2001-2005, dst) dari baris perdebatan (debate).

Collin Gray mengekspresikan lima (5) gelombang ini (fig # 1, baris pertama) sebagai gelombang progresif, berturut-turut. [1] Temuan intelektual awal elit militer Russia awal 1980-an. [2] Adaptasi konsep, modifikasi dan integrasi dengan pemikiran strategik Barat awal tahun 1980-an.[3] Klimak perdebatan RUM khususnya pertengahan tahun sampai akhir tahun 1990-an dan [4] pergeseran menjadi “ transformasi yang melebar ” serta investigasi parsiil awal tahun 2000-an.[5] Pemikiran dan pertanyaan ke dua dan ke tiga tentang paradigma dari tahun 2005 dan seterusnya[13]. Adamski[14] menyatakan tahapan pertama ditahun 1980 adalah pemikiran RUM oleh elit Russia merujuk kepada teori dan referensi yang bervariasi, yakni (1) dampak kemajuan sain terhadap skop, skala, dan methoda operasi militer mendatang, dan (2) respon terhadap doktrin Barat dan inovasi teknologi khususnya doktrin ALB (airland battle) dan doktrin Follow – on – Forces (FOFA) [15] tahun 1982-an. Tahun 1970-80-an, Russia serius mewaspadai teknologi arsenal Barat yang sanggup meningkatkan kapabilitas militer—pengganda kekuatan (force multipliers) dan mengancam nyata kekuatan tradisional (baca doktrin dan taktik) Russia di daratan Eropah[16]. Russia mempelajari “outcome” perang Israel –  Arab pengguna sista Russia, dimana deteksi Radar dan daya tembak dan presisi di kombinasikan dengan teknologi maju menghasilkan atrisi yang tinggi[17] kedua belah pihak. Russia serius mempelajari ALB NATO dan FOFA, doktrin ini menekankan inisiatif, kedalaman, agiliti dan sinkronisasi dengan menyerang secara sinkron kekuatan jauh dibelakang kekuatan yang sedang berhadapan, dikombinasikan dengan presisi tembak senjata lontar jauh (stand-off), interdiksi, dan operasi ofensif darat. Russia mengandalkan doktrin eselonisasi (flank/sayap) yang sudah usang (tradisional) dan kombinasi sista strategik dan mencemaskan—perspektif Russia tidak cukup baik untuk mempertahankan diri. Ogarkov tahun 1977-1984, memperbaiki doktrin dengan meniadakan area depan, belakang bahkan samping berarti semua area tersebut harus sanggup bekerjasama dengan sista, sistem informasi dan teknologi terbarukan secara simultan bisa membalas serangan operasi di kedalaman [18] . Bahkan bisa berbuat sama offensifnya dengan apa yang dilakukan NATO pada jarak yang lebih jauh, lebih presisi, lebih mematikan, dan lebih cepat. Konsep ini secara linear dan dramatik mengembangkan bentuk peperangan baru berbasis jejaring sentrik, sistem tidak berawak, deteksi, otomasi dan integrasi pelibatan. Sepanjang lini tersebut, Russia telah mengembangkan inovasi dua (2) konsep operasional, yakni [1] Serang-Awas-Kompleks (RSC,reconnassaince-strike-complexes), [2] Grup manuvra operasional (OMG)—konsep yang diharapkan sanggup (able) mengatasi ALB dan FOFA. Konsep ini disebut proyeksi operasi di kedalaman area lawan versi Russia—integrasi campuran sistem tembakan jarak jauh, sistem informasi, dan K2 dari “ jejaring dari jejaring ”, dan kapabel melibatkan dirinya dengan sasaran kritik yang tersebar luas, area yang diperluas, dengan akurasi tertinggi dan mematikan[19]. Teori-nya RSC menjamin “ pelibatan menyeluruh terhadap seluruh area kedalaman deploi lawan…menggunakan format baru sista … jarak jauh, presisi tinggi terhadap sasaran kecil, mobil, maupun sasaran pokok ”.  Memburuknya ekonomi Russia di era perang dingin, memperburuk perkembangan RUM, sehingga hanya tinggal teori yang fokus kepada perkembangan teknologi. Meskipun dengan kelangkaan kapabilitas teknik, riset, apalagi uji coba, konsep RUM yang dikembangkan Russia koheren sangat dimengerti oleh Barat—mulai pemikiran abstrak, definisi masalahnya, elemen yang dibahas, maupun konsekuensi jangka panjangnya. Wajar pihak Barat memberikan kredit intelektual terhadap temuan besar Russia ini [20].

Tahapan kedua di tahun 1990-1994-an, adalah perkembangan RUM dan adaptasi pihak Barat. Diawal tahun 1980-an komuniti Intelijen AS mengidentifikasi, memonitor, dan membuat analisis arah dan karakter pemikiran strategik Russia. CIA menyebarkan memo internal dan merilis Estimasi Intelijen Nasional tentang perkembangan baru sista Russia, perubahan struktur kekuatan militer, doktrin dan kombinasi sista terbarukan, termasuk konsep operasional RSC-nya. Thema pertanyaan : apakah tiga matra benar – benar bisa melaksanakan integrasi dengan reconnassaince, memonitor secara benar, mendekati waktu riil, otomasi K2 dan penembakan presisi senjata jarak jauhnya[21]. Thema ini cukup beralasan mengingat kendala anggaran, kualitas manusia, peralatan serta teknologi. Sebagian penilai menganggap konsep RSC lebih merupakan “ propaganda hiperbolik ”. Awal tahun 1990, sekelompok analis pertahanan bersama kantor Kemhan AS melakukan analisis sistematik, evaluasi dokumen dan tulisan – tulisan RUM Russia [22] . Fokus penelitian pada kepastian kehadiran sista dan keabsahan tulisannya, di utamakan kepada isu manajemen strategik dan operasional serta kebijakan pokoknya. Hasilnya sebuah laporan tahun 1992, berjudul “ MTR: A Preliminary Assesment ”  mengkonfirmasikan keabsahan RUM Russia sebagai suatu fundamen yang terputus putus dalam urusan militer. Russia dianggap terlalu sempit memahami RUM; sebatas impak teknologi sista tentang konsep peperangan mendatang, khususnya sigfinikansi terhadap organisasi, operasional dan manusia sebagai agen perubahan teknologi. Diragukan kapabilitas RUM Russia membawa postur dan struktur yang siginifikan  menghadapi tebaran deploi “lawan“? Apakah perubahan teknologi RUM Russia signifikan merubah “ outcome ” pertempuran dan seberapa besar jaminan (baca riil kapabilitas) sista tersebut terhadap suksesnya operasi militer.

Marshall dan Krepinevich[23] secara spesifik melaporkan selain RUM Russia signifikan sebatas aspek (impak) teknologi atau kecepatan perubahan, belum menyentuh dampak perubahan sista itu sendiri relatif terhadap lawan—bahasa operasional AS maupun NATO adalah ukuran effektivitas atau MOE [24] atau ukuran effektivitas operasi militer—ukuran yang menentukan sukses tidaknya operasi militer. Kesimpulan secara umum, RUM Russia hanya memberikan gambaran kebijaksanaan umum militer yang melebar, belum mencakup aspek sesungguhnya tentang perubahan operasi militer…khususnya effek terhadap lawan dan mengukur sukses operasi militer. Tahapan ke tiga (3) dikenal sebagai tahapan euphoria pada teknologi (technophilia) dan terjadi di tengah tahun 1990-an. Tahun saat AS menjadikan pilihan akronim dalam perencanaan pembangunan kekuatan militer dan membesarkan komuniti studi strategik. Analitik RUM bergeser dari identifikasi pola historik revolusi militer, menuju kearah kebijakan penting yang bisa meningkatkan effektivitas operasi militer dengan konsekuensi penggunaan anggaran yang lebih sedikit. Pertanyaan kunci adalah bagaimana mendefinisikan ulang sistem pertahanan nasional dan prioritas manajemen dan teknologinya, kemudian perubahan apa yang dibutuhkan bagi struktur organisasi kekuatan militer, serta perencanaan pengadaan (acquisitions) dan pembelian (procurements). Lebih penting lagi adalah mengkaitkan RUM dengan kerangka pikir operasional yang bisa dilakukan. Singkatnya, diskusi wacana fundamental adalah bagaimana mendorong materi RUM menjawab isu penting; yakni apa yang bisa diselesaikan oleh RUM dan bagaimana implementasinya ? Tahun 1996, Laksamana William Owens, wakil KasGab AS, membuat konsep sistem dari sistem sebagai inti dari RUM yang fokus kepada dua (2) elemen; yakni informasi dan isu operasi gabungan[25].

Konsep yang komprehensif, dan mengukur derajad integrasi platform antar Angkatan (meskipun kadang – kadang tumpang tindih), dengan komponen lainnya—khususnya C4 ISR dalam suatu sistem dalam sistem yang lebih mengerucut menuju kerangka pikir yang menyatu dan bisa saling beroperasi bersama (interoperable)[26].  Koneksi dengan arsitektur C4I dan sistem informasi ISR meningkatkan kesanggupan dan kapabilitas menghadapi situasi yang belum pernah dibayangkan—Owens menyebutnya sebagai “ Dominant Battlespace Knowledge “ (DBK) [27] dan impian pak Owens kapabel meliput 200 mil x 200 mil dalam satu kotak Grid.

Ilusi ini menghasilkan sista presisi dan platform, pendekatan sistem dari sistem yang kapabel mengekploitasi DBK, dan sanggup mengontrol deploi lawan dengan “outcome”—intinya; aksi presisi tentang sista, manuvra dan deploi berorientasi kepada kesanggupan militer AS untuk melokalisir, melacak, dan menghancurkan kekuatan lawan dengan impuniti virtual[28]. Ide pak Owens bebasis RUM mendatang menjamin terciptanya sistem yang tak tertandingi dan penuh kekuatan sebagai basis operasi gabungan serta mengikat semua karakter dan kapabilitas bersama – sama  dalam suatu sistem dari sistem[29] . Sayangnya, lanjut Owens; Kemhan gagal mengimplementasikan RUM karena masing – masing matra terlalu kuat peran individu dan masih mengejar fesyen parsiil. Owens serius mengusulkan mengurangi beberapa peran Angkatan agar lebih berorientasi pada RMA ini[30] dan sepertinya disetujui. Sampai dengan tahapan ketiga (3) sepertinya  sudah mencukupi penjelasan apa, bagaimana serta faktor kritikal RUM setelah berorientasi kepada tahapan yang ada.

 

Pengertian Revolusi dalam RUM

 

Revolusi perlu ditegaskan perbedaannya dengan evolusi agar memudahkan pemahaman RUM. Dalam kontek sekuriti, perbedaan ini sungguh menyolok, untuk evolusi sepertinya lebih merupakan kemajuan logik (alami) suatu sistem sebagai kerangka fikir. Sebaliknya revolusi memiliki arti tambahan untuk suatu perubahan fundamental dari kejadian sebelumnya menjadi suatu performa perubahan dan jawaban tuntutan (perubahan) revolusi taktik dan operasional[31]. Sedangkan pengembangan revolusioner isu strategik muncul apabila ada perubahan persepsi hubungan means – to – ends[32]. Sedangkan penguasaan teknologi informasi tetap menjadi suatu prasyarat mengingat teknologi komputerisasi informasi dan teknologi telekomunikasi serta inovasi yang dikaitkan dengan pemahaman manajemen dan teori organisasi modern difasilitasi teknologi informasi. Tambahan lagi, revolusi tidaklah sekedar  pendobrak cerdas terhadap inovasi evolusionair yang lamban. Revolusi seperti ini lebih radikal, serius, dan saksama memeriksa implikasi maupun sumber daya yang terlibat didalamnya [33]. Suatu kenyataan yang harus di pahami bahwa revolusi hanya bisa tumbuh di lingkungan yang kondusif dan adaptif terhadap semua innovatif dan sungguh sangat sulit terjadi di tempat yang masih menyisakan iklim retorika yang sarat dengan perilaku “ inside of the box ” dan apalagi menyisakan iklim feodal.

Tanpa kapabilitas menciptakan ekploitasi dan mengenal suatu sistem dengan kelemahannya—kedua – duanya memerlukan aksi yang positif, jangan harap muncul revolusi. Menciptakan revolusi, bukan sekedar memaksa keluar dari batas teknologi yang ada (eksploitasi), tetapi lebih ke-proses aktif yang memerlukan individu untuk berfikir effektif dan effisien baik bagi individual maupun organisasi. Pergerakan RUM tidak dikarenakan hadirnya pesona teknologi modern, namun ada faktor lain ikut membantu. Pemahaman ini membawa kesuatu kepercayaan bahwa teknologi tinggi dan sista yang dapat dilontar jauh (stand-off) sanggup menciptakan pasukan yang unggul. Pemikiran ini membudaya menjadi suatu konsep kebencian terhadap risiko kehilangan anggota pasukan[34]. Berawal dari kebencian ini, dimunculkan filosofi yang dalam bentuk petunjuk tempur tahun 1999 dan dilaksanakan dalam konflik di Kosovo bagi tentara NATO dengan harapan laju atrisi korban sekecil mungkin. Sepertinya ide tersebut terlaksana dengan baik, tercatat hanya beberapa korban yang jatuh di fihak NATO, caranya usahakan menghindar peluang dilaksanakannya invasi darat dan hanya melakukan pemboman diketinggian aman. Sebenarnya perkembangan revolusi tidaklah harus bergantung kepada kesanggupan melakukan misi dengan cara yang lebih baik, dibandingkan periode sebelumnya, namun lebih penting adalah kesanggupan mencari cara yang tepat agar performa missi semakin meningkat—ini sebenarnya yang diharapkan dari hadirnya RUM. Bila fungsi yang baru (yang dikembangkan, atau baru sama sekali) bukan hasil tangkapan methoda penilaian, maka pengembangan atau inovasi boleh di sebut gagal. Apabila lingkungan sudah dicemari inovasi revolusi, maka sudah tidak memiliki lagi kepantasan untuk mengevaluasi ukuran effektivitas yang lama…dan mode baru operasionalnya sudah tidak relevan lagi dengan alternatif obyektif sekalipun[35]. Kebanyakan analis mendefinisikan RUM sebagai kegiatan terputus-putus tentang kapabilitas dan effektivitas, yang merupakan produk simultan dari dukungan dan perubahan sistem teknologi, methoda operasional dan organisasi militer.

Sementara itu munisi konvensional yang termaju telah membuat kemajuan spektakuler dengan memadukan informasi mendekati waktu riil (near real time) bagi sista presisi yang dikontrol dengan sistem K2 digital. Bom pintar yang diluncurkan dari pesawat terbang, kapabel memilih ruang, kamar mana yang akan diterobos. Begitu juga pilihan menyerang malam hari dalam operasi Badai Gurun (desert storm)[36], justru dijadikan “cap” keunggulan global dan mengeksploitasi keunggulan sendiri terhadap lawan potensial. Kesanggupan ini telah membuka perspektif yang berbeda tentang prinsip massa (military principle of mass) dalam operasi militer dan dipandang sebagai suatu yang pantas dikagumi serta merubah hubungan (konsep) tradisional timbal balik antara bertahan dan menyerang. Artinya aktor yang bertahan dengan dilengkapi sista semacam itu, dapat saja memberikan effek yang merusak binasakan lawan sebelum lawan sama sekali dapat berbuat sesuatu yang sama[37]. Informasi yang lengkap dan tergambarkan melalui jejaring sentrik dan aplikasi C3ISR yang hampir mendekati riil, dipandu dengan teknologi satelit yang konon bisa menghasilkan resolusi kesalahan sampai dengan 3 cm—RUM dikenal sebagai “anti Clausewitzian”[38]. Displai jejaring sentrik ini benar benar memberikan gambaran utuh dan membuka tabir antara urusan strategik operasional, seni operasional dan taktik, sehingga menambah gelar RUM sebagai RUS atau revolusi dalam urusan strategik (revolution in strategic affairs)[39]… dan jantung dari isu RUM adalah dominasi informasi. Bagi negara berkembang dan bukan pemilik teknologi sepertinya mengalami kesulitan dan terpaksa harus membeli teknologi informasi tersebut (baca pembeli teknologi informasi komersial, pen)[40] untuk sanggup bermain dalam penguasaan dan kapabilitas jejaring sentrik informasi. Alasannya cukup kuat , guna memasteri realisme ini, negara harus kapabel mengontrol dominasi informasi bagi kepentingan sendiri atau teman, sambil mencegah lawan bisa mengaksesnya pada saat yang sama[41]. Cohen mungkin benar dengan definisi barunya tentang RUM, sebagai berikut :… a RMA occurs when a nation’s military seizes an opportunity to transform its strategy, military doctrine, training, education, organization, equipment, operations and tactics to achieve decisive military results in fundamentally new ways [42] .

 

Transformasi (agenda RUM) versus Ancaman tidak beraturan  (Irregular Threats)

Dari waktu ke waktu militer di dunia ini berusaha keras menggarap revolusi yang sangat mendasar, mendalam, langsung mempengaruhi dan merubah bentuk perang mendatang, dengan harapan “menang” dengan mudah dan cepat. Berbagai – bagai definisi tampil, dengan sebutan seperti revolusi tenologi militer, atau RUM , atau transformasi , dan sebagai motornya adalah revolusi informasi teknologi [43] (IT-RMA). Usai perang dunia II, pertikaian Timur – Barat dilanjutkan dengan perang dingin dan memanasnya isu semenanjung Korea dan L China Selatan sekarang ini sering disebut sebagai kelanjutan  perang dingin (jilid II?,pen). Awalnya semua situasi ini dikemas dalam perencanaan pembangunan kekuatan militernya versus kekuatan simetrik (versus aktor negara). Dengan munculnya malapetaka 9/11, realisme dunia bergeser menghadapi peperangan tidak beraturan (irreguler warfare). Akibatnya isu pengambilan keputusan nasional untuk keamanan nasional melenceng dari arah semestinya dan isu transformasi menjadi irelevan[44] serta berbalik arah ke-asimetrik. Kapabilitas yang dibangun dan disiapkan menghadapi kekuatan konvensional berubah menghadapi asimetrik atau tidak beraturan. Konsekuensinya postur, dan struktur serta organisasi dan perilakunya amat berbeda jauh versus ancaman jenis ini. Dampaknya fokus program pembangunan kekuatan akan dialihkan versus yang terakhir ini, meskipun negara kaya tetap saja membangun kekuatan anti simetriknya.  Versus lawan asimetrik, kekuatan yang sesuai adalah pasukan khusus. Mengingat medan laga cukup luas maka kekuatan pasukan khusus gabungan akan lebih banyak diperankan.

Adanya tuntutan perlunya faktor “kejud” dan informasi posisi yang riil tentang lawan sangat dominan sekali. Faktor kejud adalah fungsi ketepatan posisi sasaran yang riil, kecepatan angkut, dan effektivitas operasi sergapnya. Transformasi kearah peperangan beraturan terbukti sudah menjadi tidak relevan lagi dengan tetapan obyektif baru tentang keamanan nasional (strategi keamanan nasional, pen). Fenomena ini menjadi terang benderang sebagai prediksi dunia nyata diwaktu mendatang[45]. Peperangan non-tradisional yang disebut sebuah studi strategi di London sebagai “peperangan tidak beraturan yang kompleks” adalah penyebab kegelisahan yang mengerikan bagi dunia nyata. RUM tetap saja mendikte dalam hal ini keunggulan informasi diramu dengan inovasi effektivitas[46] satuan tempur dan sistanya, didukung dengan novel teknologi yang terbarukan dan kerangka organisasi yang dikembangkan serta memenuhi tuntutan operasional taktik maupun strategik. Tentu saja agenda Rum guna mendukung effektivitas kekuatan menghadapi peperangan tidak beraturan akan berbeda jauh menghadapi kekuatan beraturan atau simetrik.Agenda utamanya bisa dikatakan meningkatkan ketajamannya guna memadukan “sistem dari sistem” yakni keterpaduan antara teknologi informasi yang lebih presisi dan mendekati waktu riil dan sista yang lebih “pintar” [47]. Bukan itu saja, di pimpin  oleh AS, negara besar sepertinya sudah bergeser dari skenario pertahanan nasional dengan standar dua (2) mandala perang (MTW/major theatre war)[48] menjadi hanya beberapa skala konflik besar (MSC/major scale conflict). Mungkin sekarang cukup satu (1) MTW [49]di semenanjung Korea guna mengantisipasi manuvra Korut dan menjaga keseimbangan dengan bangkitnya kekuatan Naga kuning di ujung timur laut Asia itu.

Agenda RUM bagi AS akan diarahkan untuk mendukung teknologi sista presisi anti Rudal milik Korut, sekaligus membantu Korsel dan Jepang dan tetap fokus kepada kepentingan barunya, yakni peperangan selain konvensional (operation other than conventional) yang diperkirakan berlangsung lama (the long war), jauh lebih lama dibandingkan peperangan konvensional. Apapun bentuk peperangannya, tetap didikte oleh agenda transformasi RUM dengan novel teknologi informasi dengan sentranya jejaring informasi sentrik. Peperangan panjang, atau peperangan tidak beraturan[50] versus ancaman asimetrik akan mendominasi operasi militer gabungan mendatang. Ancaman asimetrik bukan hanya sekedar tantangan dengan hadirnya terorisme, para insurjensi, dan aktor pengancam non-negara, namun teknologi paduan yang dimiliki mereka bisa saja digunakan untuk menyerang lawan yang lebih unggul, seperti menggunakan satelit yang dipersenjatai atau peperangan cyber terhadap pusat – pusat finansial. Bahkan China sepertinya menggunakan strategi asimetrik sebagai penangkal akses masuknya kekuatan lawan—strategi anti akses dan penolakan area (AA/AD). Peperangan asimetrik yang dilakukan bisa dengan menggunakan kapal selam, ranjau, ranjau pintar atau sista pintar lainnya yang akan dikembangkannya—integrasi sista kecil, murah namun memilki daya hancur (lethal) terhadap sasaran yang lebih besar. Asimetrik begitu beragamnya sehingga dapat saja memutuskan dalam bentangan pilihan diskrit seperti konvensional, tidak beraturan, katastropik, atau disruptif, dan mana yang dipilih.

 

RUM,  Industri Pertahanan Nasional dan Transfer Teknologi

Usainya Operasi Badai Gurun (desert storm) berhasil membuat suatu tetapan paradigma teknologi peperangan masa depan, dengan teknologi informasi, dan peperangan elektronik sebagai faktor yang kritikal[51]. Operasi elektronik menjadi pertimbangan menentukan (decisive) perang dan sistem ruang angkasa yang menampung manuvra dan gelar platform elektronik menghadapi isu peperangan tersendiri (dimensi ketiga peperangan) di kemudian hari. Fakta ini, menjadikan program riset RUM dan produk hasil riset, inisiasi serta inovasi elit militer akan banyak ditampung industri pertahanan nasional. Sebaiknya industri memiliki kuajiban juga untuk pengembangan riset atau riset awal hasil inovasi dan inisiasi elit militer yang diagendakan DIB (defense industrial board/dewan bersama antara KemHan dan Industri). Bagi AS, Russia, dan Israel yang begitu jelasnya menggunakan pendekatan inovasi ini dan bagaimana mereka akrab dan terbuka dengan berbagai pendekatan budaya dalam transformasi serta bagaimana mereka memprediksi bentuk peperangan mendatang[52]. Dalam kontek ini perlu disisipkan bahwa transformasi di Angkatan Laut lebih spesifik. Kalau RUM adalah peperangan informasi berorientasi kepada peperangan jejaring sentrik dan memerlukan suatu pangkalan aju, atau markas didarat[53]—bagaimana dengan gugus tugas Angatan Laut yang diproyeksikan jauh kedepan, tanpa pangkalan aju ? Angkatan Laut AS dengan visi Sea Power 21 memproklamirkan pergeseran dari operasi platform sentrik (tradisional) menjadi peperangan jejaring sentrik, sekaligus mengintegrasikan “ Sea Strike ” , “ Sea Shield “ dan Sea Basing “ [54], berupa Gugus Tugas yang terus bergerak dilaut sebagai pangkalan aju yang mobil sekaligus kapabel menyerang jauh lebih dalam dan memelihara operasi gabungan militer.  Bukan hanya Angkatan Laut, Angkatan Darat , Udara bahkan Marinir-pun bergerak bersama mengikuti irama RUM bersama – sama menjadi unit ekspeditionari matra dan  gabungan serta kapabel interoperasional dengan label yang melekat setiap saat yakni kesiagaan tempur yang tinggi[55].

RUM digunakan sebagai inovasi radikal militer biasanya yang akan menciptakan dan mendorong struktur organisasi baru bersama sama dengan novel teknologi dan deploi kekuatan militer dengan methoda baru. Meskipun tidak selalu novel teknologi terbarukan mendorong perubahan pelaksanaan peperangan mendatang. Innovasi[56] sangatlah berperan penting dalam pergerakan RUM. Produk inovasi tercipta dengan cara bagaimana personil – personilnya memiliki kesempatan bisa mengenali dan mengeksploitasi peluang yang ada melalui iklim dan struktur organisasi dan deploi kekuatan militer yang telah mengijinkan mengembangkan inovasinya untuk diujudkan dalam novel teknologi yang akan dikembangkan[57]. Revolusi yang sesungguhnya adalah hadirnya intelektual yang mengintegrasikan sista, konsep operasi, perilaku dan struktur organiasi serta dimiliknya visi peperangan masa mendatang. Andrew Marshall mengatakan bahwa tantangan utama RUM adalah intelektual (diakomodasikan), bukan semata – mata hanya teknologi[58]. Semua juga mustahil tanpa fasilitas industri pertahanan nasional. Pengertian revolusi tidak diartikan suatu perubahan cepat dan radikal menggantikan yang lama menjadi baru, tetapi lebih ditekankan dan didalami bagian – bagian mana yang dapat di gunakan jauh lebih effektif dan lebih berdaya penuh  (powerfull) dan lebih mematikan (lethality). Konsekuensi nyata RUM telah  pendorong perubahan transformasi format pertempuran dan peperangan yang sudah dianggap kuno atau menjadi usang. Percontohan inovasi AS telah melebar luas ke Eropah, Asia, dan Timur tengah. Bahkan China (versi), sekarang ini dipandang sedang mengejar modernisasi pertahanan nasionalnya dibawah rubrik “ informatisasi”. AS memandang RUM relatif sama “transformasi”, yang menekankan kepada peperangan informasi intensif[59], atau peperangan jejaring sentrik. Bahasan – bahasan di atas semakin memperkuat dugaan bahwa konsep transformasi telah merambah ke ruang Keamanan Nasional (baca Strategi Keamanan Nasional, pen). Para analis memandang bahwa RUM telah mendorong jutaan dollar mengalir ke industri pertahanan nasional.

Industri tersebut tentu saja akan mengalirkan dalam bentuk produk komersial menjadi kegiatan bisnis global bagi peminat peminat produk inovasi baru dinegara berkembang—membiasakan dan (memaksakan) budaya negara berkembang untuk “ beli “[60] dan selalu menggantungkan “ survival ” nya kepada pemilik teknologi. Sebaiknya dilakukan riset sebelum diputuskan untuk mengetahui seberapa jauh nilai manfaatnya, ekonomis, dan ekonomik, baik domestik maupun internasional apabila dilakukan “beli” atau “transfer teknologi” atau “beli dan transfer”[61] dan nilai transfer teknologi yang riil bagi industri pertahanan dan industri pendamping domestik lainnya maupun pasar. Transfer teknologi harus dipandu  dengan kebijaksanaan yang sangat jelas demi keuntungan pembeli, bukan sebaliknya—tingginya nilai transfer pengetahuan yang mungkin di serap oleh sub-sub industri dalam negeri dan divisi litbangnya[62]. Atau seberapa jauh nilai transfer pengetahuan peralatan elektronik, sensor maupun sistem kontrol senjata yang bisa didapat (materi yang sangat sulit dinegosiasikan). Atau dikarenakan waktu transfer yang dilakukan di negeri pembeli ternyata jauh lebih lama dibandingkan negeri asal sehingga total biaya produksi jauh lebih mahal—sebandingkah antara “ biaya” kelambatan yang harus dikeluarkan dengan nilai transfer teknologi dan kesiagaan platform yang harus disegerakan ?

Pembelian teknologi prototype sebaiknya dihindari mengingat harga beli platform ini jelas sangat jauh lebih mahal, sulit mengukur seberapa jauh kapabilitasnya (tidak ada pembanding). Faktor lain seperti produksi industri negeri pembeli (recipient) tentunya dilakukan setelah memperoleh lisensi negeri penjual (donature). Paling tidak dapat dicermati apakah harga beli dinegara donasi lebih murah atau mahal. Versus transfer teknologi bisa belajar dari RAND dengan penelitian kooperasi antara AS dan Jepang , yakni APAR (active phased array radar,yakni radar fire control pesawat tempur) [63] . Kasus FS-X radar ini ternyata adalah isu yang lebih dari isu transfer teknologi sendiri, yakni manajemen akuisisi dan industri. Pengalaman ini bisa saja terjadi dalam kerjasama produk pesawat tempur RI-Korsel. Studi kasus ini telah dilakukan berbasis kepentingan AS, kelebihan yang dimiliki Jepang, dan basis problema akses [64]. Sedangkan kasus – kasus internasional transfer teknologi lainnya, umumnya ditangkap sebagai isu kebijakan publik yang kompleks. RAND beralasan , [1] isu terbungkus dalam bingkai politik, [2] effek dan mekanisme transfer yang sungguh sulit di estimasi, dan terakhir [3] tumpang tindihnya aturan main dan regulasi yang berbeda-beda, interajensi antar negara, antar industri, perusahaan, belum lagi aturan yang menyangkut kerahasiaan (ikatan antara industri donatur dengan negara donatur) dan properti intelektual. Lengkapnya dapat dipelajari dalam “ Monitoring and Controlling International Transfer of Technology[65]. Pengalaman ini bisa dijadikan pembelajaran yang berharga bukan saja bagi pakar teknologi, namun juga pakar analisis biaya—misal dalam kerjasama produk pesawat tempur RI-Korsel.

 

Kesimpulan

RUM tidak lagi membedakan front manapun, mengingat  sudah tidak bisa dijadikan alasan lagi untuk tidak dijadikan sasaran tembak. RUM  menggoyang konsep sistem pertahanan total dengan risiko dan konsekuensi biaya yang semakin besar apabila terpaksa harus dipilih. Perang modern, pemegang insitiatif akan lebih banyak berpikir efisien, meskipun semua front bisa saja dijadikan sasaran, namun bisa saja tidak effisien (rute, waktu, logistik, tempo) dihadapkan dengan obyektif operasi militernya. RUM justru dinikmati setelah dikembangkan AS dan NATO (tahapan ke tiga) sebagai suatu ambisi untk mendominasi ruang tempur (dominance battle knowledge ~  dominance battle space) dengan jantungnya adalah sistem dari suatu sistem (system of the system).

Konsep strategik semacam RUM tidaklah mungkin diproses, tanpa kehadiran aktif semua petinggi militer ikut membantu merumuskan dan mengembangkan konsep tersebut—inovasi [66] tidak akan pernah bisa berkembang dan dikembangkan tanpa pelibatan aktif para petingginya. Inovasi juga tidak akan tumbuh tanpa iklim hubungan kerja yang lebih relaks. Indikator sementara adanya inovasi terlihat dari banyaknya tulisan, journal, dokumen atau essai dan jurnal nasional dan internasional yang ditulis—semakin banyak elit junior yang menulisnya semakin nampak hadirnya inovasi, kreativitas, dan keberanian keluar dari “ inside of the box ”, [67] dan iklim yang lebih berorientasi kepada total kualitas akan tercapai. Berada selalu dalam “ inside of the box “, tidak akan pernah berani menatap masa depan, tenggelam dalam isu masa lampau, isu yang tradisional—gagal mempertahankan keunggulan asimeterik dan keseimbangan yang tidak stabil, padahal dua (2) prasyarat ini yang menjamin versus kekuatan yang lebih unggul[68]. RUM sulit bagi negara berkembang, bukan pemilik industri pertahanan, teknologi dan jauh dari inovasi. Diakui transformasi[69] diperlukan guna meliput reformasi (transformasi adalah superset reformasi) organisasi, struktur kekuatan, cara berpikir , perencanaan , dll. Upaya transfer teknologi perlu di payungi kebijakan yang berorientasi kepada analisis effektivitas biaya[70] dan sudah waktunya kebijaksanaan ini di kaitkan dengan isu ekonomi pertahanan nasional yakni seberapa jauh manfaatnya dan seberapa jauh konsekuensi total biaya yang dikeluarkannya ~ cost effectiveness[71]. Berhandai-handai tidak cost-effectiveness, siapa yang bertanggung jawab nantinya dan siapa kontroler kebijakan publik ini (yang menurunkan kebijakan ini)—sepertinya belum hadir penanggung jawab dengan pendekatan seperti ini. Barangkali model teknologi Transfer yang cukup terkendali dan fisibel dapat ditawarkan seperti dibawah ini, sebelum diputuskan—transfer atau tidak ? [72].

Fig # 2. Transfer of Technology (ToT) Model

X

Model membantu pengambil keputusan untuk membangun kebijakan dan memilih transfer seperti apa per setiap tahap (stages) —tujuannya agar cost effectiveness.

 



[1] Terjemahan dari RMA (Revolution in Military Affairs), belum adanya kamus pertahanan nasional,penulis memilih kata tersebut.  Berawal dari konsep pemikiran Russia dgn definisi MTR (Military  Technology Revolution)  diterjemahkan AS dkk, dan mendunia menjadi  RMA.

[2] Raj Kumar Upadhyaya, Prof, Dept Defense & Strategic Study , Univ of Allhabad,  Airpower Journal,vol 7 , Summer 2012 (April-June), “ Revolution in Military Affairs “, halaman 33.

[3] Dari model  capability =  ability + outcome, memberikan gambaran bagaimana  ability (by design pabrik), dapat ditingkatkan dengan indikator outcome yang dihasilkan (mis: kurang memuaskan) misal melalui riset dan uji ( statistik)  lapangan yang  terus menerus.

[4] Jones,Antonio.T,Lt US Navy, MA in Security Studies, Thesis NPS, March 2014, “ Long Range Precision Strike Cruise Missiles In NATO Operations “ ,hal 21,22.Peperangan presisi (precision strikes) dilakukan oleh sista semacam Tomahawks, baik versi  permukaan, udara maupun dari bawah laut.

[5] Bentuk peperangan baru ini, suka atau tidak suka  akan melebarkan komuniti  aktor internal yang terlibat, bukan hanya elit militer saja — semua elit instrumen kekuatan nasional yang ada.

[6] Gambar diambilkan dari Images: RMA, mesin pencari Google.

[7] Bahkan LSM. Kelangkaan  dan sangat jarangnya  dimuatnya isu RUM dalam journal , dokumen atau majalah terbitan TNI dan Angkatan .

[8] Raska,Michael, Pointer,Singapore Armed Forces Journal, vol 36, no 3-4, 2011, “ “ The Five Waves “  of RMA  Theory, Processes , and Debate “, halaman 1.

[9]  Ibid, halaman 1.

[10] Ibid,

[11] Ibid ,

[12] Ibid, halaman 2.

[13] Ibid,

[14] Adamski,Dima, Journal of Strategic Studies, vol # 31, no # 2,tahun 2008 , “ Through the Looking Glass : The Soviet Military – Technical Revolution and the American Revolution in Military Affairs “, halaman 257-294.

[15] Diver,Michael.J, LtCol, NATO Defence College, 1990, Study Project, “ NATO’s Follow-On Forces Attack (FOFA) Concept : Past, Present and Future “, halaman 6….FOFA (follow-on-forces) , adalah konsep sista lontar jarak jauh, untuk memukul kekuatan yang ada dibelakang pasukan yang sedang berhadapan, baik dgn mortir berat, arteleri jarak jauh, rudal, pesawat atau hellikopter serbu, obyektifnya lawan tidak memiiki lagi kekuatan untuk dihadirkan sebagai perkuatan (reeinforcement). Operasi ini dikenal abad 19-20-an (mulai tahun 1980-an) sebagai operasi penetrasi dalam, atau operasi dikedalaman (deep opt) . Operasi ini dibungkus dalam atribut operasi ALB (Airland Battle). Butuh konsep yang komprehensif , koordinasi yang terlatih baik, teknologi tinggi serta C3I,  operasi ini cukup menjadikan keprihatinan dan kekuatiran kekuatan Pakta Warsawa. Dari sisi teori RUM, maka FOFA akan memerlukan jejaring sentrik peperangan yang dengan mudahnya memperoleh displai disemua medan, artinya tidak ada lagi area  depan atau belakang atau samping ditahun 1980-an (waktu itu) yang tdk bisa diliput, tinggal bagaimana mengeffisienkan daya tembak dengan sista yang ada saja.

[16] Raska,Michael, Pointer,Singapore Armed Forces Journal, vol 36, no 3-4, 2011, “  The Five Waves “  of RMA  Theory, Processes , and Debate “, halaman 2.

[17] Atrisi (atrittion) atau laju korban/kerusakan,kematian bisa saja berbentuk jumlah  korban manusia, alat material, material perang, dll per unit waktu .

[18] Fitzgerald, Mary.C, CNA (US Center for Naval Analysis) , 2003, ” Marshal Ogarkov and the The New Revolution in Soviet Military Affairs “, halaman 6, … Ogarkov mengembangkan doktrin dengan (asumsi?,pen), bahwa AS, dkk tidak menggunakaan senjata thermo  nuklirnya,oleh karena itu semenjak tahun 1980-an, teknologi tinggi senjata konvensional berkembang pesat. Asumsi ini ditekankan , dengan isyarat-isyarat Ogarkov kepada AS dkk untuk tidak menggunakan senjata Nuklinrya.

[19] Ibid, halaman 3.

[20]  Ibid, halaman 3.

[21] Ibid, halaman 3. Cara yang paling mudah, sederhana namun cukup komprehensif adalah menginvestigasi semua dokumen, tulisan, jurnal, essai, taskap, thesis, disertasi, yang ditulis perwira perwiranya lgs dapat diketahui seberapa jauh kedalaman pengetahuannya. Intelijen hampir pasti menggunakan cara ini, dibandingkan mengukur secara fisik kekuatan militer .

[22] Oleh karena total kualitas suatu organisasi salah satunya disumbangkan oleh dokumen strategik, operasional dan taktik, termasuk kertas karya, journal, esai dan tulisan ringan perwira perwira baik senior maupun junior (banding dengan  demonstrasi lapangan yang cenderung berorientasi “pamer kehadiran saja”, bukan dan belum pamer kualitas), maka perpustakaan, dan lemdik lemdik suatu matra (lumrah) dengan mudah dijadikan obyek untuk mencermati seberapa jauh mutu dan profesionalisme perwira perwira didalamnya. Total kualitas tidak pernah berdiri sendiri, semuanya saling menunjang.

[23] Kedua-duanya anggota tim analis.

[24] Dimaksud akan lebih menonjolkan besarnya perubahan sista kepada “temuan” besarnya effek sista tersebut kepada lawan, bukan signifikansi perubahan daya jelajahnya, kecepatan maksimum tank, daya tembak, kecepatan peluru, dll, namun seberapa jauh effeknya terhadap lawan (riil kapabilitas) , ini yang jauh lebih diharapkan dibandingkan sekedar temuan perubahan teknologi sista tersebut.

[25] Gabungan , barangkali inilah fokus dari semua isu dari perencanaan pembangunan kekuatan militer,gabungan adalah isu yang paling effisien—peran pokok Angkatan perang adalah selain membantu merencananakan pembangunan kekuatan militer berorientasi kepada operasi gabungan, adalah menyiapkan dan melatih dengan cara yang paling effsien dan menekan konsekuensi biaya yang harus dikeluarkan.

[26]  Interoperable, lebih diartikan bisa menerima akses dari sistem diluar ini, dan bisa lebih mengeffektifkan hasilnya bila bekerja sama dengan saling memberikan informasi.

[27] Raska,Michael, Pointer,Singapore Armed Forces Journal, vol 36, no 3-4, 2011, “  The Five Waves “  of RMA  Theory, Processes, and Debate “, halaman 6.

[28]  Ibid, halaman 6.

[29] Tubbs,James.O, US National War Coll, 2002, “ Two Views of the RMA “, halaman 3. Sistem dari sistem tsb adalah : DBK, C4I, dan Precision Forces Use.

[30] Ibid, halaman 3. Nampaknya peran individual yang kuat dari masing masing Angkatan persis seperti kejadian saat perang dingin dimana masing masing Angkatan berlomba lomba membangun rudal balistik jarak jauhnya masing masing…dgn kalimat “ tenarnya ” waktu itu , berapa sih cukupnya (how much is enough) , kata Mc Namarra (Menhan) saat itu ?

[31]  Upadhyaya, Raj Kumar, Prof, Dept Defense & Strategic Study , Univ of Allhabad,  Airpower Journal, vol 7 , Summer 2012 (April-June), “ Revolution in Military Affairs “, halaman 34.

[32] Doktrin adalah aturan bagaimana menggunakan kekuatan (how to use the force) , apabila dianggap sebagai dasar (doktrin dasar) , maka itulah fokus atau pilihan yang harus dilakukan, tidak ada lagi pilihan lain.  Bagaimana dengan total defense’s doctrine , yang bagi beberapa negara di Asia sudah dianggap hanya sebagai satu pilihan terahir (choices/worst choices, bukan doktrin lagi), mengingat risiko dan “ongkos” kerugian  yang sangat besar  sekali (alam,lingkungan, penduduk, dan anak-anak) apabila membiarkan dan dibiarkannya aktor lain menduduki  negerinya.  Dengan doktrin , maka fokus dan obyektif anggaran belanjanya lebih kepada bertahan total — murah sepertinya hanya mengandalkan tentara , rakyat dan perang  gerilya. Tidak bisakah dilakukan reformasi konsep doktrin agar fokus anggaran bisa lebih fleksibel ? Bagaimana konsekuensi doktrin ini terhadap “kalkulus” bala cadangan — hanya berhitung kekuatan pasukan regulernya saja atau termasuk sebagian kekuatan cadangan dan alut sista cadangan  ? Bagaimana distribusi kekuatan cadangan darat, laut dan udara? Bisakah dibuat suatu konsekuensi kalkulus kekuatan cadangan dengan suatu model yang terpisah antara kalkulus kekuatan reguler dengan cadangan, agar menyesuaikan dengan hadirnya 2 payung hukum yang dipisahkan? Kalau—ya, logikanya event kemunculan kekuatan reguler tidak ada hubungannya sama sekali dengan event munculnya (kalkulus) kekuatan cadangan , padahal konsekuensi  cadanganpun tentunya berasal dari satu (1) skenario pertahanan yang dibangun sebagai basis kalkulus perencanaan (force planning) kekuatan manusia (reguler+ cadangan), atau kekuatan cadangan adalah ekspresi risiko kalkulus yang akan terjadi  ? Apakah pemilihan MEF tidak ada kaitannya dngan kalkulus bala cadangan — perlu pemikiran yang komprehensif mengingat kalkulus reguler dan cadangan bernaung dibawah satu skenario pertahanan nasional dan satu konsekuensi anggaran,  serta masih banyak lagi pertanyaan yang dapat dikembangkan. Barangkali inilah problema sebagai dampak perubahan persepsi , reformasi dan pemikiran ulang tentang  hubungan means-to-ends state dalam revolusi (atau evolusi konsep strategik) dan semuanya akan merupakan isu besar ekonomik pertahanan.

[33] Opcit, halaman 34.

[34] Opcit, halaman 35.

[35] Opcit, halaman 35.

[36] Krause,Merrick.E, Maj USAF, Research Paper US Air Command and Staff Coll, March 1997, “ Night Air Combat , A US Military – Technical Revolution “, halaman 1.

[37] Opit, halaman 36.

[38] Opcit, halaman 35,…bila Clausewitz menampilkan hadirnya faktor kabut peperangan (fog of war) , dengan RUM serta merta kabut peperangan semakin terbuka lebar atau semakin menipis yang tidak terbayangkan sama sekali oleh Jendral Prussia tersebut sewaktu menulis bukunya tentang perang (On War).

[39] Opcit, halaman 38.

[40] Bitzinger,Richard.A,S Radjaratnam School of International Studies , Nanyang Tech Univ (Singapore), Journal Def Acquisition Management, vol-2, 2009, hal 17-31, “ Arming The RMA : The US Defense Industry In The Post Transformation World “. Sepertinya indutri pertahanan yang belum memiliki divisi information tech , rasanya  sulit mengikuti irama RMA .

[41] Mazarr,Michale,J,Dr,US Army War Coll, Monograph, 1994, “ The Revolution in Military Affairs: A Framework for Defense Planning ”, halaman 9.

[42] Breemer, Jan.S, Research Associate Proffesor at US NPS, OP # 19, Center for Strategy and Technology  , Air War Coll,  Dec 2000, “ War as We Knew It : The Real Revolution in Military Affairs/Understanding Paralysis Military Operations “, halaman 3.

[43] Dombrowski,Peter dan Ross,Andrew.L, Journal Security Challenges, vol 4, no 4,  Summer 2008, “ The Revolution in Military Affairs, Transformation and the Defence Industry “, hal 13.

[44] Hoffman,Frank.G,LtCol USMC (Reserve), Elsevier, Journal Foreign Policy Research Institute, Summer 2006, ” Complex Irreguler Warfare : The Next RMA”, hal 395.

[45] Ibid, halaman 396.

[46] Effektivitas dalam hal ini adalah MOE.

[47] Di tubuh Kemhan AS sendiri pergeseran agenda ini dari fokus ke simetrik menjadi asimterik konsekuensinya telah membuat lonjakan anggaran , secara fisik telah diadakan pengurangan postur kekuatan yakni penghapusan 2 divisi Angkatan Darat AS dan 1 divisi Marinir à digantikan dengan lebih banyak komputer, satelit, jejaring sensor dan munisi pintar serta presisi.

[48] Dua (2) MTW era perang dingin adalah didaratan Eropah dan samodra pasifik, usai perang dingin bergeser ketimur tengah dan semenanjung Korea. RI pernah mencoba membuat (dan meniru) basis skenario pertahanan nasional dengan membangun dua (2) area “panas” yang disebut trouble spot dan perlu dihadapi dengan simultan, sayangnya tidak diketahui area yang mana. Teorinya dua area tersebut harus jelas agar memudahkan membaginya kedalam AOR, AOI (area of interest ), dlsb, serta postur kekuatan gabungan yang akan di deploikan.

[49] Teknik pembentukan (dan pemilihan) MTW atau MSC,dst, sebagai organisasi AOR (area of responsibility) merupakan bagian dari skenario pertahanan, dan skenario ini sekaligus menajdi pendekatan “kalkulus” kekuatan militer yang akan dibangun, termasuk kekuatan reguler dan cadangannya. Sehingga nampak aneh kalau kekuatan cadangan memiliki payung yang berbeda dengan kekuatan regulernya.

[50] Budiman Djoko Said, QD, “ Memikir ulang  peperangan tidak beraturan (Irregular Warfare/IW) “, halaman 1, 2.

[51] Blank,Stephen.J, RAND, “ In Athena’s Camp: Preparing for Conflict in the Information Age”,

——ch.3 “ Preparing for the Next War : Reflections on The RMA “, hal 63.

[52] Adamski,Dina, Stanford Univ Press, 2010,  “ The Culture of Military Innovation , The Impact of Cultural Factors on the RMA in Russia, The US and Israel ”, halaman 3.  Buku ini cukup bagus menjelaskan dengan kultur masing masing, mendorong tumbuh nya irama RUM dan penguasaan teknologinya.

[53] Dombrowski, Peter.J,  dan  Ross,Andrew.L, Naval War Coll Review, Summer , 2003, vol LVL, no.3,  “ Transforming The Navy ; Punching a Feather Bed ? “,  halaman 109.

[54] Program survival suatu Gugus tugas dilaut selama mungkin dan seeffektif mungkin serta memelihara kesiagaan yang paling maksimum selama mungkin.

[55] Ibid, halaman 109.

[56] Yamanouchi,Yasuhide, Fellow, Graduate School of Interdisciplinary Information Studies,University of Tokyo,” Strategic Management of Military Capabilities : Seeking Ways to Foster Military Innovation “,  bab-4, “ Innovation in Defense Capabilities and Organizational Knowledge Creation “, hal 1 .. only way to deter war against a hostile country that exerts a continous and serious threat is to maintain some form of asymmetrical superiority , or to keep unstable balancing such as mutual assured destruction. Defense organizations  that are responsible for the security of a country are entrusted with the mission of correctly recognizing a strategic environtment and successfully carrying out self – organizational inniovation while hedging with strategic situations. This is because innovation is one of the key  elements for keeping asymmetrical superiority and unstable balance. Bahasan yang menarik antara RMA, Industri pertahanan dan Innovasi sendiri.

[57] Adamski,Dima, Stanford Univ Security Studies, 2010, “ The Culture of Military Innovation; The Impact of Cultural Factors on The Revolution in Military Affairs in Russia, The US and Israel “, halaman  1.

[58] Ibid, halaman   2.

[59] Dombrowski,Peter dan Ross,Andrew.L, Journal Security Challenges, vol 4, no 4,  Summer 2008, “ The Revolution in Military Affairs, Transformation and the Defence Industry “, hal 14. Kata Richard Bitzinger , versi transformasi (atau RUM) China adalah : ….  short-duration, high-intensity conflicts characterized by mobility, speed and long-range attack, employing joint operations fought simultaneously throughout the entire air, land, sea, space and electromagnetic battlespace, and relying heavily upon extremely lethal high-technology weapons. Perhatikan kalimat tersebut telah menunjukkan betapa serius, kapabel, modern, dan percaya dirinya China.

[60] Bisa juga pilihan ini dimanfaatkan negara pembeli, sebagai jalan pintas dibawah atribut (atau budaya?,pen) “ transfer teknologi”.  Namun benarkah atribut ini akan memberdayakan industri pertahanan nasional. Selama ini belum pernah ada riset yang komprehensif ,  yang jelas platform atau sistem pendorongan (mekanikal) , bisa diduga dan ditebak > 50 % bisa diambil alih dengan transfer teknologi . Bagaimana dengan sistem senjata, sistem elektronik, sistem pengendalian senjata , komunikasi, sistem EW, apalagi sista mematikan (lethality) ,dll, benarkah akan berhasil dengan cara transfer teknologi , tidak mudah menjawabnya bukan, meskipun mudah ditebak , benarkah setulus dan sebaik itu penjualnya ? Barangkali penjual dan pembeli dari kalangan sahabat “baik” saja, yang akan menikmati transfer teknologi dengan benar.

[61] Tentu saja berbeda konsekuensi biaya yang dikeluarkan, apabila beli hanya 1, dan 2 unit transfer di industri  domestik, atau beli hanya 2 unit, dan sisanya transfer teknologi, bisa saja beli tiga – tiganya  di industri penjualnya. Tergantung permintaan dan kalkulus estimasi “biaya”nya .  Atau bisa saja biaya tersebut salah satu , bisa mahal, namun nilai transfer teknologi dan skill yang didapat sangat besar dan menguntungkan, karena bisa menciptakan sendiri untuk waktu mendatang dengan “ biaya “ yang lebih murah.

[62] Mengapa dikaitkan dengan LitBangnya—periksa Kipps,James.R, cs, 3 persons, RAND, 1989, “ Supporting the Transfer of Simulation Technology “, halaman 2, …penjelasan per definisi transfer technology ….Technology transfer is the process by which ideas and techniques move from the research arena into real-world applications. What makes technology transfer difficult is the time consuming effort required to make these new ideas effectively accessible to the target user group, where “effectively accessible” means that cost of embracing the new technology does not exceed its potential benefit—isu benefit-cost atau effeciveness-cost, sebagai bagian isu ekonomi pertahanan bukan ?

[63] Chang,Jr, Ike.Y, RAND, Project Air Force,1994, “ Technology Access from the FS-X Program Radar Program : Lessons for Technology Transfer and US Acquisition Policy “, halaman xi.  Suatu proyek teknologi transfer pertama kalinya antara AS dan Jepang, AS – lah yang membeli teknologi tersebut. Penggunaan teknologi APAR yang sangat unggul performanya (MOE-nya), andal (probabilita untuk tidak rusak tinggi), dan mudah pemeliharaannya (maintainability).

[64] Ibid,  halaman 91.

[65] James Bonomo, et-all, 8 persons, RAND, 1998, “ Monitoring and Controlling International Transfer of Technology “, halaman 83.

[66] Sloan,Steven.E,LCdr USN, MA in National Security Affairs , Thesis US NPS,  Dec,1994, “ The RMA and the Politics of Innovation In The US Navy “, halaman 23-24, …Model Rosen, dipercayai sukses mengantar militer di AS untuk berinovasi, halaman 23-24, baik di Angkatan Laut, Udara maunpun Daratnya. Bagaimana perubahan bentuk Organisasi dikarenakan  missi, operasi, dan interoperabilitas.

[67] Selama terkurung dalam “ inside of the box “ — tidak akan pernah melihat kenyataan dunia nyata (masalah yang sebenarnya), dan menyimpan segudang problema yang tidak terselesaikan, generasi berikutnya yang akan menanggungnya.

[68] Yamanouchi,Yasuhide, Fellow, Graduate School of Interdisciplinary Information Studies,University of Tokyo,” Strategic Management of Military Capabilities : Seeking Ways to Foster Military Innovation “,

—-bab-4, “ Innovation in Defense Capabilities and Organizational Knowledge Creation “, hal 2.

[69] Transformasi ditafsirkan sebagian besar orang sama dengan RUM namun tidak mutlak seperti itu, bagi Krepinevich….. defense transformation is not synonymous with a RMA nor that it represents a war-fighting strategy; rather it stipulates a vision of future warfare and defense management surrounding “ a process that a defense establishment undertakes if it believes a military revolution is underway, or  potentially underway”.

[70] Kualifikasi ini sebaiknya sudah dimiliki oleh pejabat  yang ada di staf perencanaan dan anggaran .

[71] Mungkin bisa disamakan dengan paradoksi pertanyaan Mc Namarra , berapa sih cukupnya … how much is enough ? Dalam isu TOT, bagi negara pembeli mungkin sudah waktunya melakukan riset serius dan komprehensif — cost-effectiveness tentang nilai transfer antara pilihan beli 1, dapat 2, atau beli 2 dapat 3, atau beli 3nya atau dapat ketiga tiganya. Pilihan manapun akan memiliki harga effectivenessnya maupun konsekuensi “biaya” nya yang unik, problemanya — mana yang paling cost effectiveness ?

[72] Bar-Zakay,Samuel.N, RAND, November 1970,  “ Technology Transfer “, halaman 3.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Share via
Copy link
Powered by Social Snap