PERENCANAAN STRATEGIS TNI

1. Pendahuluan

Menunjuk materi yang dibawakan oleh salah satu pembicara dalam seminar di Mako Kormar 12 November 2005, menarik untuk mengamati perbandingan kekuatan militer negara tetangga dengan peta persentase GNP/GDP sebagai salah satu model yang ditawarkan.

2. Diskusi 

Adabeberapa faktor yang patut diwaspadai, dan perlu ditetapkan asumsi apa sebagai basisnya. Pemetaan tersebut akan absah apabila negara-negara tersebut memiliki kadar lingkungan strategik, skala ancaman dan perilaku ancaman yang sama, luas/geografis yang sama fiturnya, nominal dalam mata uang sama dan besarnya GNP/GDP yang relatif sama, porsi persentase non defense yang sama (misal pendidikan,kesehatan ,dll) serta dibantu kekuatan militer negara sahabat yang sama. Belum lagi  bicara dalam basis ketahanan ekonomi yang sama (index national economics  power). Tanpa asumsi seperti ini,  pemetaan akan merupakan sekedar gambaran statistic diskriptif tanpa penarikan kesimpulan apa-apa.

Berhitung dalam analisis operasi riset, akan lebih mendekati keabsahan sebagai model lain yang dapat digunakan. Basis yang digunakan adalah MOE (measures of effectiveness), yakni skala kesiapan (readiness degree) operasi lautnya (agregasi anti kapal selam, anti udaranya, anti kapal permukaannya, peperangan kapal selamnya, dan peranjauannya) serta kesiapan operasi amphibinya, skala kesiapan inventori dan logistik (harkan dan persediaan ammo/senjata), skala kesiapan industri pertahanannya, skala pelatihannya dan kekuatan siap yang dicadangkan. Kedua model ini dapat dikategorikan sebagai model yang lebih bersifat operasi atau seni operasi.

Bahasan tentang kontrol sipil, supremasi sipil ;teoritik berada dalam liputan hubungan sipil-militer. Patut diduga bahwa terminologi hubungan sipil-militer, lebih lebih kontrol sipil atas militer ataupun supremasi sipil, masih dirasakan sebagian  populasi militer di negeri ini sebagai suatu hal yang alergik. Padahal fenomena seperti ini adalah biasa bagi suatu negeri yang baru saja memasuki tahap konsolidasi demokrasi.Huntingtonmalah menyebut-nyebut sebagai tahapan demokratisasi militer khususnya di negeri  yang sedang atau berkembang. Bagi negeri yang maju sekalipun fenomena ini tetap ada, masalahnya dua kubu ini berpredikat sama-sama instrumen kekuatan nasional, berbeda perilakunya namun bersama-sama kognitif memikirkan isu keamanan nasional. Tanpa menyadari bahwa isu ini adalah suatu yang alami, malahan sebaliknya dijadikan suatu yang menakutkan (paranoid) dengan menegasikan melalui pernyataan dikotomi sipil-militer.

Bahasan tentang Sishanrata. Patut dicermati bahwa Sishanrata perlu diterima hanya sebagai salah satu alternatif terakhir atau terburuk untuk bertahan total. Dalam pemodelan sistem pertahanan nasional, maka dapat digambarkan sebagai berikut:

 

Penjelasan singkat, axis ancaman haruslah diketahui. Faktor axis ancaman yang diketahui merupakan parameter basis model ini. Konsep pertahanan mendalam atau berlapis adalah gambaran utuh model tersebut. Masalahnya tergantung kapabilitas RI mau memilih untuk berkelahi didaerah terjauh (forward defense), dan atau dekat (closed) dan atau di-point defense.Pilihan terakhir inilah yang disebut-sebut sebagai sishanrata.

Sementara dapat disimpulkan konsep atau pola operasi ini (sishanrata), sebenarnya merupakan salah satu pilihan sudah membudaya bagi bangsa kita—sebagai pola sishankamrata. Pertanyaan besarnya pernahkah ditetapkan resmi oleh Dephan, strategi pertahanan nasional RI seperti apa dan pilihan strateginya seperti apa?

Kalau bisa berkelahi di luar sanadan kalau benar-benar kapabel kenapa mesti menetapkan untuk bertahan total terlebih dahulu. Bertahan total merupakan pilihan yang sangat mahal untuk berkelahi di kandang sendiri. Budaya ini tidak mendidik bangsa untuk berani dan agresif menghadapi lingkungan strategik yang rentan. Bahasan tentang integrated armed forces, merupakan suatu jawaban yang tepat. Joint pattern atau integrated merupakan suatu isu pelatihan dan pendidikan utama bagi negara maju, bahkan pasukan   khususnya   pun  digabungkan  dalam  suatu  tim  operasi gabungan. Bahkan memanfaatkan elit sipil dalam renkam maupun renkon satu operasi gabungan pun sudah dilakukan dalam rangka Joint civil-affairs, joint civil-military operation dan joint military operations. Konsep kerjasama ini sudah dilakukan oleh mereka dan didefinisikan sebagai Meta-Joint (Metagabungan), bukan lagi gabungan antar angkatan (atau Joint opt).

ALKI sebagai basis pembagian kompartemen, cukup logis sebagai kriteria untuk pembagian komando paduan, dengan asumsi bahwa salah dua atau lebih Komando paduan akan menderita beban yang besar dengan axis ancaman yang terdekat. Ancaman simetrik yang disebut-sebut pembicara berasal dari Asia Selatan, meski India belakangan ini cukup agresif dengan pameran benderanya, manuvra bersama Malaysia bahkan bergerak ke China, namun masih belum menunjukkan ambisinya untuk dijadikan anacaman. Kalaupun betul, akan muncul banyak literatur yang frekuensinya meningkat sebagai topik hangat, bandingkan dengan literatur analisis pertahanan atau intelijen—China jauh lebih banyak dibahas sebagai subyek. Triparti negara seperti Jepang, India dan China muncul sebagai aktor ambisius untuk menjadi “peer competitor” AS , diregional Asia Timur,dan Asia selatan.

Bahasan tentang kelangkaan Jakum dan Jak anggaran Dephan cukup logis. Dalam bahasan politik pemikir dengan latar belakang sosial atau politik, definisi kebijakan lebih disukai dan sering digunakan. Non social atau non politik lebih suka menggunakan definisi Strategi,dengan urut-urutan Obyektif – Strategi – Policy –Program. Patut diprihatinkan bahwa paradigma manajemen strategi/nasional masih belum menjadi basis pengetahuan bagi elit sipil bahkan elit militerpun tidak semuanya memilikinya. Postur adalah atribut atau outcome hasil analisis capabilities-based planning. Pendekatan ini lebih modern, rasional dan lebih tidak berisiko dibandingkan threat-based planning, namun tetap sama-sama menggunakan kaidah akuntabilitas (portofolio management).

Bagaimana pembicara pada seminar di Mako Kormar bisa merasionalisasikan postur kekuatan tanpa membayangkan apa muatan kepentingan nasional, apa strategi pertahanan nasional, apa strategi militer nasional, apa kebijakan masing angkatan dan program-programnya. Bahkan Dephan, TNI atau Angkatapun sampai sekarang tidak bisa menganalisisnya, mengingat tetapan dari yang lebih atas belum ada yang tentunya  sudah harus disetujui DPR-RI.

Gelar pertahanan, belum dijelaskan dasar rasionalisasinya. Berhitung sederhana, bila ancaman simetrik sementara belum ada ( most likely no symmetric’s threat), maka focus area “panas/hangat” boleh disebut sebagai focus strategi militer nasional/strategi TNI adalah 4 SSC (small scale conflict) atau boleh saja disebut MSC (medium scale conflict) adalah 3 atau 4 titik seperti NAD,Maluku, Irja, dan Poso. Alasan ini sangat masuk akal mengingat ancaman asimetrik dan skala konflik rendah s/d menengah melekat dalam perusuh di keempat daerah tersebut. Sederhananya kalau ancaman simetrik belum atau sepertinya (most likely) belum muncul, prioritaskan ke ancaman skala rendah—LIC, dan lain-lain dan atau asimetrik.

Jelas kenyataan ini akan dihadapi dan kenyataannya  sudah 2 atau 3 tahun TNI berkeringat di MSC atau SSC ini, kenapa kurun jangka pendek tersebut tidak dijadikan konsepsi yang terstruktur sebagai muatan strategi militer nasional yang akan dijadikan panduan kebijakan masing-masing Angkatan untuk membangun dan menyiapkan kekuatan.

Rasionalisasi ini juga akan mempengaruhi gelar marinir.Definisi forward deployment mungkin pantas bagi USMC (yang bergerak jauh dari pangkalan tetapnya), namun tidak bagi Marinir. Apapun juga gelar pasukan akan sangat tergantung apa strategi militer nasionalnya/strategi TNI. Cukup logis untuk meningkatkan kapabilitas Marinir menjadi semacam Marine’s SOC (SOC—Special Operation Capable,seperti USMC) untuk segera didaratkan di tempat jauh di salah satu MSC(major scale conflict) dan  bertempur masuk ke dalam (urban Operations) secara mandiri, mungkin ini salah satu alasan untuk tidak dicurigai TNI (persaingan antara Kopassus dengan Marinir pasti akan muncul).Dua atau tiga skenario gelar, cukup masuk akal, namun tetapan atau kebijakan yang diturunkan dari Mabes TNI dan Dephan yang masih langka tersebut akan membuat sulitnya merasionalisasikan konsep gelar. Seandainya strategi Pertahanan nasional berikut strategi militer nasionalnya sudah tercipta dengan focus pada 4 MSC, akan sangat sangat mudah sekali menurunkan konsepsi gelar Pasmar mendatang.

Perumusan employment dan deployment masih kurang tepat. Adaperbedaan yang mendasar antara keduanya. Deploi adalah suatu manuvra kekuatan tempur dalam area operasional,sedangkan emploi adalah penggunaan taktik, operasi, seni operasi dan strategis bagi suatu gugus atau satuan tempur.

4. Saran

Mohon tetapan dari atas sebagai dokumen petunjuk strategis yang selama ini belum ada, mohon disegerakan untuk dibangun. Beberapa muatan yang “cukup membingungkan” seperti definisi yang belum ditata dalam kamus pertahanan nasional, misal ada pertahanan nasional, ada pertahanan negara, ada yang menyebut pertahanan dan keamanan nasional, atau pertahanan dan keamanan negara, mana  definisi  yang  paling  benar  dan  masih  banyak juga lainnya….perlu ditampung dalam kamus umum pertahanan nasional. Sebagai catatan belum pernah dijumpai definisi tentang masalah strategis, tanpa embel kata nasional. Semua menerima bahwa yang dipertahankan bukan sekedar asset fisik saja (Negara) namun juga sitem nilainyaà fisik + sistem nilai = nasional.

4. Penutup

Demikian kajian ini dibuat untuk digunakan sebagai masukan.

_____________________
Catatan kaki:
1. Keynote Addresss” oleh Samuel P Huntington (pakar hubungan sipil-militer), Conference of The National Endowment for Democracy,Washington,March 13-14,tahun 1995,menyatakan bahwa ….civil-military relations in the industrial democracies have been characterized by [1] a high degree of military professionalism,[2] an effective military subordination to civilian leaders ,[3] recognition by civilian leadership of the military’s role and competence,and [4] minimization of the political role of the military.
2. “Civil Supremacy Paradigm” , statement yang ditulis pengajar Fisipol Gama dan UI,hasil kerja Pokja  tentang”Restructuring Civil-Military Relation”, di Fak Ilmu Sosial/Politik,UI,Jakarta yang diajukan ke MPR ,tahun 1999,sebagai bahan pertimbangan. —————“Soldiers of the State:An Alternative View Of Civil-Military Relations in America Today”,Richard D Hooker,PhD,USAmry,Research Project,National War College,National Defense University,2003,halaman 2 ……… civil-military relation in America  today are  unquestionably marked by friction Not between military and society,but between civilian and military elites, dst ……. ? two principles , first….dst,second….dst. ———–“Civil-Military Relation in Indonesia : Reformasi and Beyond”, Naval Postgraduate School,Monterey,Calif, Center for Civil-Military Relations, OP # 4, Dr Marry P Callahan,……comparative insight,halaman 7. ————–“Command in the 21st Century : An Introduction To Civil-Military Relation”, Thesis Naval Postgraduate School, MS in System Technology, June 1998, Cpt Edward R Taylor, USMC, halaman  3,……bahwa hubungan sipil-militer merupakan aspek penting dalam keamanan nasional. Menceritakan bahwa hubungan sipil-militer menjamin kelembagaan penting dalam tingkat strategi Keamanan Nasional  atau Kebijakan Keamanan nasional,dst,singkatnya ada dua daya yang bisa dilakukan kekuatan militer untuk menjamin kelembagaan tsb,pertama : imperatif fungsional dan kedua : imperatif social. ————-“A Civil-Military Crisis? A Tocqueville’s Theory Of Civil-Military Relation”,National War College,National Defense University,LtCol Martin Neubauer,USAF,14 December 1998,halaman 9,…….Tocquiville sendiri meragukan bahwa alami/sifat-sifat mendasar demokrasi itu sendiri telah menciptakan instabilitas yang terkandung didalamnya  dikaitkan dengan isu hubungan sipil-militer.————”Civil-Military Relations and  Strategy : Theory and Evidence“,Ph D Dissertation in Political Science,Ohio State University,tahun 2001 , Jon A Kimminau,LtCol USAF, ,….berpendapat bahwa akan tetap ada isu seperti ini mengingat peran,strategy dan perilaku yang sangat berbeda—bagaimana kalau mengharmonisasikan hubungan kedua kubu ini?…..bahkan dinegara majupun tetap muncul isu seperti ini.Disimpulkan dari disertasi ini ,bagaimanapun juga tetap akan muncul isu seperti ini,apalagi kalau sudah menyentuh wilayah keamanan nasional,militer jauh  lebih peka dan radikal, lebih lebih memandang wilayah keamanan nasional dalam kelembagaan strategik,dibandingkan rekannya dari elit sipil.dan yang penting bagaimana membuat keseimbangan kedua kubu ini. àsebut saja upaya  harmonisasi hubungan sipil-militer,kenapa tidak ?—————-“Understanding the Dynamics Of Civil-Military Relation Gap”,US Army War College,Strategic Research Project,LtCol Steven D Volkman,USAF,April 2001,abstract……..civil-military gap that exist today has the potential to weaken US National Security Strategy. —————-“Civil-Military Relations : Has The Balance Been Lost?”,US Army War College,Strategic Research Project, 31 March 2003,oleh LtCol Christopher R Philbrick,USArmy,  halaman 1. ….. US Military has a long tradition of unquestioned acceptance of the supremacy of civilian control  over the military.Military professional are tought  from the early ages to respect civilian leadership decisions as final, dst.
3. Tradisional ada 3 instrumen kekuatan nasional yakni PEM (politik,ekonomi dan militer nasional),,sekarang dikembangkan menjadi 4 yakni DIME (diplomatic,informasional,militer dan ekonomi nasional). Semua instrument kekuatan nasional tersebut akan bekerjasama merancang bangun muatan manajemen nasional/strategic pada awal pemerintahan baru untuk diajukan ke DPR-RI.
4.Urut-urutan itu juga menggambarkan kapabilitas Militer suatu Negara.Negara yang super tentu saja akan memilih yang terjauh dari wilayahnya dengan armada “birunya”,pilihan  mendekat lagi menjadi armada “hijaunya” dan  terakhir  pilihan menjadi armada “coklatnya”. Pertahanan mendalam hanyalah suatu model pilihan pola operasional,bukan suatu model sishanrata. xx.Periksa suplemen tentang China sebagai Naga yang berenang,Budiman Djoko Said.(terlampir) juga periksa:———“Is the Rise of China : A Security Threat?”,Bertrand ATEBA,PhD,halaman 9, ….disebutkan bahwa Huntignton pernah menyatakan bahwa salah satu cara melawan kekuatan Barat, al. dengan tetap menjaga atau mempertahankan agarChina menjadi kekuatan militer yang besar.
5. Mulai dari tingnas s/d keamanan nasional dan konflik skala rendah sama-sama merancang bangun antara elit sipil dan militer.Setiap pendidikan senior Militer dinegara maju selalu memiliki petunjuk bagaimana menyusun petunjuk strategi/nasional mulai dari Fundamental national’s goal—National interest—National security strategy—Strategy DIME–Policy—dan Program-program.Periksa Fundamental Force Planning vol 1, dan 2, US Naval War College Press, dan “Guide for National Interest for US Army “,US Army War College ,Carlisle  Barrack,Pa,USA.
6.NATO dan US membangun kekuatan dan menyiapkan kekuatan dengan strategi militer nasional yang diderivasikan dari strategi pertahanan nasional dengan standar 2 MTW/ major theatre war (pra perang dingin—daratan Eropah dan Pasifik,usai Perang dingin menjadi hanya 2 MSC yakni Irak dan semenanjung Korea).Tapi posisi geographiknya jelas,skala ancaman juga jelas.Bandingkan dengan dokumen strategic TNI yang selalu menyebut dengan 2 atau 3 titik masalah (trouble spot)tetapi tidak pernah dijelaskan yang mana posisi geographiknya.Kejelasan posisi akan memperjelas apa yang harus  di-shape kan, di-preparekan for tomorrow dan di-respondkan.Dilapangan tuntutan kejelasan posisi akan signifikan mempengaruhi COA(Course of action/atau CaraBertindak) dan penilaian intelijen tempur serta dukungan logistiknya.
7.Penjelasan tentang Marine SOC, pernah dilaporkan ke KASAL dengan judul Pasukan khusus Laut.Juga periksa :——–”Should the US Marine Corps Expand its Role In Special Operations?”,Paper Strategic Research Project,US Army War College, oleh LtCol Mark A Clark, USMC,2003,halaman 4-6. ——-“An Analysis of 21  Missions of The Marine Expedionary Unit (MEU) as SOC(special Operations Capable)”,Thesis MMAS ,US Army War College, Maj Lawrence   D Nicholson,USMC,1994,halaman 61. ——-“The Theory Of Special Operations”,ThesisNPS,MA in National Security Affairs,Cdr Williams H McRaven,USN,1993,halaman 4.
8.JP 1-02,” Department of The Defense,Dictionary of Military And Associated Terms ”,12 April 2001,yang diamandemen s/d 5 September 2003,halaman 153 dan 181.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Share via
Copy link
Powered by Social Snap