PEPERANGAN (Pep) HIBRID [1]–
MELIPUT SEBAGIAN BESAR OMSP [2]?
Oleh: Budiman Djoko Said
Following Russia’s annexation of Crimea, hybrid warfare has become conversational short form in the West for describing Moscow’s sneaky ways of fighting war.
(Michael Kofman, Russian Hybrid Warfare and Other Dark Arts)
…hybrid warfare. “Little green men[3]”, highly disiciplined troops in uniforms without insigna who were later confirmed to be Russian soldiers, appeared in Sevastopol, Simferopol, and other Crimean cities.
(Kevin.T Thomas, Analyzing the Rationales Behind Russia’s Intervention in Ukraine)[4]
Although hybrid threats isstillan emerging concepts, the possibilities in cyberwarfare nanotechnology and biohacking are discussed. Itis possible that the concept of hybrid threats will cause a reexamination of the whole concept of war.
(Hakan Gunneriusson, Nothingistaken serious, until it get serious: countering hybrid threats)
Pendahuluan
Pep[5]hibrid, adalah isu sekuriti yang dihadapi militer AS mendatang bahkan negara lainnya[6]. Kata hibrid (hybrid) bisa diartikan campuran, senyawa, bukanlah barang baru, namun riset pep ini selalu berakhir dengan kesimpulan – pep hibrid adalah sinkronisasi berbagai cara menuju suatu keinginan yang diharapkan, dan sanggup meminimalkan risiko dibandingkan konflik militer terbuka. Menariknya pep ini kurang didukung kerangka teori yang memadai, dan sulit dibedakan dengan tipikal pep lain. Tanpa kejelasan kerangka teori maka apa bedanya dengan pep asimetrik, tidak beraturan (irregular), bahkan komponen pep inkonvensional. Teori akan memfasilitasi pengertian pep ini agar bisa digunakan dalam porsi yang tepat dan tidak mengaburkan artinya. Pephibrid menimbulkan jurang antara konsep kontemporer, pengertian dasar strategi, berbagai pep dan kekuatan aktor. Penggunaan arti pep ini kadang tidak tepat, tidak jelas dan menyempit dalam pep tidak beraturan (irregular warfare), konvensional, pep generasi ke-5, terorisme, organisasi kriminal, pep gerilya, pep tanpa bentuk (?)[7], pep proksi[8], kampanye informasi bahkan pep ciber[9]. Bagi masyarakat sipil ancaman ini bisa diartikan mulai bentuk kekerasan, premanisme, ketidaknyamanan (human insecurity) sampai dengan katastropik (bencana dahsyat). Hoffman, spesialis perang tidak beraturan mendefinisikan pep hibrid sebagai:…a tailored mix of conventional weapons, irregular tactics, terrorism, and criminal behavior in the same time and battlespace to obtain [a group’s] political objectives [10].
Pelakunya,mungkin menyembunyikan agenda dan konflik terbuka dengan aktor negara kuat.Isu ini banyak dialamatkan ke Russiamengingat literatur cenderung menyebut pep ini adalah buah inovasi Russia dan menjadi keprihatinan berlanjut (dan diperbaharui konsepnya oleh Barat)[11]. Timur tengah disebut juga sebagai medan pep hibrid. Pep ini bisa terjadi diluar teritori aktor induk semang (surrogate atau sponsor), artinya aktor yang terlibat sebenarnya tidak berada riil dalam area pelibatan(proxy-warfare?)[12].Ketidakjelasan atribut ancaman (pep hibrid)[13] dan bagaimana menanganinya, sebelum muncul kepermukaan-semakin dikaburkan literatur yang sebatas mencermati “apa” dan “siapa” mereka itu, di-masa lampau maupun sekarang.Bukan hanya konflik darat; perselisihan maritim, ruang udara (air space), dan kelangkaan sumber dayamenjadi bagian pep hibrid.
(Baca lebih jauh: Quaterdeck Juni 2016)