1. Pendahuluan
Belum tertata dan terdefinisinya strategi pertahanan dan subordinasinya seperti strategi militer nasional, diikuti sub-strategi darat, laut dan dirgantara (atau boleh disebut Kebijakan Angkatan) serta belum terstrukturnya ancaman nasional oleh pemerintah, tidak perlu menyebabkan setiap Angkatan akan berdiam diri untuk merencanakan pembangunan dan penggunaan kekuatan. Bisa saja dibangun model sub-strategi maritime hedging kepada “event uncertainty”.
Pernyataan KASAL di Surabaya tentang perlunya peningkatan kelas Lanal di area “panas” menjadi kelas B, sangatlah pantas dan strategik dan seharusnya menggelitik petinggi TNI lainnya dan Menteri Pertahanan.
2. Diskusi
Dua model yang bisa dibangun.Pertama,mengacu model yang sudah dikembangkan NATO dan US ,yakni tiga cabang muatan strategi militer nasional seperti Shaping (penajaman), Respons (jawaban kesiagaan) dan Prepare for tomorrow. Shaping akan menjawab kapabilitas apa yang akan dikembangkan menghadapi area “hot” (bisa SSC/Small Scale Conflict, kalau tidak ada ancaman simetrik,atau ada ancaman interstate/LIC). Kapabilitas lainnya adalah dukungan logistik nyata, konkrit dan kuat, seperti pemekaran Lanal-lanal diselaraskan dengan area “hot”.
Reponse akan menjawab focus area “hot” atau area konflik yang sudah ditetapkan sebagai aim strategi militer nasional (strategi TNI). TNI atau Angkatan laut bisa saja mendahului menganggap bahwa ketiga area seperti NAD, Maluku, Poso dan Irja merupakan 4 SSC yang menjadi fokus kekuatan yang akan dideploi. Plus minus daerah perbatasan yang sering dimainkanMalaysia atau Singapura.
Prepare for tomorrow akan menjawab struktur satuan tempur mematikan (Joint strategic decisive forces) apa yang akan disiapkan. Bisa saja berbentuk GT Patroli dan satu unit kecil/besar pasukan khusus Angkatan laut (mengingat COG/center of gravity insurjensi ada di pedalaman/urban). Kedua, dengan model yang dikembangkan Rand Corpt, seperti diagram di bawah ini :
Adopsi model kedua ini, akan memberikan jawaban yang relatif sama dengan model pertama. Perbedaannya dengan model no-surprise ini akan memberikan analisis yang lebih dalam dan sangat peka terhadap perubahan lingkungan strategik.Masalah branches dan shocks bisa diadopsi dari contoh NATO maupun AS. Branches misalnya:Malaysia tiba-tiba menolak untuk melanjutkan operasi pengamanan bersama di Selat Malaka, analog Singapura dll. Sedangkan shocks bisa saja NAD kembali menghangat, Poso dan Irja idem dan lain-lain.
Kelebihan model kedua ini akan memberikan analisis yang dalam, tanpa membiarkan ada kesalahan observasi dan memberikan semangat untuk lebih serius memperhatikan deploi kekuatan yang sangat diperlukan dan kapabel memberikan respon yang berdampak besar baik terhadap publik domestik maupun regional yaitu demonstrasi orkestra intrumen kekuatan militer nasional akan lebih konkrit dan kokoh. Kunci model kedua adalah imaginasi dan pengembangan ide yang realistik berdasarkan naval intelligence assesment yang diklasifikasikan “optimistik” akan terjadi(muncul).
3. Penutup
Demikian kajian ini dibuat untuk digunakan sebagai masukan atau bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah berkaitan dengan pembangunan kekuatan Angkatan Laut di masa depan.
1. Kosa kata Maritim perlu dibudayakan, mengingat persepsi Maritim jauh lebih strategik bahkan dibandingkan definisi kelautan sendiri.
2.Contoh Branches (bagi US,NATO): Korea Unification, China military build-up &threatening neighbour, NATO expansion, Defense Budgeting, Proliferation’s fail, etc. Contoh Shocks (bagi US dan NATO): Japan”goes” independent, New Arab Israel wars, Hongkong exploded, Revolution in Saudi Arabia,etc.