Penangkalan meluas (extended) menjadi preemptive, preventive, anticipatory attacks atau first strike ?

Penangkalan meluas (extended)menjadi preemptive, preventive, anticipatory attacks atau first strike  ?

   _____________________________________________________________________________________________________________

The concept of deterrence has been somewhat neglected in the nearly two decades since the end of the Cold War, particularly after the attacks of September 11,2001.

Austing Long, RAND, 2006, Deterrence—From the Cold War to Long War : Lessons from Six Decades of RAND Research

 _____________________________________________________________________________________________________________

Oleh : Budiman Djoko Said

Latar belakang

Konsep yang sangat sederhana  tentang penangkalan [1] (deterrence) seperti membuat suatu tindakan atau manuvra unjuk kebolehan kekuatan militer sedemikian rupa, sehingga lawan atau bakal lawan akan berfikir  dua atau tiga kali untuk menyerang. Memahami (meski) konsep yang sangat sederhana dan dangkal ini bisa saja membuat seseorang dengan mudah dan latah mengatakan bahwa pembelian atau (bahkan) penambahan alut sista (meski tidak signifikan) cukup beralasan untuk mengembar-gemborkan “outcome” akuisisi tersebut telah memberikan dampak penangkalan yang cukup besar—semudah itukah prakteknya dilapangan , ditujukan kepada siapa dan elit siapa/mana yang sebenarnya pantas memberikan komentar atau pernyataan tentang penangkalan [2] ?

Pernyataan tersebut mendesignasi negara sudah (dalam pengertian keamanan nasional) berada diluar kondisi damai dan memasuki derajad ke-empat (sekurang-kurangnya)  keamanan nasional. Berangkat dari situasi ini , elit atau pejabat Dewan Keamanan Nasional yang diijinkan berkomentar tentang kondisi keamanan nasional. Tidak sesederhana itu bukan ? Penangkalan awalnya adalah konsep strategik militer dibarengi demonstrasi sista nuklir antar dua kutub yang saling bermusuhan dan populer di-era perang dingin—penangkalan sebagai konsep yang dilakukan bertingkat dan terencana , periksa gambar dibawah ini.

escalation

Referensi: Google images, tgl 22 Oktober, 0723. Penangkalan adalah suatu seri perencanaan (panah keatas) , berawal dari kondisi masih bisa bekerjasama (co-opt), berkembang memburuk keatas.

Penangkalan bisa dikategorikan sebagai olah-main (game) percaturan politik internasional (diplomasi) dibarengi jasa kekuatan militer. Penangkalan bukan dominasi instrumen militer (bisa dengan instrumen kekuatan lainnya), namun awal penangkalan [3]lebih effektif didemonstrasikan oleh kekuatan militer.  Penangkalan sekarang barangkali lebih diujudkan untuk menekan aktor/non aktor yang berseberangan dengan ancaman penalti atau sanksi dalam berbagai bentuk [4]. Kissinger mengidentifikasi tiga (3) komponen penangkalan sebagai berikut; “  Penangkalan  memerlukan kombinasi kekuatan (instrumen kekuatan nasional), kemauan untuk menggunakannya, dan penilaian semua ini oleh yang ditangkal “. Penangkalan adalah produk ketiganya, bukan penjumlahannya. Satu komponen tidak hadir atau nol [5] , maka produk penangkalan tersebut akan nol atau tidak ada sama sekali. Penangkalan adalah isu serius dan berbahaya. Bila penangkal membuat pernyataan yang sepertinya mengancam (dan menyerang) dan dianggap serius oleh negara obyek kemudian dilakukan serangan pertama dan serangan balas masif yang bisa jadi tidak pernah terbayangkan oleh aktor penangkal…leaders of the state planning to attacks must decide to desist primarily because of the retaliatory  threat (s) of the opponent [6]. Bagaimana bila penangkalan gagal, legalkah dilakukan tindakan nyata yang bisa jadi lebih keras dibandingkan penangkalan—dengan serangan pre-emptive, preventive atau anticipatory attacks [7]. Ilustrasi penangkalan, periksa gambar bawah ini dan diskusi pendalaman konsep penangkalan barangkali akan semakin menarik dilakukan di Lembaga pendidikan sipil dan militer  [8] .

preemptive

Referensi : Deterrence Cartoon Images, mesin pencari Google tanggal 12 Juni 2014, jam 15.35.  Perhatikan yang menembakkan pistolnya justru si “penangkal” (deterree—yang merasa terancam…duluan?) yang mengancam aktor sasaran (deterred) dengan menggunakan senjatanya. DeterrencePreemptive Attacks— Preventive Attacks  atau First Strike -kah  gambar tersebut ?

 

Inferensial penangkalan dan konsekuensi-nya

Apakah ekspektasi penangkalan (strategi) hanyalah sekedar “dampak” saja sebagaimana yang selalu digembar-gemborkan. Sesederhana itukah, dan apa sebenarnya obyektif atau yang dikejar (pursue) pemerintah tentang isu ini [9] ? Bermodalkan isyarat membangun kekuatan modern atau penambahan akuisisi alut sista negara “a”, benarkah negara “x”, ”y”,”z”, merasakan dampaknya dan bereaksi (bisa saja) dalam suatu opsi mulai ajakan damai atau menentang kalau kapabilitas kekuatan militer yang dimilikinya unggul atau “cost-effectiveness”nya lebih besar yang akan didapat? Benarkah mithos penangkalan milik properti militer saja [10]? Bisakah instrumen kekuatan nasional lainnya bergabung sebagai perangkat penangkalan nasional dalam kekuatan “lunak”? Kalau itu semua benar lantas siapa “controller” yang sanggup (able) mengemas dalam agenda yang masif, terorkestra dan sangat effektif dalam aksi gabungan yang disebut strategi keamanan nasional melalui opsi penangkalan luwes (atau FDO) [11]dan berkooperasi dengan sesama instrumen kekuatan nasional lainnya menggelar pelaksanaan strategi penangkalan ?

Apa yang dikejar (pursue) pemerintah dengan kegiatan penangkalan—perlu kejelasan dan ketegasan tentang obyektif strategik pemerintah melaksanakan penangkalan ? Bila negara komit melakukan penangkalan (sebagai aktor penangkal/deterrer) maka semua instrumen kekuatan nasional harus siap dengan konsekuensi biaya (cost of war) menghadapi benturan lebih lanjut apabila terjadi ekskalasi krisis, konflik bahkan mendekat jurang peperangan. Jantung isu penangkalan adalah “kecemasan menghadapi” atau “menjauh dari sesuatu yang menakutkan”. Kalau basis ide penangkalan adalah “kecemasan”, pernyataan siapapun tentang “dampak” penangkalan (mengancam) sama saja mengisyaratkan bahwa negaranya terancam dan balik mengancam  si”pengancam”. Isyarat kecemasan tanpa pernyataan “cemas” dapat dicontohkan Korut  [12] beberapa waktu lalu, dengan percobaan sista rudal jarak jauhnya—sebagai demo kesiapannya menghadapi perang ? Merasakan terancam AS (atau plus Jepang, Korsel, pen) atau bisa jadi mereka menyadari beberapa objektif politik dan ekonomi (obyektif kepentingan nasional) mereka terganggu dan mengimbanginya [13] dengan demo kekuatan nuklirnya ?

Penangkalan sebagai aksi di-dunia nyata berada dalam ruang strategi raya dan ruang keputusan nasional dan sebagai strategi nasional sepatutnya dipahami benar-benar oleh seluruh elit nasional baik sipil maupun militer—tidak semudah itu untuk membuat pernyataan tentang (“dampak”) penangkalan. Kebanyakan teori (penangkalan) tentang konflik internasional yang diekplor dan diimplementasikan sekarang ini berasal dari formula atau reformulasi kontek perlombaan sista nuklir dalam perang dingin lalu. Maksud dilakukan penangkalan secara garis besar adalah mempengaruhi keputusan pihak militer (atau aktor) diseberang sana. Penangkalan bisa diartikan juga sebagai keputusan yang rasional untuk menahan diri terhadap serangan pertama yang disertai keragu-raguan akan terjadinya serangan balas massal.

further reading click here: QD Juli 2015


[1] Beberapa literatur membahas penangkalan dalam aspek hukuman atau kriminalitas , periksa Robert Keel, rok@umsl.edu, URL: http://www.umsl.edu/~keelr/200/ratchoc.html, lecture Sosiology – 200, The Evolution of Classical Theory : Rational Choice, Deterrence Incapacitation and Just Desert. Periksa juga konsep teori penangkalan terhadap kriminalisme oleh pemikir penangkalan klasik seperti Thomas Hobbes, Cesare Beccaria, dan Jeremy Bentham.

[2] Pernyataan tanpa tindakan apa apa dan tidak berkelanjutan dianggap aktor negara lain hanyalah gertak sambal saja (bluffing), apalagi diucapkan sembarang orang … atau dianggap angin lalu saja.

[3] Periksa gambar padatahap “ deter by threat”  effektif menggunakan demonstrasi kekuatan militer.

[4] Lowther,Adam,B, Editor, Deterrence; Rising Powers, Rouge Regimes, and Terrorism in the Twenty-First Century, (Palgrave,2012, Bab 4 — Is Nuclear Deterrence Still Relevant ?, oleh Colby,Elbridge), hal 52…..bisa saja guna melindungi versus sistem pasar yang begitu kokoh dan sempurnanya dan guna memperoleh keunggulan relatif terhadap pesaingnya .

[5] Sr Col Xu Weidi, Research Fellow, AFRL, Embracing the Moon in the Sky or Fishing the Moon in the Water ? Some Toughts on Military Deterrence : Its Effectiveness and Limitations “, (Air &Space Power Journal, ISS,NDU,PLA/Army, July-August 2002), hal 5. Ucapan Henry Kissinger dalam bukunya ditahun 1957, dengan judul Nuclear Weapons and Foreign Policy ; menunjukkan bahwa konsep penangkalan adalah orkestra , bukan dominasi militer atau dominasi diplomatik atau dominasi instrumen kekuatan nasional lainnya.

[6] Morgan, Patrick.M, Deterrence; A Conceptual Anaysis, (SAGE Pub, 1977) , hal 37.

[7] Mueller,Karl.P, et-all (5 persons), Striking First ; Preemptive and Preventive Attack in U.S. National Security Policy,(RAND CORPT,2006,Summary), hal xi…..setelah kejadian 9/11, AS memperbaiki strategi keamanan nasionalnya … Presiden Bush and administration officials announced that under some circumstances in the future the US would strike enemies before they attacks , becouse deterrence and defense provide insufficient protection against threats from fanatical terrorists or reckless rouge states armed with WMD. Dari sini nampak jelas, kedua terminologi tersebut berada diluar konsep penangkalan.

[8] Ford,Peter.S, Maj USAF, Israel’s Attacks on Osiraq : A Model for Future Preventive Strikes ? , (USAF Institute for National Security Studies/INSS ,USAF Academy, Colorado , OP # 59, 2005), Executive Summary .

[9] Dampak seperti apa atau seperti apa kejelasan definisi dampak dalam kampanye militer atau strategi penangkalan ? Periksa Olszewski, Ryszard, Course 5605, US Military Strategy and Joint Opt, Washington,April, 2007,  “Deterrence in the National Security of a Middle-Sized Country”, hal 2. ..The word “deterrence” is derived from the Latin de + terrere and literally means “to frighten from” or “to frighten away.” … Thus, threat and fear are central to the original meaning of deterrence. Penangkalan adalah milik aktor yang ditangkal (sasaran)…..deterrence is thus adversary , objective, and scenario specific…contohnya we must plan to deter X  from doing Y under Z  condition, periksa Weaver,Greg, Senior Adviser for Strategy & Plans, US StratCom J-5, dalam paper-nya; “Deterrence Analysis Needed”, slide # 3 . Asisten Menhan AS urusan strategi global, ny.Madelyn Creedon  dalam remarks on Deterrence di-Stimson Center, Washington, DC , September 17, 2003, menjelaskan deterrence sebagai berikut:.. ”the prevention of action by the existence of a credible threat of unacceptable counteraction and/or the belief that the cost of action outweighs the perceived benefits”.

[10] FDO (flexible deterrent options), periksa JP 1-05, Joint Opt Planning, tahun 2006, Appendix  A, … FDO adalah suatu penangkalan yang dilakukan bersama-sama semua instrumen kekuatan nasional secara terpadu, harmonik, dan teroskestra. Bukan dominasi kekuatan militer saja, namun semua  strategi instrumen kekuatan nasional beraksi dipimpin oleh WanKamNas (diketuai  Presiden atau wakilnya, sdgkan Kalakharnya adalah Menhan—jauh lebih effektif kepada sasaran yang ditangkal (deterree). Orientasi Kamnas adalah mengamankan tercapainya obyektif kepentingan nasional. Kepentingan nasional sendiri adalah kepentingan yang sangat berkaitan erat dengan kelangsungan hidup  bangsa  (vital extremely) , karena itu lakhar yang tepat adalah MenHan. Kam diluar ini (yang tidak beorientasi pada kepentingan nasional) didegradasikan kepada internal affairs, atau homeland security (kamdagri) ~ lebih effisien bukan menanganinya? Aparat KamNas adalah aktor aktor strategi (instrumen kekuatan nasional) nasional pendukung strategi keamanan nasional itu. Aktor KamNas berbeda jauh dengan aparat Kamdagri atau KamTibNas. Satunya  urusan keluar (isu menjamin kelansungan dan tercapainya obyektif kepentingan nasional dimata dunia internasional) , satunya lagi urusan kedalam (internal affairs atau homeland security).

[11] FDO (flexible deterrent options), operasi penangkalan  gabungan oleh  semua instrumen kekuatan nasional , periksa QD tentang penangkalan sebelum nomer ini.

[12] Terlalu sering menggmbar-gemborkan ancaman, bisa bisa dianggap “bluffing” saja.

[13] Murat,Yetgin, Maj Turkish Army, Strategic Interactions Between the US and North Korea: Deterrence or Security Dilemma? ”,(Thesis US NPS,Dec 2003,MA in Security Studies/Defense Decision-Making and Planning), halaman 2.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Share via
Copy link
Powered by Social Snap