1. Pendahuluan
Indonesia telah menandatangani perjanjian kerjasama pertahanan dengan Rusia pada November 2006 lalu, di mana salah satu cakupannya adalah pengadaan alutsista untuk Angkatan Laut berupa dua kapal selam kelas Kilo. Pengadaan kapal selam dari Rusia merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Kekuatan TNI AL 2005-2024 untuk mewujudkan kekuatan laut yang disegani di kawasan Asia Pasifik. Rencana pengadaan kapal selam dari Rusia secara kebetulan bersamaan waktunya dengan kecenderungan pembangunan kekuatan armada kapal selam di kawasan Asia Pasifik, khususnya Asia Tenggara. Naskah ini akan membahas tentang pembangunan kekuatan armada kapal selam di kawasan dan kemungkinan implikasinya bagi Indonesia.
2. Perkembangan Kawasan
Dalam Quadrennial Defense Review Report 2006 (QDR) yang diterbitkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat, diungkapkan rencana pergeseran kekuatan laut Amerika Serikat ke kawasan Asia Pasifik dalam beberapa tahun ke depan guna mendukung pelibatan, kehadiran dan penangkalan. Di antaranya rencana deployment enam kapal induk dan enam puluh persen dari kapal selamnya ke kawasan Asia Pasifik.
Sedangkan menurut Fleet Response Plan (FRP) dinyatakan bahwa pada saat kontinjensi, Angkatan Laut Amerika Serikat dalam waktu tiga belas hari dapat menyusun enam kapal induk dan tiga puluh atau empat puluh kapal kombatan atas air. Rencana pergeseran itu menandakan bahwa ancaman terhadap kepentingan nasional Amerika Serikat saat ini dan ke depan berada di kawasan Asia Pasifik dibandingkan kawasan Samudera Atlantik. Sehingga sebagian kekuatan laut Amerika Serikat digeser ke kawasan Asia Pasifik, termasuk di dalamnya armada kapal selam.
Menarik untuk mencermati rencana penggeseran enam puluh persen kapal selam Amerika Serikat ke kawasan Asia Pasifik dilaksanakan di tengah gencarnya pembangunan kemampuan peperangan bawah air oleh beberapa Angkatan Laut kawasan. Pembangunan kemampuan peperangan bawah air itu dapat dilihat dari gencarnya program pengadaan kapal selam oleh beberapa negara dalam beberapa tahun terakhir. Secara matematis, dari sekitar 250 kapal selam di kawasan Asia Pasifik, hanya 30 persen di antaranya yang dimiliki oleh negara sekutu Amerika Serikat.
Apabila ditelusuri, Angkatan Laut Amerika Serikat sempat mengalami beberapa kali perubahan strategi maritim yang berujung pada prioritas terhadap kapal selam. Pada awal 1990-an lahir doktrin From The Sea (FTS) beberapa saat setelah Perang Dingin dan kemudian direvisi menjadi Forward…from the Sea (FFTS), yang pemikiran pokoknya adalah power projection, presence and knowledge.
Dalam era doktrin FTS dan FFTS, terjadi pergeseran prioritas terhadap armada kapal selam Amerika Serikat yang ditandai dengan penutupan beberapa pangkalan kapal selam dan pengurangan jumlah kapal selam. Selanjutnya ketika doktrin kekuatan laut Amerika Serikat kembali berubah yang kemudian dikenal sebagai Sea Power 21, eksistensi armada kapal selam kembali mendapat perhatian serius dari para perencana pertahanan. Sea Power 21 menekankan pada tiga kemampuan yaitu Sea Strike, Sea Shield dan Sea Basing. Dengan konsep Sea Power 21, fokus utama operasi adalah littoral warfare, di mana kapal selam mempunyai peran krusial.
Untuk menunjang littoral warfare, sejak beberapa tahun lalu Amerika Serikat melakukan konversi terhadap empat kapal selam nuklir (SSGN) kelas Ohio untuk kepentingan meluncurkan pasukan SEAL. Untuk gelombang pertama, pada tahun 2006 telah diselesaikan konversi dua kapal selam dan telah kembali masuk dinas operasional, sementara dua kapal selam berikutnya akan selesai tahun 2007.
Di Asia Tenggara, pada periode 1960-1990, kecuali Indonesia, pembangunan kekuatan laut secara umum lebih difokuskan pada kekuatan unsur kapal atas air. Memasuki era 2000, terjadi perubahan fokus pengadaan armada kapal perang di Asia Tenggara, di mana Singapura dan Malaysia semakin menyadari pentingnya armada kapal selam. Untuk itu, Singapura yang sebelumnya gencar membangun kekuatan unsur kapal atas air, kini juga membangun kekuatan unsur kapal selam dengan kapal selam (SSK) kelas Challenger/Sjoormen dari Swedia. Keempat kapal selam kelas Sjoormen tersebut merupakan kapal selam bekas pakai yang telah dihapus dari daftar kekuatan AL Swedia, yang kemudian dimodernisasi dalam rangka penjualannya kepada AL Singapura.
Malaysia mengikuti langkah Singapura dengan mengakuisisi 2 kapal selam (SSK) kelas Scorpene dari Prancis dan 1 kapal selam (SSK) kelas Agosta 70 eks Prancis untuk kepentingan latihan. Menurut rencana, kapal selam kelas Scorpene akan diserahkan pada 2007, sementara kapal selam kelas Agosta 70 akan diserahkan pada 2006. Berbeda dengan kelas Scorpene, kapal selam kelas Agosta 70 merupakan kapal selam bekas yang digunakan sebagai kapal latih.
Di luar subkawasan Asia Tenggara, negara Asia Pasifik yang mengoperasikan kapal selam adalah India, Taiwan, Jepang, Cina dan Australia. India memiliki 4 kapal selam (SSK) kelas U-209/1500 buatan 1984-1992, 5 (SS) kelas Foxtrot buatan 1970-an dan 10 (SSK) kelas Kilo buatan 1986-2000. Tidak cukup dengan kapal selam konvensional, ada informasi yang belum dapat dikonfirmasi bahwa India juga berminat menyewa 2 kapal selam nuklir (SSN) kelas Akula II dari Rusia buatan 1986-1999. Selain itu, India dipastikan akan mengakuisisi beberapa kapal selam kelas Scorpene dari Prancis.
Taiwan yang menghadapi ancaman militer Cina mengoperasikan 2 kapal selam (SSK) kelas Hai Lung dan 2 (SS) kelas Guppy II. Kapal selam kelas Hai Lung merupakan kapal selam buatan Wilton Fijenoord, Belanda yang desain dasarnya adalah kapal selam kelas Zwaardis. Upaya Taiwan untuk memperkuat armada kapal selam selama 10 tahun terakhir mengalami hambatan karena tekanan politik Cina terhadap negara-negara Eropa produsen kapal selam agar tidak mengekspor kapal selamnya ke Taiwan. Sementara 2 kapal selam kelas Guppy II adalah kapal selam eks Amerika Serikat yang diluncurkan pada akhir Perang Dunia II, sehingga kemampuan operasionalnya sangat diragukan.
Jepang memiliki armada kapal selam cukup banyak, terdiri dari 6 kapal selam (SSK) kelas Oyashio buatan 1996-2001, 7 SSK kelas Harushio buatan 1989-1995 dan 9 SSK kelas Yuushio buatan 1980-1988. Sesuai dengan kebijakan politiknya, kekuatan Pasukan Bela Diri Maritim Jepang kurang ditonjolkan namun sesungguhnya memiliki daya pukul (fire power) yang menghancurkan terhadap kekuatan laut lainnya di Asia Pasifik. Dengan doktrin mampu beroperasi sejauh 1.000 mil laut dari daratan Jepang untuk mengamankan SLOC, sudah pasti armada kapal selam Jepang mampu beroperasi sesuai dengan doktrin itu.
Cina tergolong pendatang baru di kawasan dalam urusan kapal selam, karena hingga tahun 1980-an pembangunan kekuatan militer negeri itu lebih difokuskan pada kekuatan darat. Armada kapal selam Cina terdiri dari 1 kapal selam (SSBN) kelas Xia buatan 1981, 1 SSB kelas Golf buatan 1966, 5 SSN kelas Han buatan 1970-1990, 3 SSG kelas Song buatan 1994-1999, 4 SSK kelas Kilo buatan 1980-1998, 19 SS Kelas Ming buatan 1971-1999, 1 SSG kelas Romeo/modifikasi, 31 SSG kelas Romeo dan 31 SSG kelas Romeo yang dicadangkan.
Saat ini Cina tengah mengembangkan kapal selam nuklir berpeluru kendali balistik (SSBN) kelas Jin dan kapal selam nuklir serang (SSN) kelas Shang dan baru saja mengoperasikan 8 kapal selam diesel elektrik kelas Kilo asal Rusia yang dipersenjatai dengan rudal jelajah supersonik anti kapal atas air SS-N-27 ASCM. Selain itu, Cina tengah memproduksi kapal selam diesel elektrik kelas Song yang mampu meluncurkan rudal jelajah dari bawah air.
Australia mengoperasikan 6 kapal selam (SSK) kelas Collins buatan 1990-2000. Kapal selam kelas Collins dibuat di galangan Australian Submarines Corp, Adelaide dan kini menjadi andalan Australia dalam peperangan bawah air menggantikan kelas Oberon. Meskipun hanya mengandalkan diri pada 6 kapal selam kelas Collins, Australia kini menguasai perairan di Asia Tenggara dengan kapal selamnya. Untuk ke depan, Australia telah merencanakan untuk membangun kapal selam baru yang akan menggantikan kelas Collins yang dikirakan akan mulai berdinas pada 2020.
Untuk mendukung kemampuan peperangan kapal selam Australia, Amerika Serikat telah melakukan transfer teknologi kepada Australia. Bentuknya adalah peningkatan kemampuan Sonar dan sistem kendali penembakan untuk enam kapal selam kelas Collins senila US$ 335 juta. Dengan transfer teknologi itu, Amerika merupakan satu-satunya negara di kawasan yang kemampuan peperangan kapal selamnya nomor dua setelah Amerika Serikat.
Di luar kekuatan-kekuatan kapal selam itu, hendaknya tidak dilupakan kekuatan kapal selam Amerika Serikat dan Rusia. Kedua negara juga merupakan warga Asia Pasifik, bahkan keduanya memiliki Armada Pasifik yang masing-masing bermarkas di Hawaii dan Vladivostok. Bukan saja di masa lalu, sampai kini pun kekuatan kapal selam kedua negara masih saling intai dan mengukur kemampuan di perairan Asia Pasifik, seperti tercermin dalam kasus penyusupan perimeter pertahanan konvoi USS Abraham Lincoln Carrier Battle Group (CBG) oleh kapal selam Rusia Kursk (K-141) pada pertengahan 1990-an tanpa terdeteksi oleh kapal-kapal tabirnya.
Rusia meskipun mengalami kemunduran kekuatan militer di Asia Pasifik pasca Perang Dingin, namun terus mengembangkan teknologi kapal selam yang senyap. Kesenyapan adalah andalan utama kapal-kapal selam Rusia, yang menurut data kekuatan armada kapal selamnya terdiri dari sekitar 62 kapal selam dari berbagai jenis dan kelas. Kekuatan armada kapal selam Rusia tidak dapat dipandang sebelah mata oleh pihak lain.
Dari perkembangan lingkungan strategis di Asia Pasifik, terlihat bahwa dalam pembangunan kekuatan kapal selam ada beberapa hal yang patut dicermati.
Pertama, arti penting kapal selam. Sejak memasuki tahun 2000-an, negara-negara di kawasan kian memberikan perhatian penting terhadap peperangan kapal selam, salah satunya diwujudkan melalui pengadaan kapal selam. Kapal selam dengan kesenyapannya dapat menjadi senjata taktis dan strategis sekaligus mampu menciptakan efek penangkalan. Pengadaan kapal selam bukan saja dilakukan oleh negara-negara yang sudah lama mengoperasikan alutsista itu, tetapi juga oleh negara-negara yang sebelumnya tidak mengoperasikan kapal selam seperti Malaysia dan Singapura.
Khusus untuk kedua negara terakhir, ada kesamaan jejak dalam pembangunan kekuatan Angkatan Lautnya bahwa mereka melakukan akuisisi kapal selam setelah merasa kekuatan kapal atas airnya cukup memadai, baik dari kuantitas maupun kualitas. Pengadaan tersebut sudah pasti akan meningkatkan daya pukul AL mereka, selain meningkatnya radius operasi yang dapat menjangkau wilayah negara-negara lain di sekitarnya.
Kedua, penyebaran teknologi kapal selam. Memperhatikan pengadaan kapal selam di Asia Pasifik sejak 25 tahun terakhir, terjadi penyebaran empat teknologi kapal selam dari beberapa kekuatan dunia ke kawasan Asia Pasifik. Akibatnya tercipta konstelasi teknologi kapal selam sebagai berikut, yaitu (i) teknologi Amerika Serikat, (ii) teknologi Jerman, (iii) teknologi Prancis dan (iv) teknologi Rusia. Meskipun di kawasan ini juga terdapat kapal selam buatan Swedia, akan tetapi teknologi kapal selam Swedia dipasok oleh Jerman.
Penyebaran teknologi tersebut di kawasan Asia Pasifik cukup merisaukan Amerika Serikat sehingga memberikan perhatian besar pada pengembangan kemampuan peperangan anti kapal selam yang dinilai mengalami kemunduran pasca Perang Dingin.
3. Implikasi Terhadap Indonesia
Dalam program pembangunan kekuatan Angkatan Laut, direncanakan pengadaan enam kapal selam kelas Kilo dan Amur dari Rusia secara bertahap hingga 2024. Menjawab kian besarnya ancaman dan tantangan terhadap keamanan nasional di laut, rencana pengadaan kapal selam dari Rusia merupakan pilihan yang tepat. Dengan pengadaan kapal selam baru, dapat memperkuat citra mesin pertahanan Indonesia, karena dengan kemampuan kapal selam untuk melakukan misi seperti pengintaian dan pukulan pendadakan, maka akan menimbulkan efek penangkalan.
Salah satu tantangan ke depan adalah bagaimana mengeksploitasi manfaat/potensi kapal selam aspek untuk kepentingan nasional. Misalnya, dihadapkan pada tugas-tugas untuk pengamanan kepentingan nasional, pengamanan aset nasional, menjaga martabat bangsa, menghadapi sengketa wilayah dan lain sebagainya.
Pada sisi lain, pengadaan tersebut secara kebetulan bersamaan waktunya dengan langkah serupa yang ditempuh oleh negara tetangga, khususnya Malaysia dan Singapura. Mengingat bahwa dalam hubungan Indonesia dengan kedua negara masih ada masalah-masalah krusial seperti klaim perbatasan, langkah kedua negara mengakuisisi kapal selam hendaknya perlu diperhatikan secara khusus. Dengan mempunyai armada kapal selam, dapat dipastikan bahwa sebagian dari wilayah operasional kapal selam Malaysia dan Singapura adalah di perairan Indonesia. Hal itu berpotensi mengancam Indonesia, apabila terjadi eskalasi konflik dengan kedua negara.
Selain itu, sudah sewajarnya bila Indonesia selain melakukan pengadaan kapal selam, diimbangi dengan pengembangan teknologi bawah air. Pengembangan teknologi bawah air, khususnya teknologi akustik, hendaknya menjadi perhatian berbagai lembaga terkait di luar Angkatan Laut. Sebagaimana diketahui, kebijakan pemerintah mengenai pengembangan riset ditentukan oleh Kementerian Riset dan Teknologi. Pengembangan riset teknologi bawah air oleh pihak lain akan memberikan kontribusi positif bagi pengembangan kemampuan peperangan kapal selam Angkatan Laut.
Selain riset akustik, diperlukan survei dan pemetaan layer di seluruh perairan Indonesia atau minimal di jalur-jalur lintasan kapal selam dan di perairan strategis. Untuk kegiatan survei dan pemetaan layer sepertinya tidak akan sulit karena instansi teknisnya adalah Jawatan Hidrografi Angkatan Laut (Janhidros).
4. Penutup
Sebagai negara yang menduduki dua pertiga kawasan Asia Tenggara, pengoperasian kapal selam merupakan kebutuhan mutlak bagi Indonesia. Dinamika kawasan yang di antaranya ditandai dengan meningkatkan pengoperasian kapal selam oleh beberapa negara hendaknya diimbangi dengan peningkatan kemampuan Indonesia dalam peperangan bawah air. Dengan demikian, peningkatan itu akan berkontribusi pada pembaruan daya tangkal dan daya pukul Angkatan Laut di kawasan.
I’m extremely inspired together with your writing skills as well as with the structure in your blog. Is that this a paid topic or did you modify it yourself? Anyway keep up the nice quality writing, it is rare to peer a great blog like this one nowadays..
Hi Brassiers, thank you very much for your interest.
We are a forum for maritime and defense studies. We modify the topics we write based on current topics.
Thank you.