PASUKAN KHUSUS LAUT: TELAAHAN SINGKAT

1. Pendahuluan

Keinginan Angkatan Laut untuk membangun pasukan khusus laut (Pasusla), patut dihargai. Alasannya sangatlah jelas, untuk menjawab konflik skala kecil atau menengah yang memilki intensitas tinggi di dalam negeri ini. Sementara diperkirakan jangka menengah belum ada ancaman militer. Manajemen TNI memerlukan fokus kepada “daerah panas” yang sudah terdefinisi, dibandingkan dokumen strategik TNI sekian lama sebatas menganut pemahaman bahwa kekuatan yang ada diproyeksikan ke arah dua atau tiga trouble spot saja secara simultan, tanpa kejelasan posisi geografiknya.

Belajar dari negara besar yang telah menetapkan jelas dua “area panas”, misalnya pra Perang Dingin ada 2 MTW (major theatre war) yakni Eropah tengah dengan sentranya diJerman dan Pasifik dengan sentranya perairan Pasifik sekitar Rusia, Jepang dan Cina. Namun paska Perang Dingin berubah mengecil menjadi 2 MSC (medium scale conflict), yakni Timur Tengah dengan sentranya di Irak  dan Pasifik dengan sentranya di Semenanjung Korea. ”Hedging” fokus ini memudahkan perencanaan pembangunan dan penggunaan kekuatannya dan dimanipulasikan dalam fokus strategi pertahanan/militernya dengan atribut …shape, respond dan prepare for tomorrow. 

2. Diskusi 

Suka atau tidak suka, TNI memiliki pengetahuan tentang pasukan khusus dengan mengadopsi dari negara maju, meskipun tidak mutlak seluruhnya. Oleh karena itu ide ini perlu dikembalikan pada artian sebenarnya pasukan khusus, sebagai berikut:

…Operations conducted by specially organized,trained and equipped military and paramilitary forces to achieve military, political, economics, or informational objectives by unconventional military means in hostile, denied, or politically sensitive areas. This operations are conducted across the full range of military operations, independently or in coordination with operations of conventional, non special operations forces. Political military considerations frequently shape special operations, requiring clandestine, covert or low visibility technique and oversight at the national level. Special operations differ from conventional operations in degree of physical and political risk, operational tehniques, mode of employment, independence from friendly support, and dependence on detailed operational intelligence and indigenous assets.

Belajar dari sejarah munculnya pasukan khusus, prioritas utama diciptakannya adalah untuk memperoleh “keunggulan relatif” terhadap kekuatan yang lebih besar. Sekali berhasil mengungguli relatif kekuatannya, peluang untuk mencapai  kemenangan akan semakin mudah dicapai. Bila digambarkan dalam fungsi “langkah” (step function) pada grafik Y sebagai fungsi probabilitas penyelesaian missi dan x sebagai fungsi waktu, dan titik awal ( 0,0) sebagai titik awal kelemahan sendiri, maka langkah berikutnya di titik keunggulan relatif sudah melewati titik kelemahan sendiri (langkah pertama). Area yang diliput antara sumbu y, garis fungsi dan titik “keunggulan relatif” merupakan area kelemahan sendiri. Oleh karena “fungsi langkah” ini merupakan fungsi waktu maka kecepatan merupakan suatu yang “prima” (paramount).

Model manuvra pasukan operasi khusus, dapat digambarkan dalam posisi piramida terbalik. Ujung terbawah menggambarkan prinsip penyederhanaan (simplicity), keamanan dan repitisi ada di bagian tengah piramida, sedangkan di bagian atas adalah kejut, cepat dan maksud/tujuan. Penyederhanaan merupakan subset perencanaan, keamanan  dan repitisi  adalah  subset  persiapannya sedangkan kejut, kecepatan dan maksud/tujuan adalah subset pelaksanaannya, itulah manajemen operasi khusus.

Keinginan membangun pasukan khusus Angkatan Laut sangat tepat mengingat iklim lingkungan domestik dan lokal yang perlu menjadi perhatian utama. Evolusi peperangan dewasa ini menyebut konflik yang ada sebagai peperangan generasi keempat yang bercirikan peperangan non-konvensional, aktor non-negara, gabungan antara kriminal transnasional, peperangan gerilya dan taktik teroris. Masih ditambah dengan mengecilnya peluang munculnya peperangan simetrik —-peluang terjadinya konflik skala rendah dan operasi militer selain perang menjadi besar, dan tentu saja sangat diperlukan operator khusus untuk menanganinya. Kecenderungan ini semakin diyakini bahwa hanya pasukan khusus sebagai operator yang kapabel mengatasinya.

Berandai-andai Dephan sudah menetapkan ada 3 atau 4 SSC (small scale conflict), yakni NAD, POso, Maluku dan Papua, setidak-tidaknya dengan alasan sementara untuk jangka menengah masih belum ada (most likely) ancaman militer yang “cukup berpeluang” untuk muncul. Merujuk “arahan strategis” Dephan itu, TNI dan Angkatan akan lebih mudah   untuk memfokuskan dan mempersiapkan diri, dengan merancang, membangun dan menggunakan kekuatannya lebih komprehensif, kokoh, sistematik dan tidak ragu-ragu lagi.

Memperhatikan geographik SSC dan perilakunya, maka unit unit pasukan khusus akan lebih tepat digunakan untuk bermanuvra sampai ke dalam (urban manouvre). Angkatan laut tentu saja tidak akan ketinggalan menyiapkan diri lebih awal dengan manajemen bangunan pasukan khususnya mengingat operator kandidat pasukan peperangan khusus ALsudah dimiliki seperti Ipam, Paska, Den Jaka. Pendalaman mengenai bangunan ini akan diantar dengan beberapa pertanyaan kunci, pertama bagaimana  atributnya yaitu siapa saja kandidat operator pasukan khusus. Kedua, bagaimana legitimasi kelembagaannya yaitu dalam bentuk pasukan gabungan atau mandiri. Ketiga, bagaimana susunan tempurnya yaitu disusun secara sub-spesialis dan katagori sasarannya per masing masing Angkatan.

Kaburnya pengertian antara elite dan khusus akan memberikan gambaran yang salah tentang pasukan khusus. Namun kedua-duanya bisa saja memberikan sumbangan terlaksananya operasi khusus. Sederhananya elit adalah unit yang memiliki kelebihan dari standar regular pasukan biasa. Mereka bisa diperankan dalam format yang paling berbahaya sekalipun, yang terpenting satuan elit ini mampu membuktikan dirinya sukses dan berperan gemilang.

Pada dasarnya satuan tempur darat seperti Pasus, Marinir, Linud diakui elit. Di lingkungan komuniti kapal atas air, maka kapal selam adalah elit, di lingkungan satuan penerbangan, maka penerbang fighter adalah elite. Satuan elit sangat terbatas karena ongkos latihan, pembinaan, insentif, dan standar fisik maupun inteligensianya. Pendeknya elite dididik …….trained to be superhuman standards.  Dan…………the elite of the elite is Special Forces. 

Berasumsi bahwa operator operasi khusus (siapapun juga asal satuan tempurnya) didefinisikan sebagai Kesatria (warrior), maka maka akan muncul 3 kategori Ksatria dan tiga kategori operasi yang biasa dilakukan pasukan khusus. Pertama, status Ksatria dapat dibagi dalam tiga bagian, yakni:

1. Unit Konvensional. Format organisasi militer dengan status terlatih dan dilengkapi untuk bertempur dalam status peperangan konvensional.

2. Pasukan operasi khusus. Format ini memiliki jumlah anggota yang lebih kecil, unit militer elit dengan pelatihan khusus dan perlengkapan yang dapat mendukung untuk infiltrasi masuk jauh ke dalam teritori lawan melalui darat, laut dan udara untuk melakukan berbagai operasi, sebagian besar dari operasi ini bersifat rahasia.

3. Satuan elit.  Bukan satuan  khusus,  namun  memiliki  standar tinggi baik moral, motivasi, ketahanan lamanya, dan pelatihannya dan telah terbangun dalam format tradisi serta reputasi yang tinggi berkat keberhasilan operasinya selama ini. Mereka bisa juga beroperasi dalam unit yang lebih kecil untuk melakukan operasi khusus dan missi yang berisiko tinggi.

Sedangkan tiga kategori operasi yang bisa dilakukan adalah: Operasi klandestin, Operasi tertutup (covert) dan operasi khusus. Operasi khusus bisa dilakukan baik dengan cara klandestin maupun tertutup. Operasi tertutup lebih diorientasikan kepada pengelabuan sponsornya (superiror command) dibandingkan pengelabuan operasinya sendiri.

Mencermati penugasan (task) dan komponen subspesialis yang diperlukan adalah: UW(unconventional warfare), DA (direct action), CT (counter terrorism), SR (special reconnaissance), FID (foreign internal defense),PsyOps, CA(civil affairs), IW (information Warfare). Mencermati subspesialis tersebut, barangkali Paska atau IPAM sudah memiliki beberapa subspesialis tersebut. Bagaimana dengan Denjaka? Perlu dicatat bahwa peperangan khusus Angkatan Laut memerlukan subspesialis DA, SR, CT, FID, UW, Special Boat Unit dan SEAL Delivery Vehicle Unit (SDVT).

Penggunaan  pendekatan  pembenaran  ini  dengan  mencoba membandingkan bagaimana AS, Inggris mengatur susunan  tempurnya. AS menyebut SOF meliput semua unit pasukan elitnya, Army-nya disebut sebagai SF, tetapi Rangers yang organik di bawah Army  disebut juga sebagai unit SOF (Rangers hanya memiliki kualifikasi DA dan CT). Satuan Angkatan Lautnya bukan didesignasikan sebagai pasukan khusus, namun lebih disebut sebagai unit peperangan khusus angkatan laut (Naval Special Warfare Units). Sebagai catatan di sini, unit Royal Marine disebut–sebut berkualifikasi Komando (pendahulu Pasukan Khusus), mirip-mirip USMC yang disebut bukan SOF tetapi lebih kepada Marines SOC (Special Operations Capable). Unitnya mulai peleton sampai brigade disebut sebagai Unit Ekspeditionari Marinir (MEU/Marines Expeditionary Units).

4. Solusi 

Angkatan Laut bisa mencermati lebih jauh,bagaimana kualifikasi IPAM, Paska, atau Den Jaka. Sudah waktunya untuk menyarankan ke Mabes TNI dibukanya Staf Gabungan Pasukan Khusus (Joint SOF Command). Dibukanya staf gabungan ini akan memungkinkan operator pasukan khusus semua angkatan untuk diterjunkan di lapangan, tidak didominasi oleh salah satu angkatan saja. Khusus tentang Denjaka   mungkin perlu dicermati objektifnya kembali (Mission dan Task) sebagai kaji ulang, merujuk perilaku organisasi personel terpilih Den Jaka yang berasal dari regular Angkatan Laut maupun Marinir dengan tradisi, habitat dan kebanggaan awal yang sudah terbentuk berbeda siginifikan, kemudian dipadukan dalam suatu latihan khusus bersama, mungkin akan menimbulkan masalah.

Belum pernah ada survei seberapa manfaat penggunaan Denjaka selama ini, dibandingkan ongkos yang dikeluarkan untuk melatihnya. Apakah Denjaka satu-satunya subspesialis yang tidak bisa dimiliki oleh unit lainnya. Belum ada negara yang mencoba memadukan konsep seperti ini. Statistik terpilihnya (peluang) bagi masing angkatan, disebut-sebut …a.l US Army pada tahun 2003-2004, dari 100 perajurit hanya 1 yang terpilih (dan lulus sebagi SOF), AL pada tahun yang sama dari 100 pelautnya hanya 1 yang akan terpilih (dan lulus), Marinir  sebaliknya telah menunjukkan riwayat yang cemerlang dan berhasil menunjukkan sebagai SOF-C, meskipun bukan sebagai SOF.

Apapun juga pilihannya akan lebih mudah memadukan berbagai subspesialis pasukan khusus dalam suatu operasi bersama, dibandingkan memadukan selama pelatihannya. Sebagai saran semua ini, perlu diberikan petunjuk jelas, apa itu elit dan apa itu pasukan    khusus,  dan    apa  pasukan     yang   disetarakan khusus, tetapi bukan pasukan khusus (mirip-mirip USMC expeditionary dengan kualifikasi SOC).

5. Penutup

Demikian kajian ini dibuat untuk digunakan sebagai masukan atau bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah berkaitan dengan pembangunan kekuatan Angkatan Laut di masa depan.

Catatan Penutup:
1.Definisi pembinaan mengandung konotasi lebih “lunak” dibandingkan definisi manajemen yang lebih “keras”,dan “konkrit”, artinya memikirkan konsep strategic mulai dari perencanaan,memprogramkan,melaksanakan dan mengevaluasikannya. Operator didefinisikan sebagai aktor atau pelakunya.
2.”The Theory of Special Operations”, Thesis NPS (Naval Postgraduate School), MA in National Security Affairs,Cdr William H McRaven,USN,1993, halaman 2…dijelaskan juga konsep keunggulan relative berbeda dengan konsep Clausewitz,yang lebih diartikan konsentrasi kekuatan yang lebih besar menghadapi kekuatan lawan yang ada di posisi menentukan agar sekali pukul di posisi tersebut ,lawan seluruhnya akan lumpuh.
3.JP 1-02,Department of the Defense Dictionary of Military and Associated Terms,12 April 2001,diamandemen s/d  5 September 2003,halaman 492,dijelaskan juga definisi specailis unit lainnya diluar Darat, dari Laut,Udara yang juga bertindak selaku tim operasi khusus. Sedikit perbedaan definisi antara AS dengan Inggris atau Negara lainnya tentang sebutannya,Inggris lebih suka menyebut pasukan khusus (atau SF).,bukan pasukan operasi khusus dan ini penerus dari pasukan Komando .
4.”Elite Forces ———–The Army Of The Future”,Strategic Research Papers,US Army War College,Col Mihai Floca,Romanian Army ,1997, halaman 15 .Dalam referensi tersebut satuan elite yang sudah berhasil gemilang membuktikan ketangguhannya a.l : SAS (Australian),SSF(Canada),Alpen Troops &San Marino Italian Marines (Italia),USMC/MEU-nya,Royal Marines Commando,Airborne divisi 82 th dan 101 st,Rangers,Delta Forces,SF,Navy SEALS &UDT,Death Volunteers (Vietnam), dll.periksa halaman 13-15.
5.”Fourth Generation of War : Paradigm For Change”, ,Thesis NPS,June 2005,MS in defense Analysis, Col  Ghanshsyam Singh Katoch,Indian’s Army,halaman 13.Penjelasan disini mengutip keterangan Feickert,2004 dalam bukunya “ US Special Operations Forces (SOF): backgraound and isuues for congress”,yang disadur penulis tersebut melalui situs ,http://www.fas.org/man/crs/RS21048.pdf  pada tanggal 27 February 2005.
6.Ibid, halaman 13, dikutip penulis tersebut dari  Journal Harvard Studies in International Affairs,no 40, dengan judul tulisan “ Commandos and Politician: Elite Military Units in Modern Democracies” , Cambridge Mass,Harvard Univ Press,oleh  Cohen , E.A, tahun 1978.
7.Perhatikan subspesialis yang disebut bukan dari subspecialis AT(atau anti terrorism) tapi jelas disebutkan adalah CT(counter terrorism).AT (anti terrorism), ini lebih cenderung menangani masalah yang ditimbulkan  akibat aksi para teroris, seperti bantuan penangan korban,dll .Definisi CT adalah:
__________ Defensive measures used to reduce the vulnerability of individual or property to terrorist act, dst …periksa JP 1-02, halaman 40, bandingkan definisi lawan terorisme (counter terrorism) pada kamus militer tersebut. Di negeri ini didefinisikan sebagai Gultor, pertanyaannya apakah Gultor itu AT, CT atau CbT (Combating Terrorism)?
8.”Fourth Generation War: Paradigm For Change”, halaman 113 .

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Share via
Copy link
Powered by Social Snap