MULTISTATIK AKS : MENINGKATKAN EFEKTIVITAS OPERASI DAN KEMAMPUAN PEPERANGAN ANTI KAPAL SELAM

Letkol Laut (P) Dickry Rizanny N., PSC(J), MMDS

 

Dengan berakhirnya Perang Dingin, investasi dan pngeluaran anggaran militer dalam teknologi peperangan anti kapal selam (AKS) dibatasi karena banyak negara mencoba untuk memperoleh penghematan yang berasal dari pengurangan anggaran militer, sehingga trend peperangan AKS menurun. Pengadaan kekuatan dan kemampuan AKS juga terdampak menurun, termasuk Indonesia dan TNI AL dalam mempertahankan kemampuan AKS juga berkurang. Namun, alih-alih menghadapi dunia stabil, dunia menjadi terbagi dua (bipolar), yaitu timur versus barat, dimana banyak analis militer dan pertahanan segera menyadari bahwa dunia dengan cepat menjadi tempat yang jauh lebih kompleks dan berbahaya dibanding sebelumnya. Tanpa adanya penentuan persyaratan khusus dalam penyelarasan pertahanan suatu negara dengan negara super power, sebuah kekuatan baru yang lebih kecil namun efektif muncul di kancah internasional yang sering kali menggunakan klaim pada wilayah yang disengketakan sebagai salah satu cara pengembangan kemampuan pertahanannya.

Dalam domain maritim, penggunaan diplomasi kapal perang (gunboat diplomacy) semakin meningkat dan sebuah pertempuran laut ditandai dengan penggunaan kapal patroli cepat yang dilengkapi dengan meriam kaliber kecil dan rudal anti kapal permukaan-ke-permukaan. Perlombaan senjata yang sesungguhnya muncul di beberapa zona panas yang memunculkan negara-negara tanpa pengalaman memiliki kapal selam sebelumnya tiba-tiba membeli kapal selam baru atau bekas dari berbagai pemasok kapal selam di seluruh dunia. Ancaman ini mulai muncul dari kapal selam diesel (SSK) yang kemudian ditambah dengan berkembangnya operasi peperangan litoral (perairan dangkal), telah menimbulkan desakan yang bersifat segera dalam pengembangan kemampuan dan efektivitas operasi AKS yang lebih baik. Selain itu, berkembangnya teknologi kapal selam diesel, misalnua kapal selam yang dilengkapi dengan Air Independent Propulsion (AIP), memunculkan kapal selam lawan yang jauh lebih compact, lebih stealth, dan dianggap lebih berbahaya daripada kapal selam nuklir yang dikembangkan saat Perang Dingin. Lebih penting lagi bahwa kondisi sonar di perairan litoral menunjukkan performa yang lebih buruk dan ketidakefisiensian aset AKS, dimana kondisi ini sangat menguntungkan kapal selam dalam menjalankan taktik mereka dalam memenangkan peperangan dan mencapai misi mereka. Artikel ini membahas pemanfaatan perkembangan teknologi dalam sonar aktif frekuensi rendah untuk meningkatkan kemampuan operasional dan efektivitas AKS selama operasi angkatan laut.

 

Sonar Kapal / Hull Mounted Sonar (HMS)

Sebagai konsekuensi dari perkembangan diatas, angkatan laut seluruh dunia terus mengembangkan cara-cara dan tehnologi baru untuk mendeteksi dan mencegah ancaman kapal selam tentunya dengan pilihan yang berbiaya murah. Operasi AKS tradisional melibatkan penggunaan sonar yang dipasang di kapal (Hull Mounted Sonar/ HMS) yang kadang-kadang pada kapal AKS modern juga dilengkapi dengan towed-array bersifat pasif. Sistem HMS ini, seperti seri Kingklip (Kelas SIGMA dan PKR), dirancang untuk digunakan dalam perairan yang dalam, misalnya secara eksklusif adalah di Samudra Hindia, Laut Banda dan perairan dalam lainnya. Sistem HMS saat ini dikendalikan oleh komputer dan memiliki kemampuan operasi aktif dan pasif, sehingga dapat memberikan informasi yang akurat untuk pengendalian dan panduan senjata AKS. Sonar ini menawarkan pencarian langsung, deteksi, lokalisasi, dan pelacakan target dengan beberapa mode yang menawarkan deteksi komputasi dan manajemen kontak secara otomatis.

Namun, HMS dalam menemukan SSK adalah hal yang sangat sulit, baik dari operator maupun peralatan itu sendiri, karena kapal selam diesel ini dapat mendengar ping HMS pada saat berburu bahkan jauh sebelum sonar HMS mendeteksi kapal selam. Taktik kapal selam yang sangat cocok untuk SSK adalah bermanuver dengan kecepatan tinggi di antara ping sonar. Jika HMS memiliki jangkauan deteksi yang relatif pendek, maka SSK memiliki peluang bagus dalam menghindari deteksi kapal permukaan. Taktik penghindaran  kapal selam ini sangat efektif untuk melawan kapal yang hanya memiliki HMS. Namun tidak untuk melawan kapal AKS yang dilengkapi dengan sistem towed-array sonar pasif.

Dikembangkan selama masa-masa awal Perang Dingin, towed-array sonar (TAS) dapat memperpanjang sampai beberapa mil di buritan kapal ketika digunakan. Sistem ini menggunakan serangkaian sensor omni-directional untuk mendeteksi, melacak, dan mengklasifikasikan kapal selam yang menyelam dengan memanfaatkan direct path, zona konvergensi (convergence zone), dan/ atau sadapan akustik hasil pantulan dasar laut (bottom bounce path). Hasil pendeteksian kontak TAS menghasilkan gambaran segala arah seperti pantulan cermin yang melekat di kedua sisi lambung kapal perang. Untuk mengurangi keraguan baringan sehingga dapat bereaksi terhadap ancaman kapal selam, kapal perang harus melakukan manuver agar dapat melakukan analisis gerakan sasaran (target motion analysis/ TMA). Permasalahan dengan sistem TAS ini adalah bahwa diperlukan sebuah manuver kapal selam yang bergerak relatif cepat untuk menghasilkan cukup banyak suara (noise) agar terdeteksi. Selain itu, sistem TAS ini sulit dioperasikan dalam operasi litoral.

 

Towed Array Sonar (TAS) Aktif-Pasif

Karena kemampuan ancaman SSK, area pencarian menjadi semakin luas dan meningkatkan jarak keamanan Sea Lines of Communications (SLOCs) terutama untuk keamanan unsur kapal permukaan yang bernilai tinggi (High Value Unit/ HVU). Adapun sensor yang paling efektif untuk mendeteksi SSK yang beroperasi di perairan dangkal adalah sistem towed-array sonar berfrekuensi rendah aktif / pasif. Secara praktis, aturannya adalah semakin rendah frekuensi operasi, semakin jauh jangkauan sonar. Sistem ini terdiri dari sonar aktif yang ditarik di buritan kapal dan beroperasi dengan frekuensi antara 1 dan 3 kHz, tergantung pada pertimbangan sistem trade off, sistem sonar pasif, yang dapat menggabungkan kemampuan baringan sonar (directional capability), sistem winch penarik sonar dan elektronik kapal. Sistem TAS ini dapat ditempatkan di sistem terpisah, biasanya di buritan kapal, atau dapat dipasang dalam satu modul towed-array itu sendiri. Kedua implementasi pasif-aktif ini memiliki kelebihan dan kekurangan yang banyak didiskusikan oleh angkatan laut seluruh dunia sebagai pengguna operasional. Kedua sistem dapat mencapai kedalaman operasional hingga 300 meter dan sebagian besar dipasang di kapal jenis destroyer dan frigat. Selain itu, kedua jenis sistem TAS aktif-pasif ini menawarkan rentang deteksi yang, rata-rata, sekitar dua kali jangkauan sonar kapal HMS. Jika digunakan di perairan yang lebih dalam, keuntungan jarak jangkau rata-rata meningkat hingga lebih dari empat kali. Secara keseluruhan, sistem sonar frekuensi rendah ini memberikan keuntungan jarak antara empat hingga 16 kali area pencarian dalam semua kondisi operasi yang mungkin dihadapi angkatan laut.

 

Unsur Udara AKS

Selain sensor yang dipasang pada atau ditarik oleh kapal perang, beberapa negara juga mengandalkan helikopter AKS yang dapat membawa sonar celup (dipping sonar) atau sonobuoys untuk mengamankan daerah sekitar kapal perang atau gugus tempur permukaan dari ancaman kapal selam. Untuk cakupan area pencarian kapal selam lebih luas lagi, angkatan laut mengoordinasikan gugus tugas AKS melalui penggunaan Pesawat Patroli Maritim (Maritime Patrol Aircraft/ MPA) yang memiliki sonobuoy untuk mendeteksi dan mencegah ancaman kapal selam. Sonobuoy telah digunakan selama bertahun-tahun oleh kebanyakan MPA berukuran besar dan beberapa helikopter AKS. Namun di lain pihak, pengembangan tehnologi stealth kapal selam terbaru yang menjadikan kapal selam lebih silent, seperti AIP, membuat pencarian secara pasif menjadi lebih sulit tanpa bantuan kapal permukaan AKS yang dilengkapi TAS. Akibatnya, teknologi sonobuoy yang modern dikembangkan hanya untuk mempertahankan kemampuan AKS MPA saja.

Sonobuoy pasif tetap efektif dalam menentukan klasifikasi target melalui analisis TMA dan untuk pelacakan jarak pendek dari target yang bergerak cepat. Sonobuoy aktif frekuensi menengah juga masih efektif untuk jarak pendek, relokasi target dan membantu serangan. Namun, sistem yang paling menjanjikan saat ini dalam AKS adalah ketika sonobuoy Low Frequency Active (LFA) digunakan secara multistatis dengan jenis sonobuoy pasif terbaru. Secara praktikal, kapal permukaan menggunakan sonobuoy dengan melemparkannya ke samping. Setelah aktif, data akustik dari sonobuoy dikirimkan menggunakan radio VHF namun hanya terbatas pada jarak line-of-sight, yang biasanya untuk kapal perang adalah jarak kurang dari 10 nm. Namun, dalam kondisi akustik perairan yang tidak ideal, yaitu ketika jarak RF dan akustik sebanding, sonobuoy dapat digunakan untuk memperluas area pencarian. Relai radio juga dapat digunakan, seperti penggunaan helikopter atau UAV sebagai stasiun relai, dalam rangka membantu memperluas jangkauan transmisi data. Lebih penting lagi, sonobuoy beroperasi dalam spektrum akustik yang sama seperti sonar kapal dan sonar celup helikopter yang aktif dan pasif. Ini memastikan bahwa ada potensi sinergis yang signifikan untuk menawarkan peningkatan kinerja sistem, efektivitas dan kemampuan operasional platform AKS.

 

Operasi AKS Multistatik

Operasi monostatik sederhana mudah dipahami dengan baik dan merupakan dasar bagi kebanyakan penggunaan sonar oleh kapal permukaan. Operasi Bistatik antara helikopter dan sonar kapal menawarkan beberapa peningkatan cakupan area operasi AKS. Namun demikian, penggunaan sensor multistatis yang tersebar di unsur udara AKS, terdiri dari helikopter dan MPA, memberikan manfaat yang substansial dan, dalam beberapa kasus, memberikan manfaat yang tidak terduga.

Teknologi sensor multistatik frekuensi rendah aktif telah dikembangkan setidaknya selama sepuluh tahun terakhir, tetapi karena teknologi pasif yang ada sudah mencakup spektrum tersebut, usaha pengembangan teknologi terkonsentrasi pada kemampuan berdaya tinggi. Multistatik adalah kombinasi dari sonar celup dengan frekuensi rendah, dengan bentuk dan urutan penggunaan ping yang tepat dan kemampuan dipping di berbagai kedalaman, ditambah dengan sonobuoys elektro-akustik yang diluncurkan di udara telah menjadi operasi AKS multistatik yang efektif.

 

Sistem HELRAS yang akan dipasang di Heli Panther AS565MBe

 

Operasi sonar monostatik sangat bervariasi secara signifikan dengan mengembangkan taktik yang bertitik berat pada aspek target,  namun nyatanya hanya sedikit desain sonar monostatik yang dapat melakukan operasi AKS yang bergantung aspek sasaran. Para awak kapal selam secara tradisional berusaha mengeksploitasi kelemahan ini, yaitu dengan taktik : “berbelok ke arah sumber dan mengubah kedalaman” yang ada di setiap taktik kapal selam. Pendeteksian operasi multistatik memberikan keuntungan positif dalam operasi AKS. Kapal selam tidak tahu di mana semua sonobuoy berada, jadi kapal selam akan bermanuver memutar ke satu sumber sehingga bisa meningkatkan risiko terdeteksi dari kombinasi sumber / sensor lainnya.

Menerapkan sistem operasi AKS multistatis di pesawat dapat memecahkan masalah lain, yaitu dapat mengetahui di mana dan kapan ping itu berasal, dan mampu mengendalikan berbagai sumber dan sensor secara real time. Tidak seperti operasi multistatik kapal permukaan, disini semua pemancar dan penerima berada di bawah kendali langsung dari satu platform, yaitu MPA atau helikopter. Jenis operasi ini tidak memerlukan jaringan data link taktis, atau tidak memerlukan penyandian sebuah informasi tentang waktu atau lokasi dalam gelombang ping. Selain itu juga, dalam hal komunikasi jaringan VHF, pesawat yang berada di ketinggian dapat menerima deteksi pada area pencarian yang jauh lebih luas daripada kapal, dan dapat bereaksi jauh lebih cepat terhadap deteksi daripada kapal permukaan. Walaupun kedayatahanan waktu operasi (endurance) dalam patroli tetap menjadi masalah, tetapi pesawat dapat melaksanakan pencarian di lautan yang luas maupun di daerah litoral dengan cepat dan efektif.

 

Sonobuoy dalam Operasi Helikopter

Sonobuoy dapat beroperasi lebih lama (saat ini 6 sampai 12 jam, tetapi berpotensi hingga 48 jam aktif) daripada endurance atau on station time (OST) helikopter dan, dalam peperangan littoral, sonobuoy bisa disebar sebagai penghalang untuk mendukung operasi lain, misalnya di chokepoints. Helikopter AKS dapat memproses data, secara multistatis, dari dipping sonar dan sonobuoy dalam jangkauan RF, untuk meningkatkan cakupan area pencarian. Sonobuoys aktif berfrekuensi rendah modern beroperasi pada frekuensi yang sama dengan sonar celup, tetapi juga memberikan kemampuan lebih dan berbeda. Sonobuoys mampu :

  1. Melakukan ping terus menerus dan berurutan tanpa intervensi dari helikopter.
  2. Memberikan helikopter menggunakan sonar celup sebagai penerima saja, misalnya di arah ancaman, atau operasi multistatik dan sebagai penghalang (barrier).
  3. Menghalangi kapal selam atau menggiring kapal selam menuju barrier pasif atau menuju aset AKS
  4. Digunakan pada saat breaking dip, atau pasa saat transit (enroute), untuk terus mencari dan mendeteksi kontak jarak jauh saat melakukan jump dipping cycle.
  5. Digunakan sebagai sebuah sonar serang, memberikan kebebasan helikopter untuk bermanuver untuk menyerang, sekaligus meminimalkan kontra-deteksi atau serangan balik.

 

Kesimpulan : Meningkatkan efektivitas operasi dan kemampuan AKS

Pergeseran konsep menuju operasi peperangan litoral, mengakibatkan perkembangan taktik kapal selam dalam bersembunyi dan menghindari deteksi dari kapal pemburu kapal selam atau aset AKS lainnya. Oleh karena itu, dalam memilih sistem AKS untuk masa depan, TNI Angkatan Laut akan perlu mempertimbangkan spesifik ancaman dan, melalui analisis trade off, perlu merencanakan tingkat kemampuan AKS yang dibutuhkan untuk menghadapi keadaan dan perkembangnan bentuk peperangan AKS. Pertama adalah dengan melengkapi kapal AKS dan frigat dengan generasi terbaru sistem sonar berdaya rendah aktif dan frekuensi rendah untuk mendapatkan kembali sebagian besar kemampuan yang hilang setelah menurunnya kekuatan dan kemampuan AKS. Kemudian, kedua yaitu dengan menambahkan aset udara seperti Maritime Patrol Aircraft atau helikopter AKS dengan penggunaan sonobuoys dan sonar celup kepada konsep operasi multistatik, dalam rangka membawa fleksibilitas yang pada gilirannya dapat memberikan tambahan manfaat pada kemampuan AKS sebagai berikut :

  1. Klasifikasi deteksi pasif;
  2. Pelacakan pasif dari target yang bermanuver cepat;
  3. Mempertahankan kontak selama siklus dip-cycle helikopter AKS;
  4. Kebebasan bermanuver taktis; dan
  5. Kerahasiaan dan keamanan dalam o
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Share via
Copy link
Powered by Social Snap