MENYIAPKAN SEBUAH KONSEP PEPERANGAN DALAM ERA “SWARMING” DRONE

Teknologi “swarming” drone — kemampuan pesawat tak berawak untuk mengambil keputusan dan aksi secara mandiri berdasarkan informasi yang dibagikan — memiliki potensi untuk merevolusi sebuah konsep peperangan. Konsep ini terus berkembang di berbagai media peperangan, baik udara, bawah air maupun permukaan. Bahkan, aplikasi taktik pengeroyokan (swarming) menunjukkan pengembangan yang signifikan ke hampir setiap bidang keamanan nasional. Sekelompok drone bawah air dapat mencari kapal selam musuh di area aksi pencarian. Drone juga dapat disebar di area yang luas untuk mengidentifikasi dan menetralkan rudal permukaan-ke-udara yang mengancam dan pertahanan udara lainnya. Sekelompok drone bahkan berpotensi sebagai pertahanan anti-rudal dan pertahanan diri terhadap rudal anti kapal dengan kecepatan hipersonik. Dalam bidang keamanan nasional, drone dapat dilengkapi dengan detektor bahaya nubika, pengenalan wajah, senjata anti-drone, dan kemampuan lainnya yang menawarkan peningkatan pertahanan terhadap berbagai ancaman.

Sementara “swarming”drone menjadi salah satu kemajuan teknologi peperangan utama, untuk menemukan sebuah potensi konsep secara optimal akan membutuhkan pengembangan drone yang berpusat di sekitar empat bidang utama: ukuran, jenis, misi yang diemban, dan kemampuan drone.

 

UKURAN

Secara umum, semakin banyak jumlah drone dalam taktik pengeroyokan, semakin besar kemampuan dalam sebuah peperangan. Sekelompok drone bawah laut yang lebih besar dan banyak dapat menempuh jarak yang lebih jauh dalam mencari kapal selam musuh atau kapal permukaan. Ukuran yang lebih besar mampu membawa kemampuan pertahanan dengan lebih baik. Dalam sebuah “swarming tactics”, hilangnya selusin drone akan secara signifikan menurunkan kemampuan dua puluh drone, tetapi tidak akan berarti jika drone berjumlah ratusan atau bahkan ribuan. Oleh karena itu, semakin banyak jumlahnya, semakin efektif konsep yang digunakan.

Di sisi lain, terdapat sebuah pemikiran yang meyakini bahwa ukuran drone tidak dapat terus ditingkatkan secara signifikan. Dengan mengoperasikan drone dengan jumlah yang besar membutuhkan kemampuan untuk menangani sejumlah besar informasi dan komunikasi antar pengendali dan drone serta antar drone. Semakin banyak drone berarti lebih banyak data input dan koordinasi komunikasi yang dapat memengaruhi aksi dan manuver drone secara mandiri. Pada level dasar, lebih banyak drone berarti risiko lebih besar dari satu drone menabrak yang lain. Belum lagi sistem otomasi setiap drone yang perlu diprogram sebelumnya untuk mengemban sebuah misi secara mandiri.

Pentingnya ukuran sekelompok drone akan tergantung pada misi. Misi yang lebih rahasia terhadap sasaran yang lebih mudah tidak membutuhkan ribuan drone. Dalam suatu misi rahasia, sejumlah drone yang besar dapat merusak misi tersebut karena akan menarik perhatian dari sistem pertahanan sasaran tersebut. Tetapi serangan drone besar-besaran pada pangkalan musuh dan target dengan pertahanan yang baik lainnya mungkin membutuhkan ribuan drone. Diperlukan sebuah serangan massal pada sasaran tersebut. Sebagai contoh nyata yang sedang dikembangkan adalah bagaimana negara Cina mengembangkan penggunaan drone (Shark Swarm) untuk menghancurkan kapal induk US.[1]

 

Shark Swarm Cina menggunakan 56 Robo-Boats dalam taktik Swarming

Namun demikian, taktik pengeroyokan seperti ini memiliki keterbatasan, misalnya keterbatasan jaringan komunikasi untuk menjaga kapal tetap beroperasi bersama dan rentan terhadap beberapa bentuk perang elektronik, dan kemampuan manusia untuk mengendalikan sekelompok drone secara bersamaan. Tetapi keterbatasan manusia ini dapat diatasi dengan meningkatkan kemampuan otonomi drone sendiri.

 

JENIS

Sekelompok drone di masa depan tidak harus terdiri dari jenis dan ukuran drone yang sama, tetapi diperlukan penggabungan drone besar dan kecil yang dilengkapi dengan kemampuan dan misi yang berbeda. Penggabungan beragam drone dapat menciptakan suatu operasi yang lebih mampu daripada drone yang beroperasi secara individu. Penggabungan drone dimungkinkan bahkan dapat beroperasi di seluruh domain, antara drone bawah laut, permukaan, drone darat dan udara dalam mengoordinasikan aksi mereka.

Ilustrasi operasi drone udara

 

Drone saat ini memiliki sensor yang kecil dan akurat, tetapi penggunaan dalam multi-domain terus dikembangkan. Salah satu konsep tersebut melibatkan drone terbang yang berkolaborasi dengan drone darat. Drone udara memetakan area terdekat dan drone darat menggunakan informasi tersebut untuk merencanakan dan melaksanakan aksinya.  Drone dalam kelompok dapat melaksanakan peran yang berbeda berdasarkan kemampuannya yang berbeda. Drone serang mampu melakukan serangan terhadap target, sementara drone sensor mengumpulkan informasi tentang lingkungan untuk menyediakan informasi kepada drone lain, dan kemudian drone komunikasi memastikan terjalinnya komunikasi antar-kelompok drone.

Drone sensor dapat melaksanakan pengintaian untuk drone serang, mengumpulkan informasi tentang target musuh dan menyampaikannya untuk memerintahkan drone serang melakukan serangan. Bahkan drone yang khusus bertugas melakukan serangan bisa beragam. Sekelompok pesawat tak berawak dapat menggabungkan serangan drone dengan berbagai ukuran, yang dioptimalkan untuk menyesuaikan dengan jenis sasaran. Kelompok yang dimaksudkan untuk menekan pertahanan udara musuh dengan menggunakan drone yang dilengkapi dengan rudal anti-radiasi untuk mengalahkan pertahanan berbasis darat, sementara drone lain mungkin dipersenjatai dengan rudal udara-ke-udara untuk melawan pesawat musuh.

Penggunaan drone yang relatif murah mungkin sebenarnya terbukti menjadi kontributor yang berharga untuk misi swarming, termasuk menerima serangan untuk melindungi drone yang lebih canggih atau sebagai sasaran umpan dari pertahanan musuh. Tetapi kuncinya di sini adalah bahwa keragaman jenis drone memungkinkan aksi yang lebih kompleks dan koheren.

 

MISI

Sekelompok drone yang dapat disesuaikan terhadap misi dapat menawarkan sebuah fleksibilitas kepada seorang komandan, memungkinkan mereka untuk menambah atau mengurangi penggunaan drone sesuai kebutuhan misi dan operasi. Hal ini memerlukan sebuah prosedur standar komunikasi antar-drone, sehingga drone dapat dengan mudah ditambahkan ke misi swarm (pengeroyokan). Demikian pula, sekelompok drone harus mampu beradaptasi dengan pengurangan drone, baik secara sengaja atau hancur melalui aksi pertahanan musuh.

Pemilihan misi juga memungkinkan seorang komandan untuk menyesuaikan sekolompok drone dengan kebutuhan dan situasi. Untuk misi yang menuntut profil yang lebih kecil, seorang komandan dapat mengurangi jumlah drone. Seorang komandan juga dapat memvariasikan misi itu sendiri, dengan menambahkan drone yang dilengkapi dengan berbagai jenis sensor, senjata, atau muatan lainnya.

Sekelompok drone yang dapat terpisah atau bergabung kembali menjadi satu unit saat berada di area operasi secara otomatis. Hal ini akan memungkinkan respons cepat dalam dinamika di medan peperangan. Sebagai contoh, sekelompok kecil drone bawah laut dapat memisahkan diri dari kelompok yang lebih besar untuk menyelidiki kemungkinan kapal musuh sebagai Search Attack Group (SAG) atau Search Attack Unit (SAU). Jika target baru memiliki ancaman yang signifikan, drone tersebut dapat bergabung kembali untuk mengatasi ancaman tersebut.

Di masa depan, seorang komandan yang memiliki sekelompok pesawat tak berawak bisa sama dengan menyediakan seorang anak dengan permainan Lego. Komandan dapat memanfaatkan koleksi dronenya  yang dapat digabungkan dalam berbagai cara sesuai dengan tuntutan misi. Konsep seperti ini memungkinkan respons yang cepat terhadap perubahan di lingkungan operasi militer.

 

Ilustrasi operasi gabungan drone dalam sebuah mandala operasi gabungan

 

KEMAMPUAN

Sekelompok Drone memiliki kerentanan yang cukup signifikan terhadap peperangan elektronik dan aksi dalam melindungi dari kerentanan ini sangat penting. Drone swarm berfungsi secara inheren tergantung pada kemampuan drone untuk berkomunikasi dengan yang lain. Jika drone tidak dapat berbagi informasi karena gangguan, drone swarm tidak dapat berfungsi sebagai keseluruhan yang koheren.

Kerentanan terhadap peperangan elektronik tergantung pada komposisi sekelompok drone. Kawanan ini dapat menggabungkan drone yang dirancang khusus untuk melawan jamming. Drone komunikasi dapat berfungsi sebagai relay untuk berbagi informasi, menyediakan saluran komunikasi alternatif, atau sekadar mendeteksi kemungkinan gangguan/ jamming dan mengeluarkan perintah lain. Kawanan Drone juga bisa menggabungkan kemampuan drone yang dilengkapi dengan rudal anti-radiasi dan senjata anti-jamming lainnya.

Kemajuan teknologi juga dapat meningkatkan kemampuan terhadap kerentanan peperangan elektronik. Bentuk komunikasi baru dapat digunakan dalam sebuah konsep koordinasi antar drone untuk menghilangkan kerentanan tersebut. Misalnya, kawanan drone dapat berkomunikasi berdasarkan stigmergy. Stigmergy adalah bentuk komunikasi tidak langsung yang digunakan oleh semut yang berkelompok dan berkerumun dengan semut lainnya. Jika seekor semut mengidentifikasi sumber makanan, ia meninggalkan feromon untuk ditemukan semut selanjutnya. Jika semut berikutnya juga menemukan makanan di sana, ia meninggalkan feromonnya sendiri, menciptakan konsentrasi yang lebih kuat untuk menarik lebih banyak. Semut akan bergerak otonom dan independen untuk menemukan makanan dengan memanfaatkan zat feromon yang ditinggalkan semut lain.

Jika Stigmergy diterapkan pada sekelompok drone swarm dalam sebuah pertempuran, pendekatan seperti ini memerlukan bentuk komunikasi baru yang dapat mengurangi kerentanan terhadap gangguan atau jamming. Sehingga drone akan bergerak mandiri untuk menyerang target yang telah ditetapkan secara bersamaan. Disinilah taktik pengeroyokan yang dapat diaplikasikan dalam sebuah konsep pertempuran. Jumlah yang banyak dan ukuran yang kecil, dengan memiliki kemampuan yang berbeda namun saling koheren, menyebabkan sasaran akan kesulitan dalam melaksanakan pertahanan diri.

 

Ilustrasi bagaimana semut berkomunikasi dan bergerak untuk menyerang sasaran yang lebih besar dan kuat

 

KESIMPULAN

Mengembangkan teknologi kelompok drone adalah tantangan angkatan bersenjata dan antar lembaga ainnya. Drone permukaan menawarkan kemampuan signifikan bagi Angkatan Laut dalam mencari kapal selam atau berfungsi sebagai platform pembawa senjata permukaan. Drone darat berguna untuk infanteri Marinir untuk melakukan pengamatan, serangan dan perang elektronik. Sementara drone udara menawarkan sebuah platform baru dalam operasi udara untuk menekan pertahanan udara musuh dan di masa depan peswat tempur akan mendapatkan dan memasukkan informasi yang dikumpulkan dari kawanan drone. Kerja sama robot dapat meningkatkan kemampuan untuk mendeteksi penggunaan senjata Nubika dan memetakan dampak bencana. Tetapi dari semua aktor dan semua misi ini, untuk memanfaatkan potensi penggunaan drone diperlukan pengembangan kekuatan drone yang menekankan peningkatan pada empat bidang utama: ukuran, jenis, misi yang diemban, dan kemampuan. Kegagalan untuk melakukannya akan mengakibatkan penggunaan yang tidak efektif dan tidak optimal akan drone.

[1] Tersedia di  https://www.c4isrnet.com/unmanned/2018/06/01/see-chinas-massive-robot-boat-swarm-in-action/ dan https://www.youtube.com/watch?v=JicM5Goj8dQ

0 0 votes
Article Rating

Letkol Laut (P) Dickry Rizanny Nurdiansyah, PSC(J), MMDS

View posts by Letkol Laut (P) Dickry Rizanny Nurdiansyah, PSC(J), MMDS
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Share via
Copy link
Powered by Social Snap