Oleh: Willy F. Sumakul.
1. Latar Belakang Pemikiran
a. Perubahan kebijakan politik dan pertahanan Amerika Serikat akan segera terjadi dalam waktu dekat ini karena naiknya Partai Republik kepanggung kekuasaan dengan terpilihnnya Donald Trump sebagai presiden. Sikap Donald Trump yang cenderung bergaya ‘bisnis’ sepertinya akan diikuti dengan perubahan drastis Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat. Salah satu kebijakan yang akan ditempuh dalam masalah pertahanan adalah lebih mawas kedalam, dalam arti lebih mengutamakan pertahanan dan keamanan dalam negeri (homeland security). Dari hal itu, dampak yang akan segera terjadi, yaitu payung sekuriti yang diberikan oleh Amerika Serikat melalui Pacific Command (Pacom) untuk kawasan Asia Pasifik, akan sangat berkurang atau bahkan tidak ada lagi.? Sementara stabilitas keamanan yang diberikan oleh Pacom selama berpuluh tahun terbukti dinikmati oleh banyak negara dikawasan terutama untuk pembangunan ekonomi seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan Singapura. Akankah Pacom mengurangi peranannya di kawasan Asia Pasifik, lalu pihak mana yang akan mengambil keuntungan? atau situasinya akan seperti apa, perlu kita antisipasi.
b. ASEAN sebagai persekutuan negara-negara Asia Tenggara sejauh ini menunjukkan ketidakmampuan menjaga keamanan diwilayah sendiri karena berbagai kepentingan nasionalnya yang tidak pernah bertemu/sejalan. Dalam menghadapi konflik di laut Cina Selatan(LCS) ASEAN tidak memiliki pandangan yang sama karena memang ada beberapa negara anggota yang jadi klaiment. Hal ini diperparah karena saat ini ketua Asean adalah Laos, yang nota bene sangat pro China. Perkembangan dewasa ini bahkan beberapa negara Asean cenderung mendekatkan diri dengan China khususnya dalam hubungan ekonomi perdagangan, seperti Philipina, Malaysia dan Vietnam. Dilain pihak, China akan selalu menghindari berhadapan dengan ASEAN yang bersatu dan lebih menyukai penyelesaian secara bilateral dengan masing-masing negara claiment. Ada kecenderungan pihak-pihak yang bertikai mulai meninggalkan cara-cara penyelesaian politik konfrontatif dengan China dan lebih mengambil jalan Track Two yaitu pembangunan bersama mengexplorasi sumber daya alam untuk kepentingan dan keuntungan bersama.
c. Sikap China yang sangat agresif dikawasan laut China Selatan menimbulkan kegelisahan khususnya masyarakat maritim internasional karena khawatir akan terganggunya keamanan jalur laut dikawasan tersebut. Seperti kita ketahui banyak sekali negara yang mempunyai kepentingan di laut China Selatan, utamanya keamanan dan keselamatan Sea Lanes of Comunication, sehingga kestabilan keamanan disitu menjadi sangat penting. Amerika Serikat dalam hal yang satu ini juga mempunyai kepentingan yaitu freedom of navigation.
d. Indonesia mempunyai masalah batas ZEE dan landas kontinen yang tumpang tindih di laut Natuna dan laut China Selatan dengan China (nine dash line claim China), sedangkan China tidak menghiraukan keputusan PCA sehingga menambah rumit persoalan, menuntut sikap Indonesia yang tegas karena menyangkut integritas dan keutuhan wilayah teritorial negara.
e. Saat ini Indonesia belum mempunyai kekuatan pertahanan yang memadai, khususnya kekuatan Angkatan Laut karena kemampuan ekonomi negara yang belum mampu menyediakan alat utama yang cukup sebagai kekuatan pertahanan matra laut. Oleh karena itu perlu disusun suatu strategi maritim yang disesuaikan dengan kebutuhan politik negara, serta memaksimalkan kekuatan dan kemampuan yang ada.
Baca lebih jauh : Quarterdeck Oktober 2016 pada halaman #12