LATIHAN PACIFIC PROTECTOR 06

1. Pendahuluan 

Pada tanggal 3-7 April 2006, berlokasi di Darwin, Australia berlangsung Latihan Pacific Protector 06 yang diikuti oleh Amerika Serikat, Inggris Jepang, Selandia Baru, Singapura dan Australia. Pacific Protector 06 merupakan latihan yang diselenggarakan oleh negara-negara partisipan Proliferation Security Initiative (PSI) yang berada di kawasan Pasifik dan adalah kali kedua Australia menjadi tuan rumah setelah sebelumnya pada Pacific Protector 03 yang berlokasi di Laut Koral.

Latihan Pacific Protector 06, entah kebetulan atau tidak, berlangsung tak lama setelah penolakanIndonesiaatas ajakan Amerika Serikat untuk berpartisipasi dalam PSI. Sehigga tak mengherankan bila Menteri PertahananAustraliadalam sambutannya saat pembukaan latihan kembali berharap agarIndonesiadi masa depan berpartisipasi dalam PSI. Naskah ini akan mengulas tentang Latihan Pacific Protector 06 dikaitkan dengan kondisi keamanan nasionalIndonesiasaat ini dan peran apa yang mungkin dapat dilaksanakan oleh Angkatan Laut guna mengamankan kepentingan nasional di laut.

2. Diskusi 

Mencermati Latihan Pacific Protector 06, ada hal-hal menarik yang hendaknya dicermati oleh Indonesia, karena langsung atau tak langsung, memiliki keterkaitan dengan Indonesia.

Pertama, lokasi latihan. Latihan Pacific Protector 06 mengambil tempat di Darwin dan sekitarnya yang berada di negara bagianNorthern Territory, Australia Utara. Lokasi ini berhadapan langsung dengan wilayahIndonesiadan memang terdapat beberapa pangkalan militer  Australia disana, juga kawasan latihan yang disewa oleh militer Amerika Serikat. Pemilihan Darwin sebagai lokasi latihan bukan kebetulan belaka, namun juga memiliki nuansa politik dan militer. Seolah ada pesan dari Australiadan partisipan PSI lainnya kepada Indonesiaagar “memperhatikan” otot militer mereka yang jointness, balance, networked dan deployable.

Kedua, waktu latihan. Entah kebetulan atau tidak, Latihan Pacific Protector 06 digelar ketika hubungan Indonesia-Australia mengalami ketegangan akibat pemberian visa kepada 42 warga Papua. Sudah menjadi pengetahuan bahwa Australiaberkepentingan untuk menyebarkan sphere of influence-nya di wilayah Indonesia Timur dengan memanfaatkan ALKI III.Singkatnya,Australia ingin kontrolIndonesia atas ALKI III melemah, bahkan hilang sama sekali.

Pengalaman di Timor Timur menunjukkan bahwa pernyataan dukungan keutuhan Australia atas integritas wilayah Indonesia adalah formalitas diplomasi belaka. Adanya campur tangan Australia dalam  daerah-daerah konflik di sepanjang ALKI III, khususnya Papua dan Maluku mengindikasikan bahwa Australia ingin memegang kendali atas ALKI III, selain tentunya mengincar sumber daya alam yang melimpah di kawasan itu. Buku Putih Pertahanan Australia tahun 2000 menyatakan bahwa Australia tak akan segan-segan mengamankan “jalur pendekat” ke Australia dengan segala cara.

Ketiga, negara peserta latihan. Memperhatikan komposisi negara peserta latihan, dapat diambil kesimpulan bahwa, (i) negara-negara partisipan adalah pro Amerika Serikat, (ii) ada dua negara yang bukan negara Pasifik, yaitu Inggris dan Singapura, (iii) ada jaringan Five Power Defence Arrangement (FPDA)di dalamnya. Artinya, manuvera lapangan ini memiliki keterkaitan dengan agenda politik Amerika Serikat dan khususnyaAustralia. Seperti diketahui,Australia ingin meneguhkan posisinya sebagai Deputi Sheriff di kawasan Asia Pasifik.

Keterlibatan Inggris dan Singapura dalam Latihan Pacific Protector 06 dipastikan terkait dengan FPDA, meskipun memang keduanya partisipan PSI. Praktis ada empat negara anggota FPDA yang terlibat latihan, sementaraMalaysiadiberi status peninjau.Hal demikian melahirkan pertanyaan kritis yaitu ada apa di balik itu semua? Melalui latihan ini, terkesan Indonesiadi”contain” dari arah utara (Singapura danMalaysia) dan dari arah selatan (Australia dan Selandia Baru). Apakah ini memiliki keterkaitan dengan persiapan militer FPDA untuk masuk ke Papua di masa depan? Pengalaman di Timor Timur tahun 1999 menunjukkan bahwa pasukan Interfet yang masuk kesana menggunakan fasilitas FPDA.

3. Sikap Indonesia 

Menyikapi manuvera politik dan militer melalui Latihan Pacific Protector 06, Indonesiaharus mengambil sikap, baik secara politik maupun operasional. Secara politik, Indonesiadapat melakukan manuvera politik dengan menggalang kerjasama politik dan keamanan dengan Rusia, Indiadan Cina. Dalam hal ini, pemerintah (khususnya Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan) harus menjadi ujung tombaknya. Tujuan dari manuvera politik ini adalah untuk menembus “containment” yang dilakukan oleh Australia dan sekutunya.

Secara operasional, Angkatan Laut dapat melaksanakan kerjasama dengan negara-negara dimaksud. Misalnya, latihan bersama, patroli bersama, kunjungan muhibah, kerjasama intelligence exchange dan atau kunjungan pejabat teras Angkatan Laut. Tujuan dari manuvera operasional ini juga untuk menembus “containment” dimaksud.

4. Penutup

Demikian kajian ini dibuat sebagai bahan masukan.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Share via
Copy link
Powered by Social Snap