LATIHAN KEAMANAN MARITIM DI ASIA TENGGARA

1. Pendahuluan 

Latihan tahunan Angkatan Laut yang disebut SEACAT singkatan dari Southeast Asia Cooperation Against Terrorism yang  dilaksanakan pada minggu terakhir bulan Mei ini, merupakan latihan yang kelima yang diikuti oleh unsur-unsur Angkatan Laut dari Amerika Serikat (US NAVY), Brunei, Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura dan Thailand, didasarkan pada suatu skenario buatan. Tujuan latihan adalah untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan personil beserta unsurnya (kapal) Angkatan Laut negara-negara peserta dalam melaksanakan operasi intersepsi maritim (maritime interception operations) dalam kerangka keamanan maritim pada umumnya. Latihan yang selalu disponsori oleh Amerika Serikat, dalam hal ini US Navy/Pacific Fleet ini, adalah dalam upaya menggalang kerjasama multilateral negara-negara maritim di Asia Tenggara  (Navies Partner) untuk menanggulangi segala bentuk ancaman dilaut  dewasa ini. Program ini tidak lain merupakan implementasi dari kebijakan politik Amerika yang dituangkan dalam The National Security Strategy selanjutnya kedalam The National Military Strategy.

2. Latar Belakang

Strategi Keamanan Nasional  Amerika yang  dicanangkan oleh Presiden Bush pada bulan September 2002, mengandung 2(dua) points utama yaitu : Kesatu, “To strengthen alliances to defeat global terrorism and work to prevent attacks against us and our friends“ dan kedua “To prevent our enemies from threatening us, our allies, and our friends with Weapon Of  Mass Destruction (WMD)”. Jadi mudah dipahami bahwa penggunaan kekuatan Angkatan Bersenjata AS dhi Angkatan Laut, termasuk dalam melakukan latihan  baik sendiri maupun dalam bentuk gabungan dengan negara lain, akan selalu mengacu pada tujuan  politik yang sudah ditetapkan tersebut. Untuk  dapat mewujudkan  kebijakan ini  secara  strategis,  disusunlah apa yang disebut: Proliferation Security Initiatives (PSI), dengan tujuan utama menghentikan pengapalan laut dan udara  serta pengangkutan di darat dari senjata pemusnah massal (WMD)  beserta sistim pembawa/pendorongnya, material yang berkaitan di seluruh dunia termasuk Asia Tenggara. Sedangkan pelaksanaan di lapangan secara taktikal diwujudkan dalam cara melakukan interdiksi (pemegatan), visit, board, search and seizure (VBSS)  seperti yang  dilakukan dalam latihan ini.  Selain itu, sesuai dengan nama latihan ini SEACAT, bertujuan untuk membina kerja sama negara-negara di Asia Tenggara untuk memerangi terorisme khususnya di laut dalam segala manifestasinya. Bentuk lain dari operasi multilateral yang disponsori oleh AS adalah Maritime Security Operation (MSO) yang lebih menekankan pada penegakan hukum di laut, namun masih dalam bingkai yang sama.

3. Pelaksanaan 

Sekalipun beberapa negara ambil bagian dalam latihan SEACAT ini, tapi pada dasarnya latihan ini adalah bersifat bilateral dengan Amerika Serikat. Namun para perwira ALyang terlibat bekerja secara tim (tiap- tiap negara peserta mengirim utusan) di atas kapal komando USS Tortuga. Latihan yang dirancang dengan durasi selama satu minggu menekankan pada pentingnya saling memberikan Informasi melalui kerjasama multinasional antar negara peserta yang  teknis pelaksanaannya dituangkan  dalam suatu skenario di mana masing-masing peserta diberi kesempatan melatih cara-cara melakukan intersepsi maritim. Angkatan Laut peserta  menunjuk Perwira Penghubung (Liaison Officers) yang  ditempatkan  di kapal komando USS Tortuga dan mereka bertindak sebagai pusat informasi, sekaligus berperan sebagai kapal yang dicurigai sedang berlayar di Laut Cina Selatan.

Kapal-kapal perang US Navy yang dilibatkan adalah USS Crommelin (FFG 37), USS Hopper (DDG 70), Cutter USCG Sherman (WHEC 720), USS Salvor (ARS 52) MV Sgt. William R. Button (T-AK) dari The Military Sealift Command dan USS Tortuga (LSD 46) sebagai kapal markas. Kapal- kapal Angkatan Laut peserta diminta untuk melakukan “tracking” (penjejakan) terhadapTortuga dan Button di saat kapal-kapal tersebut melintasi perairan teritorial  negara mereka  dan melakukan tindakan yang tepat (appropriate action) menurut pertimbangan mereka, termasuk kemungkinan melakukan “boarding”. Selama aksi ini diharapkan kapal- kapal peserta latihan tetap melakukan komunikasi dengan LO masing-masing dan para LO ini meneruskan informasi kepada kapal peserta yang lain sesuai kebutuhan. Para LO di atas USS Tortuga bersama counterpart mereka perwira dari US Navy (perwira muda) akan berbagi pengalaman, berdiskusi tentang hal-hal yang berkaitan dengan operasi intersepsi Maritim kemudian mengembangkannya sesuai dengan doktrin masing-masing.

Dalam latihan ini personil Angkatan Laut Amerika yang sudah terlatih, juga akan memperagakan teknik-teknik: Visit, Board, Search, and Seizure (VBSS), disusul dengan demonstrasi oleh personil Coast Guard dalam cara-cara melakukan pengamanan dan penyelamatan di laut. Bila ditinjau dari segi materi, latihan  ini lebih ditujukan untuk meningkatkan profesionalisme khususnya perwira muda, seperti yang diungkapkan oleh komandan Gugus Tugas : “This is a great opportunity for our junior officers to gain some new insight into the thinking of professionals from other Navies”. Demikian juga bagi Angkatan Laut RI, secara operasi dan taktik materi latihan ini sudah merupakan “makanan sehari-hari“ para kru KRI , sehingga diharapkan tidak akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan. Latihan seperti ini mirip dengan Passex (Passing Exercise) yang sudah sering dilakukan oleh unsur-unsur KRI dengan US Navy. Yang perlu kiranya diperhatikan adalah penunjukan perwira muda yang akan menjadi LO. Untuk mengantisipasi bahwa latihan semacam ini akan semakin sering dilakukan, maka LO seyogianya ditunjuk perwira yang berkemampuan bahasa Inggris yang prima, baik lisan maupun tulisan. Karena latihan yang bersifat multinasional seperti ini, kemahiran berbahasa Inggris akan menjadi syarat utama, sebab bila tidak, maka kita hanya akan menjadi “penonton“ yang baik dan  keikutsertaan kita dalam latihan hanya sebagai pelengkap saja.

Selain itu, KRI  yang  diperintahkan  ikut  dalam latihan adalah KRI yang dapat diandalkan dalam arti memiliki peralatan sensor yang memadai. Melihat unsur-unsur US Navy yang dilibatkan, kita dapat menduga betapa mereka sangat serius dalam mengantisipasi masalah-masalah keamanan maritim dewasa ini dan yang terlebih penting lagi dalam menggalang kekuatan maritim regional dalam bentuk kerjasama multinasional untuk menanggulangi kegiatan terorisme maritim, seperti yang tercermin dalam nama latihan ini yaitu SEACAT. Selanjutnya dengan Gugus Tugas yang sama US Navy akan meneruskan latihan dalam bentuk yang lain, namun dengan negara-negara yang sama yaitu CARAT (Cooperation Afloat Readiness and Training), suatu latihan yang terjadwal tiap 3 (tiga) bulan.

4. Kesimpulan 

Pelibatan kekuatan Angkatan Laut Amerika Serikat secara global khususnya di wilayah Asia Tenggara apakah dalam bentuk operasi atau latihan dapat dipastikan  selalu dalam kerangka mengimplementasikan keputusan politik yang sudah ditentukan oleh pemerintahnya. Kebijakan di bidang keamanan khususnya keamanan maritim berintikan dua hal pokok yaitu Proliferation Security Initiative (PSI), dan mencegah terorisme di laut. Bentuk latihan terjadwal tiga bulanan seperti CARAT, dan latihan tahunan SEACAT serta latihan yang lain adalah aktualisasi operasional dan taktikal di lapangan yang bertujuan memberikan bekal ketrampilan dan pengetahuan serta menjalin kerjasama antar Angkatan Laut negara–negara peserta. Karena Amerika menyadari bahwa keamanan maritim khususnya di Asia Tenggara tidak dapat diwujudkan hanya dengan kekuatan mereka sendiri tetapi harus melibatkan negara-negara regional dalam bentuk kerjasama multinasional yang erat, seperti yang diakui oleh komandan Gugus Tugas SEACAT Captain Al Collins: “To be successful, maritime security has to be a collaborative effort”.

Secara politis Indonesia belum menjadi anggota PSI, namun secara strategis, operasional ikut serta dalam kegiatan latihan bersama negara-negara tetangga  dan US Navy. Sebagai negara maritim terbesar di Asia Tenggara sudah sewajarnya Indonesia memberikan perhatian yang besar dan serius terhadap masalah keamanan maritim. Keikutsertaan dalam latihan semacam ini menunjukkan komitmenIndonesiadalam masalah ini. Ditinjau dari segi kekuatan dan kemampuan, maka AngkatanLautRIdengan unsur-unsurnya yang dapat diandalkan menjadi kekuatan inti mengamankan kepentingan Nasional di laut. Latihan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan baik dilakukan sendiri maupun dalam bentuk gabungan akan selalu membawa manfaat bagi unsur maupun perorangan. Mengantisipasi latihan-latihan multinasional yang akan datang, khususnya SEACAT kita sebaiknya secara konsisten menyiapkan personil (perwira) yang cakap berbahasa Inggris agar kita dapat memetik manfaat yang sebesar-besarnya dari latihan tersebut.

5. Penutup 

Demikian kajian ini dibuat sebagai bahan masukan.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Share via
Copy link
Powered by Social Snap