KESIAPAN TNI AL MENUJU TAHUN 2020

1. Pendahuluan 

TNI-AL di usianya yang mendekati 62 tahun ini, perlu mengevaluasi kehadiran dan perannya selama ini. TNI-AL yang berada di era demokratisasi dan reformasi, kata yang terakhir yang mungkin perlu dipolemikkan. Betapa tidak, karena kata “reformasi” cenderung mengikuti irama politik, dan lebih diartikan kembali ke format awal. Pertanyaannya apakah TNI, bahkan TNI-AL sudah melenceng dari format aslinya sebagai pelaut dan marinir yang hakiki, tentu tidak bukan?

Kekuatan lautnya yang begitu besar di awal era Presiden Soekarno, pelan-pelan dikikis habis ketidakmampuan negara (baca: ketidak jelasan strategi ekonomi nasional, untuk membesarkannya minimal memeliharanya). Lebih jauh akar permasalahan adalah hilangnya kekuatan ekonomi dan pemerintahan yang bersih.[i] Ketidakjelasan strategi atau ketidakjelasan memformat kerangka trio m(eans), w(ways) dan e(nds) dan semakin tidak memfokuskan diri kepada kepentingan nasional saat ini (current interest) serta ancaman terhadap kepentingannya (national threats).

2. Rekapitalisasi Sumber Daya Manusia 

Patut disadari bahwa ketidakmampuan suatu negara menghadapi isu keamanan dan pemerintahan yang tidak bersih serta isu kejahatan transnasional; akan semakin menakutkan negara lain[ii] (baca: ancaman terhadap stabilitas regional dan lokal), dengan kondisi tersebut sudah pantas diberikan stigma “negara yang gagal” (failed-states). Tidak adanya dokumen tertulis tentang kepentingan nasional dan strategi keamanan nasional yang menjaminnya,[iii] semakin menggoyahkan kerangka struktur kekuatannya dikarenakan ketidakjelasan arah kepentingan nasional dan strategi keamanan nasional.[iv]

Diikuti dengan kelangkaan turunannya yakni strategi pertahanan nasional dan diakhiri dengan strategi militer nasional (TNI).[v] Disadari bahwa strategi ekonomi nasional menjadi sangat dominan dan sebaiknya dipatok menjadi fokus elit nasional. Ketidakhadiran instrumen instrumen ini beserta perangkat tersebut akan menyulitkan Angkatan-angkatan untuk membangun dirinya…….quo vadis ……et je ne sais pas? Namun ada pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan agar pembangunan TNI-AL akan tetap konsisten.

Tanpa kehadiran strategi-strategi itu, sulit bagi Angkatan manapun juga untuk mengangkat dirinya, meski berasumsi dana yang disediakan ada. Didahului dengan RMA yang dasarnya adalah perubahan teknologi, doktrin dan pelatihan, akan mendorong aktor-aktornya untuk menyongsong hari depan bangsa ini. Berangkat hanya dengan RMA, sekurang-kurangnya kapitalisasi sumber daya manusia yang sudah ada, baik tenaga inti maupun cadangan Angkatan dapat diberdayakan. Tantangan transformasi adalah melakukan proses dan sistem yang pantas untuk dilakukan menghadapi dunia nyata yang kompleks melalui RMA.

Pelaut, Marinir, pegawai negeri, industri pertahanan nasional merupakan aset dan manajemen sumber daya manusia yang harus menampilkan performa terbaik, efisien, fleksibel dan pantas melakukan yang terbaik dalam misinya. Performa yang terukur, baik sistem yang diawaki, maupun performa individual sendiri sangat dibutuhkan. Seperti kata konsep manajemen modern, bahwa outcome organisasi akan tergantung kepada ABC (activity based-costing), TQM (total quality management) dan BSC (balance score cards).[vi]

Tiga parameter pengukuran, sekurang-kurangnya dua berjalan sudah sangat sangat memadai, yakni ABC dan TQM, karena BSC relatif mirip-mirip dengan TQM. Meskipun dana sangat terbatas, dampak ketidakhadiran strategi ekonomi, tentu saja akan menyulitkan kehadiran struktur kekuatan yang mematikan (lethality). Sementara ancaman masih dalam bentangan asimetrik, dan atau dalam liputan di bawah low intensity conflict, yang berdampak  belum membutuhkan platform yang besar-besar, mengapa tidak melakukan “rekapitalisasi sumber daya manusia” atau “re-rekayasa sumber daya manusia”.

Artinya kenapa tidak melakukan “rekapitalisasi sumber daya manusia” dengan dua atau lebih baik lagi tiga (3) parameter seperti diatas, yakni ABC, TQM dan BSC. Gambaran sederhana sebagai contoh sebagian kecil dari “rekapitalisasi” itu adalah kenapa tidak melakukan “rekayasa ulang kurikulum”, sebagai bagian dari peningkatan kompetensi perwira TNI-AL. Juga “rekayasa ulang jumlah dan kualitas buku perpustakaan”. Hitung saja rata-rata tahun terbitan buku, bandingkan dengan tahun berjalan. Betapa ketinggalannya masalah buku (jumlah, kualitas dan area muatan) dan kompetensi yang harus digapai setiap perwira.

Rekapitalisasi ini akan meliput sistem personil TNI-AL, karenanya makalah ini akan banyak menyoroti sistem personil di TNI-AL. Beberapa faktor mendasari program rekapitalisasi ini.[vii] Pertama, menghargai personil kita sendiri. Kedua, mengembangkan personil. Ketiga, bergantung kepada sumber daya manusia sebagai sumber daya utama. Keempat,mendukung kesiagaan. Kelima,mendukung penyelesaian tugas.[viii] Paradigma transformasi dan strategi umum rekapitalisasi sumber daya manusia sebagai berikut:

 

Sumber: Department of The Navy Human Capital Strategy, June 2004, hal.10

 

Sumber: Ibid, hal.11

Gambar di bawah ini menunjukkan format kerjasama instrument kekuatan nasional dalam orkestrasi nasional menghadapi isu counter insurgency.

Gambar di bawah ini menunjukkan format kerjasama instrumen kekuatan nasional dalam “orkestra-nasional” menghadapi isu counter insurgency.

3. Kesimpulan 

Banyak cara  yang dapat dilakukan \, namun sambil menunggu “kehadiran” kepentingan nasional, strategi keamanan nasional dan strategi DIME-nya, utamanya perbaikan strategi ekonomi nasional (root-causes), yang berdampak terhadap pertumbuhan struktur kekuatan TNI-AL, mengapa tidak dilakukan “rekapitalisasi sumber daya manusia” sebagai strategi yang jitu. Toh, ancaman masih dalam struktur  asimetrik (generasi 4 GWOT), sekurang-kurangnya  masih dapat  berkoalisi sebagai maneuver yang termurah (freedom action) menghadapinya, toh ancaman itu adalah ancaman regional bahkan internasional. Kenyataannya, sumber daya manusia masih belum pernah disentuh bulat-bulat, masih sebatas retorika. Kuncinya, RMA — Transformasi — Rekapitalisasi sumber daya manusia. Menjawab strategi yang jitu dalam “rekapitalisasi sumber daya manusia”, dengan makalah ini penulis mengajak semua perwira TNI-AL bagaimana mewujudkannya dalam rencana kampanye mendukung strategi itu lebih rinci, yaitu world quality Navy’s personnels.

[i]. ”An Alternative National Security Strategy : Elevating  the Economics Instruments of National Power”,Strategic Research project, Lt.Col Stephen D Hawkins, USMC, halaman iii.
[ii].Ibid, halaman iii
[iii].“National Security Strategy : A Flawed Guide To The Future”,Seminar 8, Industrial College of the Armed Forces,National Defense University, 2003, halaman 1,…..requires the executive branch to periodically provide written documentation of the US National Security Strategy (NSS).
[iv]. “A Dynamic National Security Strategy : Creating Synergy Between Strategy, Forces and Resources”, US Army War College, Strategy Research Project, Lt Col Theresa L Barton, US Army, halaman 1……    …..to begin with .the President with  his top security adviser should provide an operational National security Strategy and National security Planning Guide ….dst.
[v].“Workshop One and Analysis”, US Naval War College, Deputy Secretary For The Navy, International Programs, Navy Sea Power 21 Allies project,December 2004, Cpt Richard Suttie,USN, titik 4.2.bunyinya a.l :the workshop first session find : …..………relevant components of superior national strategy documents for the US beginning with the national security strategy ….dst , continuing with the national defense, …, and ending with national military strategy.
[vi]. Diktat manajemen oleh DRMC, NPS, karangan Francoise Malese,…suksesnya organisasi = ABC+TQM+BSC
[vii]. “Department of The Navy Human Capital Strategy”, hal.8
[viii]. Ibid, hal.9

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Share via
Copy link
Powered by Social Snap