KEPENTINGAN INDONESIA DALAM INDIAN OCEAN NAVAL SYMPOSIUM

Oleh: Alman Helvas Ali

1. Pendahuluan 

Aspirasi politik Indiauntuk menjadi negara terdepan dalam isu keamanan di Samudera Indiakembali ditunjukkan melalui penyelenggaraan Indian Ocean Naval Symposium (IONS) pada 14-18 Februari 2008. Forum yang baru pertama kalinya diselenggarakan tersebut merupakan sarana interaksi antar Angkatan Laut negara-negara di sekitar Samudera India untuk bertukar pandangan mengenai kerjasama keamanan maritim kawasan. IONS merupakan suatu forum yang mengambil model forum Western Pacific Naval Symposium (WPNS) yang diikuti Angkatan Laut negara-negara di belahan Samudera Pasifik.

Sebagai forum interaksi antar Angkatan Laut kawasan, IONS yang diselenggarakan oleh Angkatan Laut Indiabekerjasama dengan Departemen Luar Negeri Indiamempunyai sasaran politik yaitu menegaskan peran penting (pivotal role) India dalam keamanan maritim di Samudera India. Sebagai negara pantai (littoral states) Samudera India, Indonesia tentu mempunyai kepentingan pula di perairan tersebut. Tulisan ini akan membahas tentang keamanan maritim di Samudera India dan implikasinya terhadap Indonesia.

2. Keamanan Maritim 

Sejak lama Indiamempunyai aspirasi untuk mengendalikan Samudera Indiamengingat posisinya yang strategis di antara Asia Barat dengan Asia Tenggara dan Asia Timur. Namun baru pada era 1990-an Indiamulai mengimplementasikan aspirasinya  seiring  pembangunan  kekuatan lautnya menuju status blue water navy seiring dengan kemajuan ekonomi. Alasan utama yang mendasari aspirasi negeri itu terhadap Samudera India adalah demi stabilitas keamanan kawasan perairan itu, karena stabilitas tersebut akan mempengaruhi kondisi keamanan nasional India.

Pentingnya stabilitas keamanan di Samudera Indiatak lepas dari aspirasi politik Indiauntuk menjadi pengendali perairan tersebut. Sebagaimana halnya negara-negara besar lainnya, Indiaingin menciptakan perimeter keamanan yang jauh dari wilayahnya. Perimeter keamanannya dirancang mulai dari Selat Malaka hingga ke Selat Hormuz dan dari pantai timur Afrika sampai ke pantai barat Australia.[i] Hal itu dikuatkan oleh Indian Maritime Doctrine yang menyatakan, “the Indian maritime vision for the first quarter of the 21st century must look at the arc from the Persian Gulf to the Straits of Malacca as a legitimate area of interest”.[ii]

Hirauan negara itu terhadap Samudera India antara lain menyangkut isu keamanan maritim. Beberapa wilayah di sekitar perairan itu dianggap rawan terhadap pembajakan di laut dan terorisme maritim, seperti Teluk Benggala, Laut Arab dan Laut Merah. Hal demikian disebabkan masih terjadinya instabilitas keamanan di sekitar Asia Barat dan Asia Selatan terkait perang terhadap terorisme dan separatisme (di Srilanka). Di samping itu, Samudera India juga merupakan SLOC yang memanjang dari Teluk Persia dan Laut Merah menuju Asia Timur. 

Oleh karena itu, tidak heran bila agenda IONS dirancang untuk membahas tentang kerjasama menghadapi tantangan pembajakan maritim, terorisme maritim dan keamanan SLOC di Teluk Benggala, Laut Arab dan Laut Merah. Selain itu, diagendakan pula pertemuan tertutup bersifat pribadi antar para Kepala Staf Angkatan Laut (Naval Chief’s closed-door conclave) negara-negara di sekitar Samudera India untuk membangun mekanisme penanganan keamanan maritim dan pengembangan interoperability antar Angkatan Laut.

Isu keamanan maritim di Samudera India terkait erat dengan globalisasi yang mengedepankan isu perdagangan bebas. Perdagangan bebas dapat tercipta bukan saja oleh penghapusan hambatan masuk produk dari suatu negara ke negara-negara lain, namun  harus  didukung  pula  oleh  kelancaran  arus  barang  dan  jasa. Seperti diketahui, perairan tersebut terhubung langsung dengan beberapa choke points dunia, seperti Selat Malaka, Selat Lombok, Selat Sunda dan Selat Hormuz. Dengan kata lain, kata kuncinya adalah perlindungan SLOC.

Dalam beberapa tahun terakhir, India melalui Angkatan Lautnya aktif melakukan kegiatan confidence building measures dengan Angkatan Laut lain di kawasan melalui berbagai kegiatan, seperti dialog, latihan bersama dan muhibah. Selain latihan Angkatan Laut multinasional bersandi MILAN yang melibatkan India dan Angkatan Laut beberapa negara ASEAN, negeri itu juga menggelar Latihan MALABAR yang sebenarnya bersifat bilateral dengan Amerika Serikat, namun dalam beberapa tahun terakhir telah melibatkan sejumlah negara sekutu Amerika Serikat semisal Jepang dan Australia. Latihan-latihan demikian selain untuk meningkatkan interoperability, juga memiliki tujuan politik yaitu menegaskan klaim India sebagai aktor utama kawasan Samudera India.

Dalam pengamanan Samudera India, selain mengandalkan pada Angkatan Laut, negara itu juga melibatkan Coast Guard. Sejak beberapa tahun lalu, pemerintah India melaksanakan program memperkuat Coast Guard, yang juga berada di bawah Kementerian Pertahanan. Serupa dengan Angkatan Laut India, Coast Guard India secara rutin melaksanakan latihan bersama dengan beberapa kesatuan serupa di kawasan, seperti Coast Guard Jepang. Coast Guard India juga bertindak sebagai focal point dalam implementasi ReCAAP, yang mana negara itu telah menjadi negara pihak.

Penguatan Coast Guard dan pembangunan Angkatan Laut secara berkesinambungan merupakan implementasi dari strategi nasional India untuk menjadi pemain utama di Samudera India, karena perairan itu diklasifikasikan sebagai legitimate area of interest. Fokus India terhadap isu keamanan maritim sebagaimana dicerminkan dalam IONS 2008, sebenarnya merupakan sasaran antara karena target utamanya adalah mengendalikan perairan tersebut. Aspirasi itu terkait dengan keinginan kuat India untuk memenangkan pertarungan geopolitiknya dengan Cina.

Saat ini India berada dalam skenario yang dirancang oleh Amerika Serikat untuk membendung Cina. Secara kebetulan, ada pertemuan kepentingan nasional antara kedua negara negara, yang mana Amerika Serikat berniat membendung Cina agar tak menjadi peer competitor, sedangkan di sisi lain India ingin menjadi aktor kawasan. Untuk itu, India mempunyai kebijakan Look East, yang berwujud jalinan kerjasama di berbagai bidang dengan negara-negara Asia Tenggara, termasuk di bidang pertahanan dan keamanan maritim. Dengan Indonesia misalnya, negara itu mempunyai ikatan dalam bentuk strategic partnership.

Kebijakan Look East mempunyai kaitan tak langsung dengan isu keamanan maritim, karena negeri itu telah memproklamasikan diri sebagai tunnel states Selat Malaka. Maksudnya pelayaran internasional dari arah Asia Barat menuju Selat Malaka harus melalui SamuderaIndia terlebih dahulu. Bukan sesuatu yang aneh bila pada 2004India mempunyai kesepakatan dengan Amerika Serikat mengenai pengawalan kapal niaga yang melewati Selat Malaka.Artinya,India berkepentingan terhadap keamanan Selat Malaka, meskipun tidak ada ancaman langsung dari perairan tersebut terhadap kepentingan nasionalnya.

Oleh karena itu, meskipun dalam agenda IONS tidak tercantum pembahasan khusus mengenai Selat Malaka, patut diduga hal itu akan disinggung dalam forum. Tidak perlu diragukan hirauan Indiaterhadap keamanan Selat Malaka, karena perairan itu merupakan salah satu choke point strategis di sekitar Samudera India. Nilai strategis Selat Malaka bagi India tidak terbatas pada keamanan maritim, tetapi juga pada pertarungan geopolitik dengan Cina. Meskipun Menteri Pertahanan India A.K. Antony dalam kunjungannya ke Malaysia 5 Januari 2008 menyatakan bahwa India tidak “meng-counter” Cina, namun banyak bukti behavior politik India di kawasan yang tidak mendukung pernyataan itu.

3. Kepentingan Indonesia 

Sebagai negara yang tengah tumbuh menuju kekuatan global, menyelenggarakan  IONS bagi India merupakan suatu prestise politik karena di dalamnya tersirat agenda pertarungan geopolitik kawasan. Hal itu sekaligus menunjukkan bahwa Angkatan Laut Indiakini memainkan peran sebagai highly effective provider of international security and national defence.[iii] Memang betul bahwa agenda tersurat IONS adalah membahas tentang kerjasama antar Angkatan Laut negara-negara di sekitar SamuderaIndia menghadapi tantangan keamanan maritim.

Di antara hal menarik dari rencana penyelenggaraan IONS adalah sikap Indiayang mengecualikan Cina dan Amerika Serikat sebagai peserta, dengan alasan kedua negara bukan littoral states. Alasan demikian benar adanya, akan tetapi hendaknya dibaca pula sebagai aspirasiIndia untuk menegaskan dirinya sebagai pengendali SamuderaIndia dan tidak menghendaki ada aktor lain disana. Meskipun India dalam beberapa tahun terakhir menjalin kerjasama yang erat dengan Amerika Serikat, termasuk kerjasama pertahanan, namun ada kekhawatiran akan kehadiran militer Amerika Serikat di Samudera India bagian barat India, yaitu di Laut Arab dan Teluk Persia.

Sebagaimana dinyatakan dalam Indian Maritime Doctrine, ”the unfolding events consequent to the war in Afghanistan has brought the threats emanating on our Western shores in to sharper focus. The growing U.S. and western presence and deployment of naval forces, the battle for oil dominance and its control in the littoral and hinterland…are factors that are likely to have a long-term impact on the overall security environment in the Indian Ocean Region”.

Adapun menyangkut Cina, selain bukan littoral states,India akan berusaha dengan segala cara untuk mencegah Cina memasuki SamuderaIndia. Sebagaimana halnyaAmerika Serikat,India pun tidak menghendaki Cina melalui Angkatan Lautnya mondar-mandir di perairan yang diklaim sebagai wilayah kepentingannya. Seperti diketahui, Cina aktif membuka akses politik ke perairan tersebut untuk mengamankan pasokan minyak dari Asia Barat.

Terkait dengan Selat Malaka, nilai strategis Selat Malaka bagi India sepertinya tidak  lepas dari scenario membendung (to contain) Cina. India juga memandang Selat Malaka sebagai pintu masuk ke Laut Cina Selatan yang diklaim oleh Cina sebagai “miliknya”. Oleh karena itu tidak heran kalau sejak beberapa tahun belakangan Angkatan Laut India aktif melaksanakan latihan bersama dengan beberapa negara pantai di sekitar Selat Malaka dan Laut Cina Selatan, khususnya Singapura. Bahkan lebih jauh, India telah “mencapai” Laut Filipina dalam bentuk Latihan Malabar 07-1 yang digelar di lepas pantai Okinawa pada 6-11 April 2007.

Konstelasi geopolitik hendaknya dicermati oleh Indonesia dalam menjalin kerjasama dengan negara-negara di kawasan, termasuk dengan India. Bagaimana pun, tidak dapat dibantah Indonesia mempunyai kepentingan nasional di Samudera India, baik dari aspek politik keamanan maupun ekonomi. Oleh karena itu, merupakan tantangan bagiIndonesiauntuk menyiapkan agenda kerjasama lebih luas menyangkut keamanan maritim di perairan tersebut.

Mengingat kebijakan politik luar negeri Indonesia kurang kondusif untuk mendukung kerjasama multinasional antar Angkatan Laut, sebaiknya TNI Angkatan Laut meningkat kerjasama bilateral pada aspek operasional dengan Angkatan Laut India untuk menjamin keamanan maritim, khususnya di Samudera India yang mengarah pada Selat Malaka. Kerjasama operasional bentuknya berupa latihan bersama (naval combined exercise) guna membangun interoperability dan kerjasama logistik (misalnya Mutual Logistic Agreement/MLA). Hal itu merupakan peningkatan kerjasama antar Angkatan Laut kedua negara yang selama ini baru mencakup Patroli Terkoordinasi INDINDO, Navy to Navy Talk dan kerjasama pendidikan.

Di samping itu, sudah sewajarnya pula bila TNI Angkatan Laut mengembangkan threat scenario keamanan maritim di Samudera India, khususnya di sekitar Selat Malaka. Dengan threat scenario demikian, Indonesia dapat mempersiapkan rencana kontinjensi untuk menghadapi ancaman dan tantangan di sana, baik secara unilateral, bilateral maupun multilateral. Threat scenario demikian secara politik memiliki dua makna.

Untuk konsumsi pihak internasional, bermakna kesiapanIndonesiauntuk menghadapi perkembangan keamanan di perairan itu sekaligus dapat menjadi alasan penolakan terhadap upaya pihak asing menangani keamanan maritim di wilayah perairan yurisdiksi. Sedangkan untuk konsumsi dalam negeri, menunjukkan kesiapan TNI Angkatan Laut merespons situasi keamanan di tengah keterbatasan anggaran pertahanan dan secara tidak langsung mungkin dapat dijadikan alasan bagi peningkatan anggaran TNI Angkatan Laut.

Hendaknya disadari bahwa Samudera Indiajuga merupakan life line bagi bangsaIndonesia, karena statusIndonesia kini sebagai negara importir minyak bumi. Terjadinya instabilitas di SamuderaIndia bukan tidak mungkin akan mengganggu pasokan minyak bumi keIndonesia, yang dapat berujung pada instabilitas di dalam negeri. Seperti diketahui,Indonesia belum mempunyai cadangan minyak strategis yang dapat dikeluarkan sewaktu-waktu oleh pemerintah, yang ada hanya cadangan pasokan BBM Pertamina untuk 22 hari.

4. Pelajaran Yang Dapat Ditarik 

Inisiatif Angkatan Laut Indiabersama Kementerian Luar Negeri menggelar IONS 2008 memberikan beberapa lessons learned bagi Indonesia. Pertama, dibutuhkan keterpaduan kebijakan pertahanan dan luar negeri. Kegiatan defense diplomacy yang ingin dikembangkan bukan sebagai tandingan Departemen Luar Negeri, tetapi berada dalam bingkai politik luar negeri. Selama ini, ada kesan bahwa hubungan antara aktor pertahanan dan aktor politik luar negeri di Indonesia tidak terlalu bersinergi. Kebijakan politik luar negeri Indonesia yang going no where pada kenyataannya mempersulit peran aktor pertahanan untuk menjadi kekuatan yang diperhitungkan di kawasan Asia Pasifik, minimal di Asia Tenggara.

Kedua, TNI Angkatan Laut dapat menjadi inisiator keamanan maritim kawasan Asia Tenggara. Pada 2004, TNI Angkatan Laut telah mewujudkan pihaknya sebagai inisiator keamanan maritim di Selat Malaka melalui gagasan Patroli Terkoordinasi di perairan  itu. Ada  baiknya  prestasi  tersebut  dinaikkan  tingkatannya  menjadi Asia Tenggara, karena dua pertiga kawasan Asia Tenggara adalah perairan Indonesia sehingga sudah sewajarnya bila TNI Angkatan Laut menjadi effective provider of regional security.

Bentuknya bisa berupa peningkatan pertemuan Kepala Staf Angkatan Laut tiga negara pantai di sekitar Selat Malaka menjadi forum yang melibatkan para Kepala Staf Angkatan Laut negara-negara ASEAN lainnya plus beberapa negara pengguna utama, seperti Jepang, Cina, Australia, Amerika Serikat dan Korea Selatan. Fokusnya tentu saja tidak terbatas lagi pada keamanan di Selat Malaka, namun di Asia Tenggara secara keseluruhan. Untuk menuju ke situ, dibutuhkan kesiapan nasional agar atmosfir forum tersebut adalah kepentingan nasional Indonesia dan bukan kepentingan pihak lain.

5. Penutup 

Partisipasi Indonesia dalam IONS 2008 harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan nasional. Meskipun forum tersebut dirancang dalam atmosfir kepentingan nasional India, sudah sewajarnya bila Indonesia mampu memberikan warna dalam IONS. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya bila Indonesia menyiapkan diri dengan beragam inisiatif kerjasama yang realistis dan sekaligus dapat bermanfaat bagi capacity building TNI Angkatan Laut.

[i]. Berlin, Donald L. “India In The Indian Ocean”, Naval War College Review, Spring 2006, Vol.59, No.2, hal.60
[ii]. Integrated Headquarters of The Ministry of Defence (Navy), “Indian Navy’s Vision Document”. May 2006.
[iii]. Gupta, Manoj. “Indian Navy Sea Power 2020”, Journal of the Australian Naval Institute, Autumn 2007, hal.39

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Share via
Copy link
Powered by Social Snap