Kajian Singkat: “Biaya Pertahanan nasional dalam APBN”

Kajian Singkat: “Biaya Pertahanan nasional dalam APBN”

Oleh : Budiman Djoko Said

Latar belakang

Isu Rupiah dalam (total) APBN pertahanan RI yang begitu kecil adalah isu rutin dan klasik. Perlu dikritisasi 2/3 dari angka tersebut (kl) di sumbangkan (hanya) oleh rutin belanja pegawai sipil/militer. Lebih membingungkan apabila ditinjau dari konsep biaya, biaya untuk belanja pengawai, rutin ; dll bukanlah komponen biaya yang sesuai—berhandai handai struktur APBN pertahanan adalah estimasi (baca konsekuensi) total “biaya” guna meningkatkan kesiagaan TNI pada derajad tertentu. Benarkah struktur tersebut menggambarkan realita konsekuensi biaya [1] yang dikeluarkan negara guna membangun kesiagaan TNI dan diyakini dapat memberikan effek kapabilitas operasional tertentu terhadap lawan[2]?

 

Bermacam – macam biaya

Umumnya biaya adalah semua upaya, energi, dan ongkos yang diperlukan guna mendukung setiap kegiatan[3]. Secara khusus; biaya adalah konsekuensi kegiatan. Konsekuensi ini adalah keputusan atau pilihan—pilihan atau keputusanlah sang pemilik biaya[4]. Biaya  digunakan untuk kepentingan analisis spesifik , misal  biaya marginal , biaya rata rata, dan biaya total. Adalagi biaya yang digunakan untuk waktu panjang, bagi kepentingan analisis yang berbeda; serta kepentingan pilihan/keputusan spesifik; misal biaya material, biaya pekerja (labor cost), biaya pengadaan (procurement cost), biaya operasional (operating cost), biaya pemeliharaan (maintenance cost) ,dll.  Atau biaya dalam pengertian mengait tidaknya dengan sistem masalah yang sedang dicermati, yakni biaya relevan (relevant cost), biaya irelevan (irrelevant cost)[5] dan biaya sepanjang umur efisiensi (total life cycle cost) [6] . Dalam jangka panjang lebih dipentingkan biaya relevan, biaya yang sudah lewat adalah biaya yang hilang (sunk cost). Misal: biaya konstruksi platform dan pendorongan kapal yang sudah terbangun adalah biaya yang hilang dan tidak relevan lagi.

Relevan tidaknya bergantung kepada obyektif sistem yang sedang diminati pengambilan keputusan. Bila obyektif sistem masalah adalah mengoptimalkan daya tembak (output), maka biaya pengiriman dan pemasangan fondasi sista bukan biaya yang relevan. Dengan analogi yang sama berasumsi struktur anggaran tersebut dibangun guna menunjang performa “kesiagaan alut sista TNI” yang optimal, jelaslah sruktur gaji PNS dan Militer yang maksimum-pun tidak relevan sebagai konsekuensi biaya [7] .

 

Simpulan Singkat

Alokasi anggaran dan strukturnya belum mencerminkan kearah  performa kesiagaan alut sista TNI yang memadai. Sebaiknya gaji rutin, dll dikeluarkan dari komponen biaya pertahanan, konsekuensinya anggaran yang benar-benar relevan menjadi sangat kecil, namun setidak-tidaknya pengambil keputusan (plus anggota DPR) dan analis biaya bisa melihat dengan jelas besaran unit biaya (unit cost) riil, guna perbaikan struktur mendatang yang realistik menunjang performa kesiagaan TNI, semoga saja.

 


[1]  Konsep analisis ekonomik/anggaran selalu melihat bahwa biaya (cost) yang dikeluarkan atau disiapkan adalah konsekuensi kegiatan ~ konsep ABC (activities-based costing) — pilih kegiatan yang bermutu , barulah mengkais anggaran, bukan dibalik—kaislah anggaran lebih dahulu baru carilah kegiatan yang bisa didukung. Konsep ini diinisiasi oleh Cooper dan Kaplan dari konsep akuntasi tradisional, diberdayakan lebih modern dan lebih memberikan informasi yang berguna bagi manager untuk perbaikan kegiatan dan proses rincian didalamnya—periksa juga Callahan,Robert.W, et-all, Cpt USAF, MS in Logistics Management , 1994, Thesis US Air Force Institute Of Technology, tahun 1994, dgn judul “  Applicability of an Acitivity  Based Cost System Within Govt Service Organizations “ , halaman 19. Konsep modern ini tentu saja menghapus mithos selama ini bahwa biaya adalah “kendala”. Kalau struktur tersebut memang dimaksud hanya mendukung kegiatan administrasi dilingkungan KemHan dan TNI bisa saja dikatagorikan biaya yang relevan (relevant cost), tetapi bukan sesederhana itu maksud alokasi anggaran ini bukan ? Karena itu masihkah relevan biaya rutin belanja pegawai sipil/militer Kemhan?

[2] Ukuran effektifitas alut sista (atau MOE = measures of effectiveness) tentu saja diorientasikan kepada sasaran atau lawan, bukan ukuran “by design” pabrik, seperti kekuatan menanjak, kecepatan menukik, laju jelajah, jarak capai maksimum, jarak tembak maksimum, jumlah peluru per detik, dll yang nota bene belum menjamin besarnya dampak terhadap lawan.  “By design” pabrik lebih ditekankan pada arti “ability” atau kesanggupan atau kebisaan saja, masih jauh dari arti kapabilitas  sesungguhnya yang selalu dikaitkan dengan ukuran dampaknya terhadap lawan. Sementara ini sehari-hari dengan mudahnya dan gampangnya sering dijumpai dalam dokumen tertulis yang menyebutnya sebagai kemampuan.

[3] Biaya (cost) bukan berupa nominal rupiah saja, namun jumlah material, korban, energi ,upaya ,dll yang digunakan.

[4] Angelis, Diana.I,DRMI,US Naval Post Graduate School, 2006, “ Cost Concept and Analysis”, slide # 1,… Any course of action, any decision , will exact a cost. Cost is a measure of the consequences of our decision. Juga periksa Fisher,Gene.H, RAND,Elsevier, 1975, “ Cost  Considerations in System Analysis “, halaman 44.

[5] Fisher,Gene.H, RAND,Elsevier, 1975, “ Cost Considerations in System Analysis “, halaman 32-35.

[6] Total life cycle cost adalah semua anggaran yang digunakan mulai sista atau alut atau platform direncanakan diproduksi sampai  umurnya habis (book value “zero”). Kalau diikuti akan mencapai angka yang besar sekali, namun itu dalam jangka waktu panjang, penggalan kebutuhan tahunan itulah yang dmasukkan dalam DIK/DIP tahun berjalan. Tanpa mengikuti disiplin total life cycle cost per alut sista , maka pelaksana dilapangan setiap kali akan kebingungan mencari biaya pemeliharaan, modernisasi , perbaikan berkala, dll, selama tahun berjalan sepanjang umur effisiensinya. Akibatnya harga kesiagaan alut sista berpeluang menurun drastis.

[7] Besarnya gaji PNS dan Militer tidaklah mungkin digunakan langsung atau relevan terhadap komponen biaya sebagai konsekuensi mendukung kesiagaan alut sista TNI ~  masuk   “ dapur ” masing masing keluarga PNS dan Militer. Bila obyektif alut sista diorientasikan untuk mencapai derajad tertinggi kesiagaannya, maka variabel-variabel seperti (biaya) kesiapan teknis alut sista harus 100%, baik pendorongan maupun sistanya (andal=probabilita tidak rusak), biaya seleksi kepemimpinan yang ketat terhadap  alut sista tersebut, biaya operator yang terlatih terus menerus berlatih dilapangan dgn alut sista tersebut dan mencapai performa terbaik terhadap hasil tembakan atau daya gempurnya atau melalui simulator terus menerus, biaya kesiapan material dan sucadnya, biaya kesiapan inventory, biaya modernisasi sistem, biaya pemeliharaan dan perbaikan yang disiplin harus dijalankan, dll,  — total biaya inilah menjadi sangat relevan bagi kesiagaan alut sista TNI, bukan lagi gaji PNS atau Militer.

 

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Share via
Copy link
Powered by Social Snap