1. Pendahuluan
India merupakan kekuatan regional yang memainkan peranan penting dalam stabilitas keamanan kawasan Asia Pasifik, khususnya di Asia Selatan dan sekitar kawasan SamuderaIndia. Selain itu, India juga termasuk negara pemiliki senjata nuklir bersama Pakistan di kawasan Asia Selatan. Peran India dalam stabilitas keamanan Asia Pasifik tidak dapat diabaikan begitu saja, terlebih negara itu mempunyai kinerja ekonomi yang bagus dalam satu dekade terakhir dan diramalkan akan menjadi kekuatan ekonomi dunia.
Indonesia sebagai negara Asia Tenggara yang berbatasan langsung dengan India dan Samudera India juga memainkan peranan penting dalam stabilitas keamanan kawasan Asia Pasifik, karena mempunyai empat choke points pelayaran internasional di wilayahnya. Terkait isu stabilitas keamanan kawasan, salah satu kepentingan nasional Indonesia adalah mengamankan wilayah perairan yurisdiksinya yang bersinggungan dengan kepentingan bangsa-bangsa lain.
Untuk mengamankan kepentingan nasional tersebut, selain secara unilateral, dapat pula dilakukan secara bilateral maupun multilateral dalam bentuk kerjasama keamanan dengan negara-negara lain. Naskah ini akan membahas tentang isu-isu keamanan Indonesia-India. Isu-isu keamanan Indonesia-India dinilai penting untuk diidentifikasi agar kerjasama keamanan yang terjalin antar kedua negara tidak merugikan kepentingan nasional Indonesia.
2. Posisi India Dalam Keamanan Kawasan
Salah satu kepentingan nasional (vital interest) India adalah integritas wilayahnya dan isu ini merupakan isu keamanan yang dihadapi negeri itu sejak merdeka pada 1947. Perebutan wilayah Kashmir yang melibatkan India dan Pakistan membuat kedua negara telah beberapa kali terlibat perang yaitu pada 1947, 1965 dan 1971. India hingga saat ini menguasai sebagian besar wilayah Kashmir, sisanya di bawah kendali Pakistan. Selain dengan Pakistan, India juga mempunyai masalah wilayah dengan Cina yang juga terletak di wilayah Kashmir dan pecah menjadi perang India-Cina pada 1962.
India yang terletak di kawasan Asia Selatan sudah lama mempunyai aspirasi politik menjadi pemain utama di kawasan itu. Aspirasi politik itu antara lain diwujudkan dengan peran dominan Indiadi dalam organisasi regional SAARC (South Asia Association for Regional Cooperation). Sebagai contoh, India pada 1989-1991 mengirimkan militernya ke Srilanka untuk membantu pemerintah Srilanka menumpas pemberontakan Organisasi Pembebasan Macan Tamil Eelam (Liberation Tigers of Tamil Eelam/LTTE), yang harus dibayar mahal dengan kematian Perdana Menteri Rajiv Gandhi akibat bom bunuh diri gerilyawan LTTE di tahun 1991.
Kepentingan nasional Indiaberikutnya adalah stabilitas keamanan di kawasan Samudera India (Indian Ocean Region/IOR), karena seluruh wilayahIndia yang berbatasan dengan laut dikelilingi oleh SamuderaIndia.India memandang SamuderaIndia sebagai halaman belakang dan menganggap fungsiIndia sebagai pemimpin dan mempunyai pengaruh utama di kawasan sekitarnya. Oleh karena itu, tidak heran bilaIndia sejak dekade 1980-an aktif merangkul negara-negara di sekitar SamuderaIndia untuk mengadakan pertemuan tahunan membahas kerjasama di perairan itu. Indonesia juga terlibat dalam pertemuan tahunan tersebut, meskipun sepertinya kurang aktif.
Pentingnya stabilitas keamanan di Samudera India tak lepas dari aspirasi politik India untuk menjadi pengendali perairan tersebut. Sebagaimana halnya negara-negara besar lainnya, India ingin menciptakan perimeter keamanan yang jauh dari wilayahnya. Perimeter keamanan Indiadirancang mulai dari Selat Malaka hingga ke Selat Hormuz dan dari pantai timur Afrika sampai ke pantai barat Australia(Donald L. Berlin, “India In The Indian Ocean”, Naval War College Review, Spring 2006, Vol.59, No.2). Hal itu dikuatkan oleh Indian Maritime Doctrine yang menyatakan, “the Indian maritime vision for the first quarter of the 21st century must look at the arc from the Persian Gulf to the Straits of Malacca as a legitimate area of interest”.
Untuk mendukung aspirasi itu, yang diterjemahkan dalam program pembangunan kekuatan Angkatan LautIndia, di mana kini Angkatan LautIndiamerupakan salah satu Angkatan Laut terkuat di kawasan Asia Selatan. Di atas kertas, Angkatan Laut India mempunyai kapal perang dengan jumlah yang cukup banyak, termasuk dua kapal induk, namun sebagian dari armada itu berusia tua.Untuk menguji coba kemampuan Angkatan Lautnya melaksanakan operasi Angkatan Laut jarak jauh, India secara rutin memprogramkan kunjungan muhibah ke negara-negara di sekitar Samudera India, termasuk ke Indonesia seperti pada Juli 2005 lalu.
Aspirasi untuk mengendalikan SamuderaIndiadalam kenyataannya harus melihat fakta di lapangan, bahwa perairan itu secara realitas berada dalam pengendalian Amerika Serikat. Selain memiliki pangkalan di Pulau Diego Garcia, armada Angkatan Laut Amerika Serikat juga terkonsentrasi di Laut Arab dan TelukPersiayang tak jauh dari wilayahIndia. Konsentrasi armada Angkatan Laut Amerika Serikat di Laut Arab merupakan bagian dari perang terhadap terorisme yang digelar di Afghanistan dan Irak.
Dari uraian singkat sebelumnya, dapat ditarik garis merah bahwa India mempunyai interaksi secara langsung dengan kekuatan dunia dan regional, yaitu Amerika Serikat, Cina dan Pakistan. Interaksi tersebut ada yang harmonis, kurang harmonis dan bahkan konflik. Interaksi India dengan ketiga kekuatan mengalami perubahan pasca 11 September 2001, khususnya dengan Amerika Serikat sebagaimana dinyatakan oleh Donald L. Berlin, memudahkan India untuk bekerjasama dengan sekutu dan teman Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik.
Menyangkut hubungan India-Amerika Serikat, pada satu sisi ada kekhawatiran India akan kehadiran militer Amerika Serikat di Samudera India bagian barat India, yaitu di Laut Arab dan Teluk Persia. Sebagaimana dinyatakan dalam Indian Maritime Doctrine, ”the unfolding events consequent to the war in Afghanistan has brought the threats emanating on our Western shores in to sharper focus. The growing US and western presence and deployment of naval forces, the battle for oil dominance and its control in the littoral and hinterland…are factors that are likely to have a long-term impact on the overall security environment in the Indian Ocean Region”.
Namun pada sisi lain, pada 2005 dan 2006 India telah dua kali menggelar latihan bersama Angkatan Laut (naval combined exercise) dengan Amerika Serikat. Dalam latihan bersandi MALABAR 05 dan MALABAR 06 Angkatan Laut kedua negara mengadakan manuver lapangan di SamuderaIndia. Selain latihan bersama, pada 2002 kedua negara telah sepakat bekerjasama dalam bidang keamanan maritim, di mana Angkatan Laut India memberikan perlindungan pada perkapalan Amerika Serikat di Selat Malaka.
Pada tingkat strategis, hubungan India-Amerika Serikat ditandai dengan kesepakatan kedua negara untuk kerjasama nuklir sipil pada Juli 2005. Melalui kerjasama tersebut, Amerika Serikat sepakat memberikan teknologi nuklir kepada India, dengan imbalan India setuju dilakukannya pengawasan terhadap 14 reaktor nuklirnya untuk menjamin bahan bakar nuklir yang ada di sana tidak digunakan untuk membuat senjata nuklir. Dengan adanya kerjasama itu, secara de facto Amerika Serikat mengakui India sebagai kekuatan nuklir.
Yang mengganjal adalah kesepakatan Amerika Serikat-India menyangkut nuklir melahirkan banyak tanda tanya, karena India hingga saat ini belum mau menandatangani Non Proliferation Treaty (NPT). Selain itu, sebenarnya masih ada 8 reaktor nuklir India yang tidak tercakup dalam kesepakatan kedua negara, sehingga dikhawatirkan akan memproduksi senjata nuklir tanpa ada pihak yang mengawasinya.
Di samping kesepakatan nuklir, pada Juni 2005 kedua negara telah menandatangani kesepakatan bilateral bertajuk New Framework for the US-India Defense Relationship. Melalui kesepakatan bilateral itu, kedua negara setuju untuk meningkatkan kerjasama di bidang perdagangan pertahanan (defense trade), pencabutan kendali ekspor Amerika Serikat terhadap banyak teknologi militer sensitif dan joint monitoring and protection of critical sea lanes.
Kedekatan hubungan India-Amerika Serikat didorong oleh beberapa faktor, yaitu isu Cina, terorisme internasional dan ekstremisme. Cina seperti diketahui merupakan sekutuPakistandan dalam beberapa tahun terakhir giat melaksanakan kegiatan kerjasama dengan negara-negara lain yang berbatasan dengan SamuderaIndia. Sebagai contoh, Cina membantu konstruksi pangkalan Angkatan Laut Pakistan di Gwadar, Pakistan. Juga terdapat aktivitas Cina di Myanmar seperti membangun jalan, bandar udara, rel kereta api, jaringan pipa dan konstruksi pelabuhan yang akan menghubungkan secara langsung Cina dengan Samudera India.
Ada kecurigaan kuat di India bahwa Cina melakukan kegiatan intelijen terhadap operasi Angkatan Laut India dan kegiatan uji coba rudal dari fasilitas pemantauan komunikasi yang berada di Pulau Coco di Teluk Benggala. Kehadiran Cina di Samudera India sendiri tidak lepas dari upaya untuk mengamankan jalur hidupnya, khususnya pasokan minyak yang membentang dari Teluk Persia, Samudera India, Selat Malaka, Laut Cina Selatan hingga ke Laut Cina Timur.
Di samping mempererat hubungan dengan Amerika Serikat, politik luar negeri India saat ini juga mencoba menyeimbangkan pendekatan ”Memandang Ke Timur” dan ”Memandang Ke Barat”. Tanpa mengabaikan negara-negara di kawasan timur Samudera India, India sejak beberapa tahun terakhir giat mempererat hubungan dengan negara-negara di kawasan barat Samudera India, baik di Timur Tengah maupun di Afrika.
Untuk kawasan Timur Tengah, kerjasama India dengan negara-negara di sana terkait dengan isu keamanan energi (pasokan minyak) dan pengadaan senjata. Apabila isu keamanan energi menyangkut hubungan India dengan Iran dan negara-negara Teluk penghasil minyak, maka pengadaan senjata terkait dengan Israel. Menurut catatan, Israel adalah pemasok kedua terbesar senjata bagi India setelah Rusia dan India adalah pasar terbesar senjata Israel. Bahkan konon Cina mensinyalir bahwa Israel memberikan teknologi rudal bagi pengembangan rudal Agni III kepada India. (Donald L. Berlin, “IndiaIn TheIndian Ocean”, NavalWarCollegeReview, Spring 2006, Vol.59, No.2).
Sedangkan dengan negara-negara Afrika, India saat ini aktif melaksanakan kunjungan muhibah Angkatan Laut ke negara-negara seperti Tanzania, Mozambik, Mauritius, Afrika Selatan, negara-negara di Tanduk Afrika (Jibouti) dan Seychelles. Kunjungan muhibah tersebut antara diisi dengan manuver lapangan dan patroli bersama, seperti yang dilaksanakan bersama Mozambik. Selain itu,Indiajuga menerima personel militer dari negara-negara tersebut untuk dilatih di berbagai lembaga pendidikan militer di India.
Adapun tentang politik “Memandang ke Timur” yang dianut oleh India, Indiaterus berupaya meningkatkan kerjasama dengan ASEAN. Sejak 1996Indiatelah menjadi negara mitra ASEAN Regional Forum. Dan pada akhir 2004 saat KTT ASEAN di Vientiane, India dan 10 negara anggota ASEAN menandatangani pakta historis untuk perdamaian, kemajuan dan kemakmuran bersama. Dari 10 negara anggota ASEAN, ada tiga negara yang dianggap penting oleh India untuk dirangkul sebagai cara untuk “menetralisasi” perluasan pengaruh Cina di Laut Cina Selatan dan Samudera India, yaitu Myanmar, Thailand dan Singapura.
Hubungan India-Singapura perlu mendapat perhatian tersendiri, khususnya menyangkut kerjasama keamanan. Pada 2003 India-Singapura telah menandatangai pakta keamanan yang mengatur tentang latihan Angkatan Laut, Angkatan Darat dan Angkatan Udara. Khusus untuk latihan Angkatan Laut, kedua negara pada Februari-Maret 2005 untuk pertama kalinya mengadakan manuver lapangan di Laut Cina Selatan. Sebelumnya, latihan laut kedua negara diselenggarakan perairan Andaman-Nikobar atau di perairan India lainnya.
3. Sikap Indonesia Terhadap Aspirasi India
Dalam beberapa tahun terakhir, kerjasama keamanan Indonesia-India mengalami kemajuan dibandingkan era sebelumnya. Bentuk kerjasama keamanan kedua negara antara lain adalah INDINDO Coordinated Patrol di perbatasan kedua negara di Laut Andaman yang merupakan pintu masuk Selat Malaka. Kedua negara memang saling berkepentingan akan keamanan Selat Malaka, meskipun berangkat dari kepentingan nasional yang berbeda. Isu Selat Malaka merupakan salah satu isu dalam hubungan Indonesia-India.
Sebagai kekuatan regional yang berambisi menjadi kekuatan global, India sangat berkepentingan dengan isu keamanan Selat Malaka. Isu keamanan Selat Malaka bagi India sudah jelas bukan semata menyangkut keamanan maritim, namun juga bagaimana bisa membendung (to contain) Cina agar tidak memperluas pengaruhnya ke Samudera India dan sebaliknya memperluas pengaruh India ke Laut Cina Selatan. Di samping itu, secara bilateral India telah mempunyai kesepakatan dengan Amerika Serikat untuk mengamankan perkapalan Amerika Serikat yang melintas di Selat Malaka.
Sikap politik Indonesiadalam isu keamanan Selat Malaka sudah jelas yaitu lending hands but not step in. Sejak beberapa tahun terakhir, ada indikasi bahwa Singapura berupaya menarikIndia ke Selat Malaka karena Singapura paham akan aspirasi politikIndia dan hendak memanfaatkannya demi kepentingan nasionalnya. Langkah Singapura yang demikian akan berimplikasi besar pada stabilitas keamanan di kawasan, karena akan mengundang kekuatan lain untuk turut masuk ke Selat Malaka atas nama melindungi kepentingan nasionalnya.
Artinya, bukan tidak mungkin Selat Malaka ke depan akan menjadi ajang rebutan pengaruh antar negara-negara kawasan, tidak lagi terbatas pada isu keamanan maritim. Isu keamanan maritim hanya menjadi pintu masuk bagi kekuatan ekstra kawasan, namun setelah masuk di sana isunya berubah. Sudah menjadi rahasia umum dalam persaingan antara India, Jepang dan Amerika Serikat versus Cina, masing-masing pihak tidak menginginkan Selat Malaka dikendalikan oleh pesaingnya.
Untuk meng-counter langkah Singapura, sudah sewajarnya Indonesia melakukan pendekatan melalui berbagai saluran yang tersedia, untuk meyakinkan India bahwa masuknya kekuatan ekstra kawasan ke Selat Malaka dengan dalih mengamankan perairan itu akan kontra produktif bagi stabilitas keamanan kawasan Asia Pasifik. Indonesia hendaknya dapat meyakinkan India bahwa prinsip lending hands but not step in akan lebih fektif menjamin keamanan Selat Malaka daripada turut campur langsung untuk pengamanannya.
Terkait dengan prinsip lending hands but not step in, ada baiknya bila Indonesia menjajaki kerjasama capacity building dalam bentuk yang lebih maju daripada yang telah dilaksanakan secara bilateral saat ini. Seperti diketahui, India mempunyai industri pertahanan yang cukup maju, sehingga diharapkan India mau membantu Indonesia meningkatkan kemampuannya untuk menangani keamanan maritim. Sebagai contoh, India telah menguasai teknologi Unmanned Aerial Vehicle (UAV) yang kini digunakan oleh Angkatan Lautnya untuk mengamati perairan di sekitarnya dari Laut Arab hingga Selat Malaka.
Isu lainnya adalah masalah kerjasama keamanan India-Singapura. Kerjasama keamanan kedua negara antara lain adalah latihan bersama Angkatan Laut, yang pada Februari-Maret 2005 digelar di Laut Cina Selatan. Masalah wilayah latihan di Laut Cina Selatan merupakan isu krusial dalam upaya merumuskan perjanjian keamanan Indonesia-Singapura yang diharapkan lebih menguntungkan Indonesia. Sampai saat ini, perjanjian keamanan Indonesia-Singapura belum disepakati karena terdapat beberapa isu krusial, termasuk di dalamnya wilayah perairan yurisdiksi Indonesia yang digunakan latihan oleh Singapura dan seringkali melibatkan pihak ketiga.
Latihan Angkatan Laut India di Laut Cina Selatan dari perspektif India dipandang sebagai upaya untuk mengirimkan pesan politik kepada Cina yang merupakan pesaingnya. Namun dari perspektif Indonesia, latihan itu dilaksanakan di wilayah perairan yurisdiksi Indonesia tanpa seijin Indonesia. Untuk mencegah agar hal serupa tak terjadi lagi di masa mendatang dan selama perjanjian keamanan Indonesia-Singapura belum disepakati, sudah sewajarnya Indonesia melalui berbagai saluran yang ada menyampaikan sikap menyangkut latihan bersama Singapura di Laut Cina Selatan.
Isu keamanan energi adalah isu berikutnya dalam hubungan Indonesia-India. Indonesia sejak beberapa tahun lalu telah menjadi negara importir minyak, di mana jalur pasokan minyak Indonesia memanjang dari Teluk Persia dan atau Laut Merah hingga ke Selat Malaka melalui wilayah perairan India. Untuk menjamin keamanan pasokan minyak Indonesia, ada baiknya bila Indonesia merintis kerjasama dengan India untuk mengamankan jalur tersebut.
Pengamanan jalur pasokan minyak tidak identik dengan pengawalan (to escort) kapal-kapal tanker yang berlayar menuju Indonesia, namun dapat berupa komitmen politik untuk menjamin keamanan jalur pelayaran di sekitar perairan India. Sebagai imbal baliknya, Indonesia dapat pula berkomitmen untuk melindungi keamanan jalur pelayaran India ke Asia Timur yang melintasi perairan Indonesia. Apabila skenario demikian terwujud, ada kemungkinan terbukanya peluang lain bagi Indonesia untuk capacity building dengan India, khususnya untuk kekuatan maritim.
Pemikiran ini terkait pula dengan rencana pembangunan kekuatan Angkatan Laut RI yang di antaranya adalah pengadaan alutsista dari Rusia. Sebagai negara yang telah lama mengoperasikan alutsista asal Rusia, India tentu mempunyai pengalaman yang dapat didalami oleh Indonesia dalam mengoperasikan dan memelihara alutsista tersebut.
4. Penutup
Aspirasi India untuk menjadi kekuatan global harus dicermati oleh Indonesia, karena di dalamnya terdapat peluang dan tantangan terhadap kepentingan nasional Indonesia. Meskipun kepentingan nasional Indonesia dan India tidak selamanya linear, namun semuanya harus dicermati agar tidak menimbulkan kerugian terhadap kepentingan nasional Indonesia, termasuk kepentingan nasional di laut.