Ekonomi pertahanan nasional, biaya, anggaran atau (ekonomiskan) belanja pertahanan nasional ?
Oleh Budiman Djoko Said
Problem Ekonomi pertahanan atau … problem Anggaran pertahanan
Ekonomi[1]pertahanan (defense economics)memanfaatkan perangkat ekonomi untuk melakukan studi pertahanan (dan isu yang mengait pertahanan), termasuk perdamaian dan perlucutan senjata. Studi Frederiksen & Looney menunjukkan bahwa belanja pertahanan telah memberikan dampak positif kepada ekonomi nasional[2]. Menggunakan pendekatan ini, ekonomi pertahanan harus mengikuti metoda ilmu ekonomi baik teori maupun empirik[3]. Kepentingannya adalah mencermati isu pertahanan nasional sebagai problema ekonomik dan memahami apa artinya mengekonomiskan (economizing)[4], dengan menggunakan ekonomik kalkulus (analisis ekonomi kuantitatif)[5].
Di tingkat nasional, banyak problema ekonomik bagi KemHan; salah satunya (contoh) adalah problema pilihan membangun satuan rudal anti kapal di-pantai atau membangun satuan rudal anti permukaan yang dibawa kapal permukaan atau dua (2) nya. Mana yang lebih baik sangat tergantung (muatan) policy. Kalau policy[6] yang ditetapkan pemerintah atau Kemhan adalah terwujudnya “pertahanan didepan” (forward defense), maka pilihan memperkuat satuan rudal anti permukaan oleh kapal permukaan adalah yang terbaik atau bisa juga dengan policy yang sama, strategi yang dibangun adalah memperkuat satuan laut dengan kapabilitas peperangan elektronika yang unggul. Sebaliknya bila policy yang ditetapkan adalah AA/AD maka membangun satuan rudal anti permukaan dipantai adalah yang terbaik. Inipun masih bisa ditantang dengan kombinasi misal dengan membangun kekuatan anti permukaan tidak begitu jauh dari perairan teritorial, namun area dibelakang ditutup dengan kapabilitas peperangan elektronika yang unggul dan mungkin dengan inovasi lain masih bisa dibangun dengan alternatif yang fisibel dengan konsekuensi “total biaya”[7] yang jauh lebih murah. Variabel kritikal adalah mengikuti maunya “policy” Kemhan (policy maker adalah Menhan)[8]—“maunya” pemerintah terlebih dahulu (yang jelas, konkrit dan kokoh).
Perlu diingat bahwa setiap alternatif yang muncul bisa saja ditest dan dihadapkan dengan penantangnya. Misal; membangun pangkalan aju yang statik (tetap) atau mobil? Dua (2) nya punya kelemahan dan kelebihan dan perbedaan total biaya yang signifikan. Membangun kekuatan (military force structures) baru[9]; bisa saja dengan membangun kekuatan konvensional dalam jangka panjang atau membangun kekuatan non konvensional atau kekuatan hybrid untuk mengatasi peperangan hybrid atau taktik proksi. Tergantung hasil penilaian (jangka panjang~strategic’s assesment, jangka menengah ~evaluation strategic’s assesment), prioritas dan perkiraan biaya (melalui cost analysis & cost estimate).
Ditingkat operasional atau taktik bisa timbul problema ekonomik, misal: membangun Resimen Infantry bisa saja hanya memperkuat satuan Rudal didalamnya (jumlah rudal atau pilihan prioritas kategori rudalnya) atau membangun kekuatan peperangan jejaring sentrik atau membangun kekuatan perang elektronik atau gabungan semua itu atau membangun sejumlah besar pasukan super khusus seperti KSO Russia—sangat-sangat tergantung skenario yang terbangun. Mengekonomiskan, bukanlah sederhana, seperti memangkas semua kegiatan dengan porsi yang proporsional, sehingga semua kegiatan (tidak peduli berbobot tinggi atau rendah ~ bagi rata) tetap memperoleh anggaran. Misal; salah satu kegiatan yang ditaksir sumber dayanya membutuhkan dukungan, fokus dan prioritas yang lebih dibandingkan kegiatan lainnya, sewajarnya diberikan kelebihan anggaran dari kegiatan lain yang lebih rendah kepentingannya. Wajar, dilakukan apabila ekspektasi sukses mencapai “obyektif” (obyektif selalu mengait dengan besar kecilnya dampak operasi yang dihasilkan) jauh lebih baik dibandingkan kegiatan lain yang bisa saja menggunakan sumber daya yang nampaknya jauh lebih besar tapi tidak cukup signifikan mencapai obyektif yang tidak terlalu besar.
Semua kegiatan harus selalu mengacu obyektif yang sudah ditetapkan[10]. Secara umum, keamanan nasional (baca: strategy keamanan nasional) sangat tergantung kepada faktor ekonomi. Pernyataan ini bisa diterjemahkan dan diberdayakan lain, namun faktor ekonomi tetap mempengaruhi pertahanan nasional[11]. Negara menjadi besar karena ekonomi tetapi sebaliknya negara bisa gagal dikarenakan ekonomi-nya payah dan menyebabkan militernya lebih payah. Sekutu menang dalam PD-II, karena kekuatan ekonominya, Pakta Warsawa mundur dari kancah perang dingin kabarnya karena ekonomi juga, bahkan konon Moskow lebih penakut dibandingkan Detroit[12]. Ekonomi dan effisiensi adalah dua (2) cara melihat ciri-ciri yang sama dari suatu sistem operasi. Contoh; [1] seorang produsen [a] atau komandan dilapangan [b] dengan anggaran yang sudah diberikan kepadanya (dengan paket sumber daya yang diberikan), akan berpikir keras bagaimana memikirkan (optimumkan) produk-nya atau bagaimana mencapai memaksimalkan obyektif operasi—mereka berdua telah menyelesaikan problem penggunaan sumber dayanya dengan cara yang effisien. Kalau [2] “goal” produksi [a] atau obyektifnya [b] telah ditetapkan (oleh komando atas) maka problema-nya adalah mengekonomiskan penggunaan sumber daya atau meminimalkan “biaya”[13]—dan bicara biaya secara umum di-kenal sebagai anggaran.
Biaya (konsep) bisa di-pahami dengan beberapa definisi berikut ini. Biaya yang sudah dikeluarkan tidak bisa lagi digunakan untuk kegiatan lain. Misal: bila menggunakan beberapa sumber daya untuk pengembangan atau produksi kapabilitas militer tertentu, tentu saja mengakibatkan sumber daya tersebut tidak bisa lagi digunakan untuk produksi kapabilitas lainnya—dikenal sebagai opportunity cost (atau alternative cost). Konsep dasar ini digunakan untuk menilai betapa “besar” nya penyesalan pengambil keputusan apabila salah memilih kegiatan dengan konsekuensi biaya yang cukup besar (dan gagal), dan seandainya memilih kegiatan lain yang bisa jadi jauh lebih bermanfaat dengan konsekuensi biaya yang sama. Ilustrasi penggunaan biaya sebagai berikut; bila Angk Laut Sekutu bermaksud mengamankan suatu konvoi menyeberang L.Atlantik dari kegiatan kampanye kapal selam Jerman, maka kalkulasi biaya bisa saja bermacam-macam, yakni:
[1] bisa saja semua ongkos yang digunakan untuk mengerahkan kapal angkut dan pengawalnya (perusak, fregat,dll). [2] atau meliput semua korban baik personil, material, kapal, pesawat yang berpeluang untuk rusak atau ditenggelamkan U-Boat Jerman. Mengapa? Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan. Pertama, mempertimbangkan biaya atau ongkos dalam bentuk $ (atau rupiah)—sulit membuat pilihan rasional karena ada faktor diluar ini yang jelas-jelas bisa merugi [14] (misal, kehilangan material, korban,dll) atau—-untung bila berhasil merugikan lawan (menenggelamkan kapal selam Jerman) atau rugi karena kapal (ada) Sekutu tenggelam. Kedua, penekanan kepada kerugian, cukupkah dengan hanya mengatakan kehilangan dua (2) kapal perusak? Bandingkan di-dunia bisnis, cukupkah menyebut uang “semir” atau “suap” dengan label “biaya lain-lain”? Lain-lain untuk siapa? Selain performa proyek yang harus didemonstrasikan, biaya harus dipertanggungjawabkan juga kepada rakyat —disebut benar dan cukup “adil” bila dipertanggung jawabkan kedua-duanya.
Cukup adilkah setiap proyek besar hanya diselesaikan (baca: diwakili) dengan pertanggungan jawab keuangan saja (bandingkan dengan konsep cost-benefit). Sesungguhnya biaya atau ongkos (konsep cost)hanyalah sekedar konsekuensi mendukung suatu kegiatan, bukanlah suatu kendala. Didalam kontek biaya, problema utama adalah menaksir (estimate) biaya yang harus digunakan untuk mendukung suatu pilihan. Menaksir bukan hal yang mudah—dalam kasus “beli” (investasi), menjawab berapa biaya yang harus disediakan, tentunya harus menaksir lebih dahulu berapa “rupiah” yang sepantasnya di-berikan kepada penjual (cost affordable)[15]. Bukan seberapa pantas penjual boleh menetapkan (dengan seenaknya) harganya untuk di-beli. Methodologi menaksir (estimate methodology) adalah perangkat yang menggunakan beberapa pendekatan, yakni dengan cara analogy, rekayasa (engineering) atau parametrik.
Problema sesungguhnya bagi pengambil keputusan adalah menciptakan beberapa alternatif proyek yang terbaik, bukan mencari-carikan biaya atau ongkos (konsep pengambilan keputusan), masalah biaya barangkali bisa dicarikan. Mengait dengan posisi policy, strategy, teknology, dan ekonomi pertahanan sesungguhnya tidaklah independen satu sama lain, akan tetapi saling tergantung satu sama lain. Policy memuat tentang apa “maunya” pemerintah sebenarnya (produk akhirnya, arah, waktu dan petunjuk umum). Strategy adalah berbagai cara (ways) menggunakan biaya (ongkos dan sumber daya) untuk mencapai (mempertemukan) obyektif (keinginan) pemilik policy[16]. Teknologi akan menjelaskan pilihan yang bisa digunakan setiap strategi. Problema ekonomi pertahanan adalah memilih strategi yang tepat, termasuk peralatan dan segala sesuatunya untuk bisa menjalankan pilihan tersebut agar sangat effisien (memaksimumkan performa pilihan dengan konsekuensi sumberdaya/biaya yang paling rendah) atau ekonomikal (meminimumkan biaya diketahui obyektif telah ditetapkan)[17]—akhirnya strategy yang sangat effisien adalah strategy yang sangat ekonomikal.
Apa itu ekonomi pertahanan nasional ?
Ekonomi pertahanan sama hal-nya dengan ekonomi lainnya adalah studi utilisasi tentang sumber daya yang sangat langka, termasuk mengurangi kebocoran yang terjadi. Memitigasi kebocoran atau korupsi (bukan hanya) lingkungan pertahanan adalah suatu hal yang sangat penting—suksesnya memitigasi akan membangun tingkat kepercayaan antara rakyat dengan pemerintah. Di-contohkan model Looney (dibawah ini) yang menawarkan model “causal-loop” untuk mengatasi kebocoran atau korupsi energi minyak.
Referensi:Scott A.Spiers, Maj USAF, The Cost and Economics Corruption of the Iraq War, (Thesis US NPS, Dec 2007, MA in National Security Affairs), halaman 10. … dalam model Looney, perhatikan blok kritis adalah blok Pressures for Further Market Reforms …Thesis ini memprihatinkan dampak budaya korupsi yang sedang berjalan dan bisa saja membawa aktor ataupun non-aktor bergabung degan teroris dan organisasi insurjensi dengan menggunakan hasil korupsi sebagai sumber pendanaan (refunding).
Hal yang mendasar dalam ekonomi pertahanan nasional adalah biaya (ongkos), bukan harga (tawaran penjual, produsen)—masalahnya; bagaimana memperlakukan harga. Oleh karena ekonomi pertahanan nasional mempelajari alokasi sumber daya, distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilisasi yang dikaitkan dengan isu pertahanan. Wajar, ilmu ini menginvestigasi dampak pengeluaran pertahanan, baik domestik maupun internasional, khususnya terhadap variabel makro ekonomi seperti lapangan kerja, output, dan pertumbuhannya. Termasuk dimensi mikroekonomi pertahanan; seperti analisis industri pertahanan, program kolaboratif, menutup kerugian (offsets), total biaya berbasis umur efisien (total life-cycle cost), manfaat-biaya (benefit-cost), perkiraan biaya (cost-estimate)[18], harga dan profitabilitas kontrak militer.
Perjalanan panjang pemeriksaan dari sisi ekonomi pertahanan nasional bisa membantu seberapa jauh (sebenarnya) biaya (anggaran) yang diperlukan. Anggaran bagi kekuatan militer selalu berorientasi pada memaksimalkan tingkat kesiagaan kekuatan militer apabila diperlukan (termasuk komcad)—komponen anggaran tentu-nya mengarah pada komponen yang menunjang kesiagaan operasi (misal:komponen baya sucad, pemeliharaan, dll) bukan berbasis gaji dan pengeluaran rutin/admin. Beberapa faktor signifikan dalam proses pengambilan keputusan menjadi penting mengait peran sentra taksiran-biaya, yakni perencanaan jangka panjang, penganggaran, dan memilih dari sekian alternatif setiap proyek atau kegiatan. Patut digaris bawahi proses memilih dari sekian alternatif (membuat urutan berdasarkan skala efektifitas/perform/benefit per masing-masing besaran konsekuensi biayanya), dilanjutkan membuat urutan rasio benefit/cost—disebut analisis manfaat biaya (untuk operasi militer lebih disebut effetifitas biaya), atau analisis ekonomi, atau analisis kasus bisnis[19]. Konsep seperti ini (dicontohkan di-AS) selain sudah lama diberlakukan di setiap Angkatan dan dipayungi dengan aturan main (Acts) Congress yang mengharuskan Angkatan melakukan hal ini (semenjak tahun 1972)[20]. Sungguh aneh bila ekonomi sebagai ilmu tidak menyentuh setidak-tidaknya konsekuensi kelangkaan sumber daya dan beragam keperluan yang dibutuhkan bagi setiap alternatif kegiatan yang akan dipilah dan dipilih untuk dialokasikan disemua alternatif tersebut[21] dilingkungan pertahanan. Keluarga besar studi ilmu ekonomi selama setengah abad lalu telah meliput pertahanan nasional dan keamanan internasional dan berkesimpulan betapa besar dan luas sekali area yang diliput. Sebagian kecil dari daftar liputan isu pertahanan nasional yang melibatkan ilmu ekonomi, terlihat dari tabel ini.
Berbagai thema ekonomi pertahanan nasional[22]:
Konten ekonomi pertahanan dari daftar itu nampaknya cukup banyak, beragam, luas dan semuanya mengerucut pada isu pembangunan kekuatan militer (force planning) yang harus diselesaikan dengan cara paling effisien. Bisa juga topik tersebut menyentuh isu nasional yang menjadi konsen ekonom tetapi mengait kasus militer. Bagi pembaca yang kurang menyukai dengan berbagai dalih, bisa-bisa saja berkilah bahwa isu ini khusus milik Barat[23]—setidak-tidaknya terbayangkan bahwa ekonomi pertahanan tidaklah sesederhana itu dan mutlak dijalankan serius serta begitu besar perannya. Dari studi simulasi hubungan ekonomi dengan pertahanan nasional ditemukan bahwa variabel makro penting seperti GDP, tenaga kerja, produktivitas, menerima dampak kuat (positif) aksi pemangkasan anggaran belanja pertahanan. Tabel berikut ini menunjukkan keseriusan evolusi penggunaan ekonomi pertahanan [24]. Perjalanan evolusi ini dibaca dari kolom kiri kekanan.
Di-contohkan lebih lanjut; evolusi tersebut dipetakan dalam episode perang dunia ke-dua dan perang Korea, dan tampilkan dalam tabel dibawah ini (muatan per kolom mengikuti penjelasan dari tabel di atas dalam kolom yang yang sama) [25].
Bagaimana dispkripsi evolusi ekonomi pertahanan era perang dingin sesudah tahun 1990-an ?Periksa tabel dibawah ini, muatan per kolom tetap mengikuti penjelasan dari tabel teratas dalam kolom yang yang sama.
Ekonomi pertahanan modern telah melibatkan diri dalam problema praktek tingkat tinggi, yakni merakit dan merekayasa isu manusia dan sumber daya material dalam perang besar itu kedalam konsep gabungan ilmiah seperti: [1] diluar batas produk peperangan, [2] manajemen logistik dan [3] operasi riset. Saat perang dunia-II, Ekonomi pertahanan lebih bersifat normatif. Thema makro ekonomi adalah produk perang, manajemen material, dan hal yang mendasar seperti bagaimana membangun komando dengan tingkat inflasi yang bisa ditolerir, dan bagaimana melumpuhkan perekonomian musuh dengan kekuatan militer. Perhatikan tabel demi tabel khususnya di-kolom tengah nampak pelibatan ekonomi semakin signifikan dibandingkan kekuatan militer dan sistem senjata.
Sedangkan kolom akhir lebih menampilkan evolusi per episode dalam ruang internasional atau global. Disimpulkan secara garis besar materi ekonomi pertahanan nasional mencermati beberapa studi besar, pertama; penekanan kepada perlombaan senjata dan fondasi strategik, kedua; meski dianggap kontroversi (Bennoit, 1973) adalah studi tentang effek positif dan negatif dari belanja militer. Ketiga, fokus mengekonomiskan alternatif sistem perekrutan yakni konskripsi atau sukarelawan. Keempat; ekonomi pertahanan melakukan investigasi industri pertahanan dalam artian bisa menguntungkan (atau tidak), kapabilitas melakukan praktek pengadaan dan pemeliharaan, modernisasi atau konversi, kompetisi, dan menyelaraskan kebijakan industri dengan strategi nasional[26]. Kelima, studi regional tentang dampak belanja negara dikawasan dengan berbagai-bagai perangkat. Apapun juga juga studi tersebut kebanyakan akan menyelidiki dampak kebijakan Kemhan (makro) terhadap ineffisiensi anggaran belanja negara—effektifitas sistem (yang diakuisisi atau di-prokur-kan) vice versa biaya yang menjadi konsekuensi dukungan dalam bentangan umur effisiensi sistem (mikro) dalam paket total-life-cycle cost [27].
Ekonomi pertahanan dari sisi isu biaya (baca analisis biaya)
Formulasi mendasar adalah biaya yang sudah digunakan tidak akan bisa lagi digunakan untuk kegiatan lain—Bickner menyebutnya hal itu sebagai biaya ekonomik (economics cost)[28]. Formula kokoh ini menuntut setiap pengambil keputusan benar-benar memahami betapa tingginya tuntutan per unit rupiah terhadap (harapan) kualitas atau effektifitas atau manfaat yang harus dihasilkan dari sistem atau kegiatan atau proyek yang telah didukung dengan (konsekuensi) biaya yang besar itu. Disinilah peran analis effektifitas dan analis biaya[29] sangatlah penting. Kedua parameter inilah yang dituntut publik secara transparan—tidak ada satu unit dollar/rupiah yang sia-sia diperuntukan guna menghasilkan sekian unit manfaat yang dapat dirasakan. Bickner menyebutnya bahwa economics cost adalah benefit lost, artinya biaya yang sudah digunakan tidak akan lagi bisa digunakan untuk kegiatan lain—di-sebut alternative costs atau opportunity costs[30]. Alasannya, betapa menyesalnya apabila salah memilih (gagal pilih)—ada alternatif lain (yang tidak terpilih) justru lebih besar manfaatnya. Alasan lain menggunakan pasangan manfaat dan biaya, pertama; dikarenakan sulit untuk membandingkan alternatif hanya dari sisi biaya saja[31]—apakah biaya yang lebih besar bisa menjamin effektifitas yang jauh lebih besar?
Contoh lain, membangun unit ruang rapat, megah dan mewah namun jarang di-gunakan telah menciptakan manfaat tidak jelas dan biaya terbuang—alternatif solusi lain; sewa saja, dan hampir semua proyek pemerintah yang sangat komplikasi, tentu saja tidak bisa dipaksakan hanya dengan satu perspektif saja. Atau membangun unit perpustakaan yang “aduhai” mahalnya, padahal diprediksi bahwa dalam kurun jangka menengahpun jumlah pengunjung signifikan “sedikit” sekali (salah satu unit manfaat adalah jumlah pengunjung yang membaca dan yang meminjam, bukan yang sekedar datang). Unit manfaat-pun (bagi publik) berbeda-beda, belum dihitung unit risiko (negatif manfaat). Berikut, tidak seorang pengambil keputusanpun yang mengklim mudah memutuskan hanya dengan memperhatikan parameter manfaat dan biaya, sekurang-kurangnya dia benar-benar memahami per definisi tenang biaya. Benar-benarkah biaya pertempuran hanya memperhitungkan total biaya operasional menggerakkan sistem atau alut yang digunakan? Bagaimana dengan harga kapal, pesawat terbang, dll, yang sudah terbeli namun rusak/tenggelam? Adilkah hanya mempertanggung jawabkan keuangan saja? Manfaat (militer lebih melihat sebagai effektifitas) dan biaya merupakan dua sisi keputusan yang di-anggap memiliki dimensi yang sama untuk diperhitungkan[32]. Ilustrasi dibawah ini mencoba menggambarkan konsep biaya dan manfaat. Sejumlah pemburu pembom FB (fighter bomber) dan sejumlah bomber berat B-52 (sumber daya) dihadapkan beberapa jembatan yang harus dirusak dan sejumlah besar Lanu yang harus diserang (obyektif). Tentukan pesawat mana yang tepat menyerang Jembatan atau menyerang Lanu. Misal 1 B-52 atau 2 FB bisa digunakan untuk menyerang 1 jembatan dan 1 B-52 atau 10 FB bisa menyerang Lanu[33].
Jumlah pesawat yang dibutuhkan
Tugas B-52 FB
Menyerang Lanu 1 10
Menyerang Jembatan 1 2
_________________________________________________________________
Di-dekati dengan konsep keunggulan komparatif, hasilnya ternyata B-52 relatif lebih effisien sewaktu menyerang Lanu, dan FB relatif lebih menguntungkan sewaktu menyerang Jembatan, mengapa ? Hint: 1 B-52 bisa dijadikan ukuran manfaat sedangkan konsekuensi biaya adalah 10 FB untuk menyerang Lanu atau dengan biaya sebesar 2 FB untuk menyerang Jembatan (hint: mau yang gampang– pilih saja B-52 untuk menyerang kedua (2) sasaran tersebut, tetapi…mana yang paling ekonomis?)[34].
Bila 1 B-52 atau 2 FB dapat menghancurkan Jembatan, dan 1 B-52 sama hebatnya (sama harganya) dengan 10 FB untuk menghancurkan Lanu, dan bila tidak ada tetapan biaya yang dapat digunakan, maka tugaskan saja FB untuk menyerang Jembatan. Menugaskan B-52 menyerang Jembatan akan meningkatkan biaya untuk mencapai tingkat kerusakan tertentu atau mengurangi manfaat yang di-capai bila memperhatikan inventori (persediaan) pesawat. Contoh sederhana ini memperlihatkan ikatan kuat biaya dengan manfaat. Bila sudah ditentukan obyektif (sasaran) dan sumber daya yang dapat digunakan, manfaat menggunakan B-52 untuk menyerang Jembatan dapat diekpresikan dalam jumlah FB yang dapat ditugaskan menggantikannya, yakni 2 FB, biaya menggunakan B-52 justru dipandang sebagai manfaat yang hilang (mestinya digunakan untuk menyerang Lanu). Biaya ini bisa diekspresikan (disetarakan) dalam 10 FB yang dapat ditugaskan menyerang Lanu.
Memperhatikan alternatif ini, maka menghancurkan Jembatan dengan menggunakan B-52 melebihi manfaatnya atau kehilangan manfaatnya. Selanjutnya mengapa analisis biaya ini digunakanß ada tuntunan publik mempertanyakan seberapa “manfaat” dan besarnya “biaya” sebagai konsekuensi dukungannya. Angk Darat AS (AD-AS) melakukan ini setelah mendapatkan instruksi resmi dari pemerintahnya dengan turunnya petunjuk dari GAO di-tahun 1972. Bahasan ini mengikuti petunjuk analisis manfaat-biaya dilingkungan AD-AS[35]. Petunjuk tersebut sangat berguna bagi analis taksiran biaya di-lingkungan AD-AS. Setiap program yang diusulkan, inisiatif ataupun pengambilan keputusan akan dipresentasikan di-depan pengambil keputusan dan sangat penting untuk menyajikan gambar lengkap dan akurat dengan data yang andal (reliable) baik kejelasan manfaat yang didapat dan biaya yang harus dikeluarkan sebagai konsekuensinya[36]per setiap alternatifnya. Skema, langkah dan urut-urutannya sebagai berikut[37]:
Sebelah kiri adalah komponen biaya dan kanan adalah komponen manfaat. Rincian check-list sub-sub komponen biaya dan manfaat digambarkan sederhana, meskipun isian “biaya” dan “manfaat” realitasnya rumit. Problema yang lebih penting ada di-urutan ke-4 (kolom tengah) yakni taksiran biaya. Taksiran biaya akan mendukung keputusan manajemen berbentuk kebutuhan sumber daya (alat & manusia) yang mengait program, proyek, atau proses kedalam nilai uang. Taksiran biaya adalah proses iteratif, dan solusi keputusan selalu dibuat dalam berbagai alternatif—sungguh aneh kalau hanya ada satu pilihan[38]. Gambar dibawah ini relatif sama dengan gambar atas, menunjukkan suatu proses taksiran biaya[39].
Catatan: mulai preparation sampai dengan tiga (3) blok proses sesudahnya (disebut cost estimate analysis) bukan masalah yang mudah, tetapi itu harus dilakukan. Rinciannya periksa The US Army Cost Benefit Analysis Guide.WBS adalah work breakdown structure, dan CES adalah cost element structure.
Taksiran biaya … (Cost Estimating)
Sepertinya kecabangan ilmu ini pantas menjadi bagian dari ekonomi akuntasi. Dalam perkembangannya, materi analisis biaya justru menjadi bagian kurikulum pasca sarjana Angk Udara AS yakni AFIT (Air Force Institute of Technology) dan menjadi progdi Operasi riset. Belakangan ini materi tersebut masuk dalam kurikulum di-NPS (Naval Postgraduate School) dibawah Departemen Operations Research[40], sebagai salah satu program studi. Mislick dan Nussbaum (M & N) menceritakan (awal bertugas sebagai dosen di-NPS) betapa profesinya seolah-olah hanya mencari jawab … berapa sih ongkos/biaya-nya (“What does it (or what will it) cost?”). Hal kecil-kecil namun menarik di-ceritakan, seperti salah duga tentang biaya “overhead”. Pertama, sebagai penaksir biaya (cost estimator) suatu proyek membangun kapal besar Angk Laut, dikerjakan bersamaan kapal niaga lainnya di-galangan tersebut sehingga biaya “overhead” terbagi menjadi dua.
Ketika kapal AL-AS mulai dikerjakan, tiba tiba pengerjaan kapal niaga tersebut dibatalkan, sehingga beban “overhead” di-tanggung sendiri AL-AS. Pelajaran yang didapat adalah [1] assumption always drive a cost, [2] assumption can be fragile, dan [3] change will always occur[41]. Kedua, dalam pengerjaan proyek Rudal jarak jauh, penaksir biaya menggunakan basis konsep penggalan proyek dari proyek besar, misal proyek A, B, dst. M & N memperkirakan biaya untuk sensor seharusnya masuk dalam program besarnya (karena penting), ternyata manajer proyek tidak memasukan dalam program A, dengan berbagai alasan. M & N berpikir dalam rangkaian total life-cycle cost (TLCC), biaya R & D seharusnya masuk dalam tahapan pertama. Bila biaya ini tidak diperhitungkan,maka akan menghambat program A dan mengeluarkan ekstra biaya yang lebih besar[42]. Ketiga, sewaktu AL-AS ingin memodernisir armada angkut logistiknya (CLF ~ combat logistics fleet) dengan catatan, selama ini galangan kapal hanya melaksanakan suatu pekerjaan pembangunan saja. Pikiran cerdik ditampilkan yakni bagaimana selanjutnya AL-AS akan lebih memilih untuk sewa jangka panjang (long-term lease). Dengan demikian AL-AS hanya memikirkan pendanaan berikutnya melalui paket TLCC [43] diluar investasi awal dan R & D, yakni paket operasional, pemeliharaan, dll—pilihan AL-AS yang lebih menguntungkan ß pemikiran inovatif[44]. Singkatnya penaksir biaya banyak berjasa untuk membuat anggaran yang dikeluarkan benar-benar bermanfaat. Pembelajaran lainnya, seperti halnya program BRAC AD-AS yang telah menghentikan semua kegiatan di 33.000 fasilitas yang dirasakan “buruk” atau “kondisi memprihatinkan” (dan hampir hampir tidak digunakan) telah menghemat biaya milyaran dollars[45]. Michaela Dodge menjelaskan bahwa hasil riset tentang BRAC menunjukkan bahwa fasilitas-fasilitas yang dikenai program BRAC ini umumnya benar-benar tidak memiliki effek yang sesungguhnya diharapkan[46]. Contoh diatas mengingatkan betapa besarnya kesulitan menaksir “biaya” dan betapa besarnya manfaat yang didapat dari materi kepakaran taksiran “biaya”. Mengulang definisi taksiran biaya … menurut M & N sebagai berikut; …
Cost estimating is the process of collecting and analyzing historical data and applying quantitative models, techniques, tools, and databases in order to predict an estimate of the future cost of an item, product, program or task. Cost estimating is the application of the art and technology of approximating the probable worth (or cost), extent, or character of something based on information available at the time[47] .
Faktor-faktor taksiran biaya yang signifikan berperan sentra (disukai pemerintah termasuk Kemhan) di-dalam; [1] perencanaan jangka panjang, [2] penganggaran dan [3] kapabilitas memilih diantara beberapa alternatif. Pertama, dalam perencanaan jangka panjang, tim analis taksiran biaya menghitung biaya awal dan tim lain menentukan apakah biaya tersebut bisa atau sanggup untuk dibayar (affordable)[48], barulah di-representasikan. Kedua, sebagai sesuatu yang bermanfaat di-dalam bagian membangun dan mempertajam penganggaran (budgets), taksiran biaya mendukung kegiatan yang mengalir dan menyatu dalam proses penganggaran. Termasuk mengembangkan biaya awal sebagai persiapan penganggaran, justifikasi taksiran biaya, dan mengubah taksiran setiap perubahan/keadaan yang dirubah meskipun sedikit[49].
Ketiga, memilih diantara alternatif. Dalam rangka mendukung pengambil keputusan, penaksir biaya harus mengungkap opsi-opsi dan mengurutkan (ordering) dengan memasang per setiap alternatif (harga) manfaat dengan taksiran biaya yang mendukungnya. Tidaklah adil (fair), kalau hanya satu solusi atau pilihannya. Contoh, apakah dalam kurun waktu berikut suatu sistem akan dikontrakan dengan sewa saja, atau digarap sendiri atau …di-hentikan saja semua. Ke-empat, bagi Parlemen/Congress tentu saja hal ini sangat diharapkan sekali, pertemuan antara maunya pengguna (pemilik manfaat) dan Congress sebagai pengesah dana. Bukan saja setiap proyek baru bahkan perubahan penting setiap proyek akan dipaparkan didepan Congress.
Congress (wakil rakyat) dan pemerintah (apapun namanya Kementerian atau Departemen) harus benar-benar memahami konsep analisis biaya ini[50]. Congress menekankan pentingnya proses yang berkualitas tinggi tentang taksiran dan analisis manfaat-biaya guna mendukung keputusan tingkat tinggi yang semakin berkualitas dan transparan serta berbasis total life-cycle cost. Harapan Congress yang serius ini diperkuat dengan aturan bahwa pengangkatan Direktur penilaian biaya dan evaluasi program (CAPE) harus berdasarkan konfirmasi Congress[51]. Hasil semua bahasan diatas, akan mengerucut dalam suatu model analisis taksiran biaya bagi seluruh kementerian atau ajensi yang diharuskan mengikuti direktif Badan Akuntasi Nasional AS (GAO), sebelum dipaparkan, seperti dibawah ini[52]:
Perhatikan arus balik dalam gambar yang merupakan analisis, presentasi, umpan balik serta perbaikannya (up dating) akan merupakan proses iterasi.
Kesimpulan
Bahasan diatas menunjukkan bahwa ekonomi pertahanan akan banyak bertumpu pada analisis manfaat biaya (atau effektifitas biaya) dan butuh kepakaran spesifik. Kalau negara lain keukeh dengan konsep ini sudah sejak lama, tentunya ada sesuatu yang sangat siginifkan bermanfaat. Ilustrasi dibawah adalah model analisis ekonomi pertahanan, namun bila dicermati intinya adalah analisis manfaat biaya atau analisis biaya, yang penting pembuktian bahwa ekonomi pertahanan (baca analisis ekonomi, analisis manfaat biaya, analisis biaya, dll) benar-benar digeluti di-negara maju, salah satu model yang digunakan AL-AS [53].
Budaya penggunaan konsep ini akan membentuk naluri bahwa setiap unit rupiah akan menuntut berapa unit manfaat yang akan didapat atau sebaliknya berapa unit manfaat yang didapat dengan unit rupiah sebesar ini? Berikutnya pertanggungan jawab akan lebih berorientasi kepada dua (2) faktor yakni manfaat (atau effektifitas) dan dukungan biaya yang ”affordable” per setiap alternatif solusi — dan publik akan menunggu itu, bukan hanya pertanggungan jawab keuangan saja seperti yang selama ini dilakukan, dan yang lebih penting transparansi akan diwakili oleh hadirnya representasi proyek/program.Perlu dicatat bahwa negara lain sudah lama mempraktekkan hal ini puluhan tahun lamanya (semenjak tahun 1972), adakah manfaat-nya — bila ya, mengapa tidak negeri yang kita cintai ini melakukan hal yang sama? Siapakah yang bertindak semacam GAO — Bappenas atau Kemenkeu?
[1] Samuelson, Paul. A (MIT) & Nordhaus, William. D (Yale Univ), Economics, (McGRaw Hill & Irwin, 2010, edisi -19), halaman 5, 6.… Economics is the study of how societies use scarce resources to produce valuable goods and services and distribute them among different individuals (efficiency). Dua hal yang harus diperhatikan yakni keterbatasan sumber daya dan effisiensi…dan effisiensi definisinya … Economics efficiency requires that an economy produce the highest combination of quantity and quality of goods and services given its technology and scarce resources. An economy is producing efficiently when no individual’s economic welfare can be improved unless someone else is made worse off.
[2] Rati Ram, Illinois State Univ, ch 10. Defense Expenditure and Economic Growth, halaman 256,…menyebutkan studi oleh Fredireksen & Looney … defense spending has a positive effect on growth in the group of 24 “resource – abundant” countries, but the effect is negative for the group of 9 “resource – constrained” countries…
[3] K. Hartley & T. Sandler, Handbook of Defense Economics, volume – I, (Elsevier Science BV, 1995), halaman 3.
[4] Problema Ekonomi umumnya adalah bagaimana memilih dari sekian banyak alternatif kegiatan yang bisa dipilih, pilihan yang terbaik yang bisa memenuhi keinginan penggunanya dengan konsekuensi biaya yang terkecil. Sedangkan mengekonomiskan lebih diartikan untuk memangkas anggaran untuk dialihkan pada alternatif pilihan yang mungkin lebih bermanfaat atau lebih berdaya guna.
[5] Kalkulus ekonomi lebih kepada memecahkan persoalan bagaimana mencari alernatif yang lebih efisien.
[6] Policy sesungguhnya adalah menjawab “apa” maunya pemerintah dalam jangka panjang, policy akan terwujud setelah didukung dengan strategy yang berperan menggabungkan sumber daya yang ada (means) dengan cara yang terbaik (ways) menuju ends-state yang sudah ditetapkan dalam (obyektif) policy.
[7] Konsep “biaya” (cost) sebenarnya lebih kepada konskuensi dukungan setiap (alternative) kegiatan, jadi biaya bukanlah suatu kendala sebenarnya (toh bisa dicil atau berutang, dll, kalau memang sangat prioritas dan signifikan menghasilkan suatu nilai tertentu). Menunggu biaya yang ideal sama saja menunggu durian runtuh atau menunggu negara menjadi kaya duluan.
[8] Policy lebih kepada “apa maunya pemerintah yang sebenarnya” (clear, concrete and robust), biasanya jangka panjang. Policy akan berjalan dengan dukungan strategi (sebagai subordinasinya) yang dibangun oleh strategy’s makers-nya dst. Strategi strategi akan didukung dengan pelaksanaan di-lapangan atau operasionalnya nanti. Sekali lagi policy (baca kebijakan) bukan suatu aturan main, atau rule of the game, atau UU atau Peraturan yang dibuat.
[9] China sudah lama mempelajari kelemahan dan keunggulan koalisi Barat dalam peperangan dan perang terbatasnya selama ini, dan China sepertinya sudah meninggalkan ajaran pendahulunya seperti Mao (perang gerilya, desa dan kota) dengan menciptakan dua (2) lini pertahanan maritimnya (sebagai konsekuensi menbangun China sebagai negara maritim) yakni first chain island dan second chain-nya.
[10] Untuk memilih dan memilah komponen biaya satuan tempur tersebut, perlu diperiksa apakah biaya tersebut relevan atau tidak dengan obyektif kegiatan. Misal; obyektif (obyektif atau harapan yang bisa dicapai, berbeda dgn missi. Misi akan mendukung capaian obyektif) satuan tempur adalah memaksimalkan kesiagaannya (readiness degree). Readiness degree tentunya tergantung kepada schedule dan kualitas pelatihan, pemeliharaan system yang digunakan, modernisasi, penggantian suku cadangnya, dll. Bila ditransform dalam komponen biaya (analisis biaya), maka biaya-biayanya adalah yang mendukung schedule dan kualitas pelatihan, biaya pemeliharaan (sesuai jadwal pemeliharaan), biaya modernisasi, dll (alhasil dalam komponen besar ~ total biaya dalam life time system, misal 15 tahun) — itu semua adalah biaya yang relevan (relevant costs). Bagaimana dengan gaji, belanja pegawai dan lain-lain — relevankah? atau dibalik kalau gaji personil satuan tempur tersebut, belanja pegawai dll apakah pantas/bisa dibelanjakan untuk membeli suku cadang, mendukung pelatihan, dll ß jadi biaya ini benar benar tidak relevan (irrelevan costs). Artinya lebih lanjut, ada atau tidak ada biaya irrelevant tidak ada pengaruh langsung terhadap tinggi rendahnya kesiagaan tempur.
[11] Yang dipertahankan bukan saja negara-nya (phisik) tetapi juga system nilanya kalau di-jadikan total nilai menjadi nasional.
[12]Charles J.Hitch & Roland N.McKean; Projet RAND, The Economics of Defense in the Nuclear Age, (RAND, R-346, March 1960), halaman 1, 2. … Wars I and II through its superior economic strength. Russia, it has been said, is more fearful of “Detroit” than of either the Strategic Air Command or the Division of NATO.
[13] Biaya sering disebut juga sesuatu alternatif yang telah dikeluarkan, tidak selalu berbentuk “rupiah atau dollars” yang digunakan—jadi jumlah korban manusia, jumlah kapal atau pesawat yang tertembak, dll adalah biaya juga atau konsekuensi kehilangan sumber daya yang digunakan untuk mencapai obyektif operasional. Menggunakan ukuran uang atau dollars sebagai kriteria untuk memilih sesuatu di-lingkungan pertahanan nasional bahkan akan menyulitkan pilihan. Harga atau uang yang di-gunakan besar tidaklah menjamin barang atau sistem tersebut sangat bermanfaat. MIsal membeli kapal canggih bagi negara pantai dengan perairan pedalaman yang dangkal, dengan kapabilitas melawan unsur permukaan , bawah air dan udara yang modern, akan memperbesar ruang dan pembangkit energi serta anak buah yang banyak, kapal menjadi berat dan sulit bermanuevra di perairan litoral.
[14] Gene H Fisher, Cost Consideration in System Analysis, (RAND, R-490-ASD, Dec 1970), halaman 24, 25.
[15] Teknik yang digunakan dalam Cost Estimate bisa bermacam-macam seperti analogi, engineering, parametrik, dll. Tujuannya mendekatkan berapa harga yang pantas diterima pembeli bukan seberapa besar yang pantas dibeli. Berbeda sedikit dengan AU-AS yang menggunakan AFSC Manual,….five basic estimating methods—-industrial engineering standards, rates, factors and catalog prices, estimating relationship, specific analogies, and expert opinion, periksa J.P Large, An Introduction to Equipment Cost Estimating, (RAND,1968), halaman 1.
[16] Secara umum strategy adalah cara (ways) mempertemukan sumber daya (means) kesasaran (ends state) atau harapan.
[17] Konsep effektifitas-biaya. Bila biaya telah ditetapkan, cari dari garis fungsi beberapa alternatif effektivitas system yang tentukan harga yang terendah. Atau sebaliknya bila harga effektifitas sudah ditetapkan, cari dari garis fungsi tersebut mana yang biayanya terendah.
[18] Gregory K. Mislick & Daniel A. Nussbaum; US NPS, Cost Estimation; Methods and Tools, (Wiley, 2016), periksa bab-2 ttg Introduksi cost estimate,..kedua penulis tersebut menjelaskan bahwa perkiraan (baca analisis) biaya sudah dilaksanakan oleh pemerintah AS 35 tahun lalu. Sebaliknya analisis manfaat biaya sudah jauh lebih tua lagi yang membandingkan antara manfaat dan konsekuensi biaya dan memilih alternatif kegiatan/proyek dengan manfaat yang terbesar namun dengan konsekuensi biaya yang terendah yang dipilih. Bahkan yang paling maju adalah biaya yang pantas (cost-affordability) untuk dibeli/disewa dibandingkan biaya yang diperkirakan. TLCC digunakan untuk memprediksi berapa konsekuensi biaya (biaya latihan, pemeliharaan, modernisasi, perbaikan kecil/berat, dll) yang harus disiapkan agar sistem tersebut bisa dipertahankan kesiagaannya (readiness degree). Konsep yang transparan dan rasional serta effisien dan cukup adiluntk dipertanggung jawabkan kepada public (bukan hanya PJK Keu saja!). Barangkali konsep seperti ini akan mempersulit manipulasi harga atau biaya, …. setidak-tidaknya harga tidak dikendalikan rekanan, produsen atau penjual sekalipun.
[19] K. Hartley & T. Sandler, Handbook of Defense Economics; volume – 1, (Elsevier Science BV, 1995), halaman 15.
[20] Ibid, halaman 16, USC Title 10, Section 2432, 2434 yang menjadi KemHan AS untuk mengikutinya dan di atur lebih rinci oleh KemHan AS dalam juk DoD 5000, dst. Sedangkan Angkatan membuat statuta masing-masing sesuai kategori-nya. Teknik ini sudah berjalan lebih dari 30 tahun lamanya.
[21] K. Hartley & T. Sandler, Handbook of Defense Economics; volume – 1, (Elsevier Science BV, 1995), halaman 15.
Ibid, halaman 15…The family of economic problems studied over the past half-century in the cause of defense and security is linked dauntingly vast.
[22] Ibid, halaman 15.
[23] Ibid,
[24] Hartley & Sandler, Handbook of Defense Economics, vol – 1, (Elsevier, 1995), halaman 22.
[25] Ibid,
[26] Ibid, halaman 5.
[27] Dalam kasus kebijakan kekuatan cadangan bisa saja, ditemukan setelah sekian tahun bahwa kekuatan cadangan dengan porsi yang ada ( sekian % utk AD, % untuk AL, dan % untuk AU) masih kurang “pas” (baca effektif) atau kekuatan yang ada sebaik-nya digunakan sebagai kekuatan anti insurjensi atau pergeseran kebijakan (baca policy) bahwa kekuatan cadangan diarahkan guna mengisi kekuatan mobil mengatasi bencana alam (bagi suatu negara yang sering dilanda bencana nasional), bukan kekuatan pengganti kekuatan regular yang menjadi korban dalam peperangan—semuanya tergantung apa maunya pemerintah (konten “policy”).
[28] Gene H. Fisher (ed), Cost Considerations in System Analysis, (RAND CORPT, Dec 1970),
———-Ch3. Concepts of Economic Cost, oleh R.E Bickner, halaman 24.
[29] US Govt, GAO Cost Estimating and Assement Guide; Best Practices for Developing and Managing Capital Program Costs, (GAO-09-3SP,1995), halaman 17. Analis effektifitas (pemodelan effektifitas) akan banyak melibatkan diri dalam seni memodelkan effektifitas system atau pengukuran effektifitas (MOE, atau measures of effectiveness) atau manfaat. Sedangkan analis biaya akan lebih banyak melibatkan dirinya untuk mengukur seberapa jauh biaya yang pantas digunakan mendukung suatu kegiatan atau system. Penduga biaya akan banyak menghadapi tantangan (beban sebelah kanan) seperti gambar dibawah ini:
NASA Cost Estimating Handbook Version 4.0, Appendix C: Cost Estimating Methodologies, halaman C-2, periksa gambar program life-cycle cost dibawah ini:
Perhatikan tahap menaksir biaya dengan menggunakan empat (4) pendekatan yakni analogy, parametric, engineering, dan extrapolasi dari kondisi actual, berbasis life cycle (artinya semua perkiraan biaya dihitung sampai dengan system tersebut habis umurnya) dan diawali dari phase A.
[30] Gene H. Fisher (ed), Cost Considerations in System Analysis, (RAND CORPT, Dec 1970),
———-Ch3. Concepts of Economic Cost, oleh R.E Bickner, halaman 25.
[31] Bisa saja unit A dihargai dengan biaya rendah namun manfaatnya jauh lebih besar dibandingkan unit B dengan konsekuensi biaya besar untuk mengadakannya—sulit membandingkan dua unit atau lebih hanya berbekal kriteria biaya?
[32] Ibid, halaman 25.
[33] Ibid, halaman 26.
[34] Gene H. Fisher (ed), Cost Considerations in System Analysis, (RAND CORPT, Dec 1970),
———-Ch3. Concepts of Economic Cost, oleh R.E Bickner, halaman 27 dan Appendix B – 5, periksa halaman 315, 316.
Solusi : (B-52 menyerang Lanu(1)/FB menyerang Lanu(10)) < (B-52 menyerang Jembt(1)/FB menyerang Jembt(2)), maka:
1/10 < 1/2
(FB menyerang Jembt (2)/B-52 menyerang Jembt(1)) < (FB menyerang Lanu (10) /B-52 menyerang Lanu (1)), maka:
2/1 < 10/1
Rasio manfaat/biaya menggunakan B-52 (menggunakan B-52 sebagai manfaat) untuk menyerang Jembt (dan FB adalah biayanya) adalah 10/2 = 5. Faktor ini (dimana biaya melebihi manfaat) persis sama dengan ukuran kerugian komparatif B-52 menyerang Jembt (relatif thd Lanu); yakni: 0.5/0.1 = 5. Juga faktor yang mengukur keunggulan komparatif FB menyerang Jembt (relatif thd Lanu), yakni 10/2 = 5.
[35] Prepared by Office of the Deputy Assistant Secretary of the Army (Cost and Economics), The US Army Cost Benefit Analysis Guide, halaman 6. … Petunjuk yang dibuat ini tentu saja dikeluarkan bagi Angkt lainnya, bagi satuan unit dibawahnya. Bayangkan mulai tahun 1972 ….setidak tidak transparansi bidang performa dan biaya yang telah dikeluarkan akan menghalang-halangi niat korupsi.
[36] Ibid, halaman 6.
[37] Ibid, halaman 7.
[38] Untuk menduduki suatu area, obyektif operasi bisa saja dengan tetapan seluruh area dikusai mutlak, atau 80 % nya, atau 70 % nya atau 50 %nya, dst, berbeda cukup besar bukan biayanya?
[39] Prepared by Office of the Deputy Assistant Secretary of the Army (Cost and Economics), The US Army Cost Benefit Analysis Guide,12 January 2010, halaman 20.
[40] Gregory K. Mislick & Daniel A. Nussbaum (Lecturer, Dept OR/NPS), Cost Estimation, Methods and Tools, (Wiley & Sons, 2015), halaman xix…bisa jadi pertanyaan what will it costs, merupakan perkembangan jawaban McNamarra dengan jargonnya … how much is enough sehingga ditemukanlah materi disiplin yang disebut system analisis, pen.
[41] Ibid, halaman 3.
[42] BIsa saja program ditunda namun pegawai tetap dibayar bukan?
[43] Ibid, halaman 18. TLCC atau total life-cycle cost. Periksa gambar dibawah ini:
Aplikasi ini akan memudahkan menghitung berapa biaya yang sebenarnya disiapkan agar system tersebut bisa mencapai derajad kesiagaan yang maksimal. Sebaliknya dari sini bisa dihitung berapa sesungguhnya biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli sistem yang prototype (harga jual produsen + harga R & D = harga belinya), mahal sekali bukan? Adakah pembelajaran dari pengalaman selama ini?
[44] Budaya inovatif tidaklah mungkin muncul begitu saja, harus terbina mulai tingkat SD, SMP dst. Konsep pembelajaran, pengajaran dan pembinaan dua (2) arah sangat diharapkan sekali.
[45]Parsons, San Antonio BRAC and MILCON program, diunduh tgl 2 Sept 2017, jam 0726,…The U.S. Department of Defense (DoD) is reorganizing its infrastructure to support its forces more efficiently and effectively, increase operational readiness, and foster collaborative operations. Under the Base Realignment and Closure (BRAC) directive, the DoD is streamlining its portfolio of installations to optimize their value, significantly reduce cost of ownership, and facilitate transformation, common operations, and shared business functions….atau bisa dicontohkan tentang pangkalan pangkalan yang hanya diisi beberapa orang, tanpa kejelasan performa pangkalan tersebut dibangun dan evaluasinya tiap tahun, apakah masih bermanfaat atau tidak? Perlu dicatat apapun fasilitas yang ada, sebaiknya ditetapkan performa (tertulis) atau obyektif yang harus dihasilkan dengan nyata bukan berbasis tupoksinya, pen.
[46] Senior analyst, strategy and policy, The Heritage Foundation, diunduh tanggal 2 Sept, 2017, jam 07.59…BRAC singkatan dari Base Realignment and Closure.
[47] Gregory K. Mislick & Daniel A. Nussbaum (Lecturer, Dept OR/NPS), Cost Estimation, Methods and Tools, (Wiley & Sons, 2015), halaman 11…perlu digaris bawahi tentang data yang tersedia tentang biaya, harus tercata dan terdokumentasi dengan baik serta kualitas data benar benar andal (bukan data yang direkayasa), pen. Kalau tidak taksiran tersebut akan jauh dari harapan. Teknik ini suka atau tidak suka akan mengajak pengguna untuk berbuat jujur dan transparan.
[48] Ibid, halaman 15.
[49] Ibid, halaman 15.
[50] Ibid, … beberapa kategori biaya yang harus dipahami, a.l: recurring & non-recurring cost, direct cost & indirect costs, fixed costs & variable costs, overhead costs, sunk-costs, opportunity costs, life-cycle costs, relevant & irrelevant costs. Cntoh irrelevant costs adalah biaya yang sebenarnya tidak bisa dikategorikan mendukung sesuatu obyektif—kalau anggaran militer memiliki obyektif guna meningkakan degree of readiness, tentunya biaya pemeliharaan, sucad, latihan, modernisasi, dll, adalah biaya yang relevan, bukan gaji PNS dan Militernya, tentunya.
[51] Ibid, halaman 17.
[52] Ibid, halaman 34.
[53]Economics Analysis Handbook, (US Naval Facilities Engineering Command, 1993), halaman 2-1.