Diplomasi kapal meriam, penangkalan(dan olah-main)—siapa penjurunya?

Oleh Budiman Djoko Said

-The phrase “ naval diplomacy ” refers to the use of warship in support of foreign policy, but by means of “signaling” rather than “shooting” . Naval diplomacy is therefore a test of nerve rather than of force,….
-The usual distinction between diplomacy and force is not merely in the instruments, wordsor bullets, but in the relation between adversaries—in the interplay of motives and the role of communication, understandings, compromise, and restraint .
-In all discussions of deterrence it is important to keep firmly in mind what isto be deterred, who is the deterrer and who is the deteree (or target of deterrence), and what is the deterrent mechanism .

Pendahuluan
Tamatan Cipulir pasti sangat paham dengan “diplomasi kapal meriam” (gun-boat diplomacy), meski tidak semua kapal meriam bisa digunakan untuk itu . Diplomasi menggunakan instrumen kekuatan maritim (baca Angk Laut) terbatas (limitation use of forces) bersama-sama instrumen kekuatan nasional lain-nya guna mendukung “apa maunya” kepentingan nasional melalui strategi yang disebut strategi keamanan nasional (baca:KamNas).Publik memahami bahwa Angk Laut mengemban fungsi diplomasi dimasa damai  kekuatan maritim dengan kapabilitas tertentu bisa mempengaruhi (influence power) bahkanmengontrol keputusan aktor lain .Intensi diplomasi maritim yang meningkat disertai kesiapannya bertarung disebut penangkalan. “minimum deterrence” yang tumbuh di-era sista nuklir berbeda dengan deterrence yang dibahas disini . Kapabilitas instrumen kekuatan maritim bisa dilihat dari mobilitas, keluwesan taktik, dan kesanggupan berkelana di area geographik yang luasdalam waktu segera dan sanggup bertahan lama di AOR ini. Diplomasi kapal meriam ini cukup effektif selama cakrawala waktu di-abad 20 (1919-1969) dengan kehadirannya lebih dari 200 insiden kapal meriam —utamanya mengawal “apa” maunya kepentingan negara maritim . Begitu populernya sehingga tekanandiplomatikbisa disebut diplomasi kapal meriam;tetapi tidak semua penggunaan kapal meriam identik dengan diplomasi kapal meriam.Sesudah tahun 1970-an hanya Russia yang masih memiliki kapal meriam yang sesungguhnya. Diplomasi kapal meriam, bukan saja mewakili tindakan koersif pemiliknya (assailant) namun berkembang mewakili dan menjadi ujung tombak instrumen kekuatan nasional lainnya, seperti perdagangan atau ekonomi.

Sungguh tepat disebut perangkat penegak kedaulatan di-domain maritim dan perangkat penangkalan. Dialok menggunakan kekuatan maritim terbatas semacam ini mestinya sangat dimengerti oleh negara yang dijadikan sasaran sebagai isyarat simetrik yang terkirim untuk menunjukkan besarnya kekuatan yang sesungguhnya bila diproyeksikan . Diplomasi maritim sudah berubah menjadi Gugus Tugas Tempur (battle group) dengan kapal induk atau kapal selam atau kekuatan udara (airpower). Oleh karena diplomasi adalah isyarat dan isyarat adalah peringatan,makin keras peringatannya semakin kuat kandungan koersifnya. Sejarah mencatat diplomasi koersif yang memenuhi kriteria dan diakui pengamat Barat baru tiga (3) yakni era kriris Teluk, krisis Yugoslavia, dan Haiti . Bentuk diplomasi kapal meriam bisa digantikan oleh kepentingan lain, misalnya perdagangan senjata sebagai bentuk diplomasi baru atau khususnya diplomasi minyak mulai abad 20 sampai sekarang sangat mempengaruhi pemerintahan dan hubungan internasional . Semenjak ditetapkannya penjuru diplomasi adalah Kemlu, ada baiknya mencermati bahasan ini. Read More: Quarterdeck Oktober 2016 pada halaman #1

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Share via
Copy link
Powered by Social Snap