oleh: Tim Kerja Komodo
Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia adalah kebijakan yang dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia Bapak H. Joko Widodo melalui program Lima Pilar Poros Maritim yang terdiri dari(1) Budaya maritim; (2) Pengelolaan sumber daya laut: (3) Konekvitas maritim; (4) Diplomasi maritim; dan (5) Pertahanan maritim. Dari kelima pilar ini, pertahanan maritim yang diterjemahkan sebagai kedaulatan laut, merupakan syarat mutlak agar NKRI bisa menjadi poros maritime dunia.
TNI Angkatan Laut sebagai tulang punggung kekuatan maritim Indonesia, telah berupaya untuk menunjukkan eksistensi dan perannya dalam menjaga stabilitas keamanan maritime baik pada lingkup kawasan maupun internasional yang dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan diplomasi bersama yang membahas masalah politik, keamanan kawasan seperti keamanan maritim, perluasan kerjasama pertahanan serta masalah-masalah keamanan non-tradisional.Peran aktif pemerintah Republik Indonesia dalam mempertahankan keamanan di kawasan dilandasi dengan ketentuan yang tercantum dalam konstitusi khususnya pada alinea keempat Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 dimana salah satu upaya peran aktif Indonesia, yaitu melalui diplomasi militer dengan berusaha menghadirkan kekuatan militer Indonesia di wilayah nasional, regional dan bahkan global. Sebagai sebuah negara kepulauan yang 2/3 Negara Republik Indonesia wilayahnya berupa perairan maka kehadiran di laut (naval presence) harus menjadi lebih dominan.
Selaras dengan arah pengembangan kebijakan pemerintah Republik Indonesia, TNI AngkatanLaut akan menggelar kegiatan dan latihan bersama yang akan melibatkan angkatanlautdari 35 negara dalam kawasan Asia Pasifik, Samudra Hindia dan beberapa Negara dari benua Eropa ini dalam bentuk kegiatan yang terdiri dari 3 kegiatanya itu 2nd Multilateral Naval Exercise (MNE) Komodo 2016, kemudian dirangkai dengan International Fleet Review (IFR) 2016 dan 15th Western Pacific Naval Symposium (WPNS), yang mengacu kepada keberhasilan TNI/TNI Angkatan Laut dalam penyelenggaraan Multilateral Naval Exercise Komodo 2014 (MNEK 2014) di Batam dan Natuna, sehingga selanjutnya ditetapkan penyelenggaraan kegiatan serupa tersebut dengan bentuk latihan atau kegiatan rutin setiap dua tahun sekali.
Kegiatan tersebut di atas akan digelar secara sinergis oleh TNI/TNI Angkatan Laut pada tanggal 12 sampai 16 April 2016 di wilayah Sumatera Barat yang meliputi Padang, Kepulauan Mentawai dan wilayah serta perairan di sekitarnya. Kegiatan dan latihan yang akan diselenggarakan ini diharapkan dapat mempererat dan membangun kerjasama antar negara-negara peserta serta dapat memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat di sekitar tempat kegiatan dan latihan.
Baca lebih jauh : Quarterdeck Edisi Maret 2016
Aspek Strategis Latihan
Sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 17.499 pulau dengan luas wilayah laut 93.000 km persegi dengan panjang garis pantai 81.000 kilometer yang diapit oleh Samudera Pasifik dan Samudera Hindia serta Benua Asia dan Benua Australia, Indonesia memiliki 39 selat yang memiliki keterkaitan dengan selat lain di kawasan Asia. Lebih vital lagi, Indonesia memiliki empat dari sembilan selat yang merupakan Choke Point yang ada di dunia. Choke Point adalah istilah militer yang mengacu pada kondisi geografis suatu wilayah yang jika akan melalui kawaasan tersebut harus dengan pengurangan kekuatan.
Empat choke point yang dimaksud adalah Selat Malaka, Selat Makassar, Selat Sunda dan Selat Lombok yang menjadi jalur pelayaran internasional dan memiliki nilai yang teramat besar bagi perekonomian Indonesia. Maka dengan kepemilikan selat yang begitu banyak dan empat diantaranya merupakan choke point, Indonesia secara otomatis menjadi barometer dan kunci stabilitas di kawasan. Terlebih lagi bahwa Indonesia juga memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang besar, menjadikan Indonesia sebagai negara yang rawan untuk mendapatkan pengaruh terhadap kepentingan negara-negara lain khususnya negara adi daya. Oleh karena itu, Indonesia harus senantiasa berperan aktif melaksanakan upaya diplomasi disegala bidang untuk menggalang kerjasama dengan negara-negara lain baik di kawasan regional maupun global.
2nd MNE Komodo 2016, merupakan latihan aspek non-perang yang diikuti oleh 50 kapal perang, 3 MPA dan 7 helikopter dari berbagai Negara dan memiliki dua konsep inti. Pertama, yaitu “Maritime Peacekeeping Operation” (MPKO) dan “Humanitarian Assistance/Disaster Relief” (HA/DR) yang keduanya merupakan implementasi dari dasar Misi Pemelihara Perdamaian dan Misi Bantuan Kemanusiaan yang digalakkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa. Kegiatan selanjutnya yang juga merupakan implementasi dari Misi Bantuan Kemanusiaan adalah Medical Civic Action Program (MEDCAP) yang terdiri dari kegiatan bantuan pengobatan medis serta peralatan kesehatan bagi masyarakat, serta Engineering Civic Action Program (ENCAP) yang terdiri dari kegiatan pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum yang akan dilaksanakan di Pulau Sipora dan Siberut yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat.
Dengan dilaksanakannya Komodo 2016 ini diharapkan dapat mewujudkan stabilitas keamanan maritim yang lebih kuat di Indonesia dan juga di kawasan dalam skala besar, serta yang lebih penting agar dapat memperkokoh bargaining position Indonesia di kawasan regional maupun global atas kemampuannya untuk memimpin negara-negara di sekitarnya melaksanakan Misi Perdamaian dan Misi Kemanusiaan, sehingga pada masa yang akan datang, Indonesia akan mendapat kepercayaan penuh oleh negara-negara di dunia untuk menjadi Negara terdepan dalam bidang politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan di kawasan.
Tujuan Latihan
2nd MNE Komodo 2016 dengan tema “Readiness and Cooperation for Peace” bertujuan untuk meningkatkan interoperability serta meningkatkan hubungan kerjasama antar negara-negara peserta 2nd MNE Komodo 2016 dalam bidang Maritime Peacekeeping Operation melalui latihan bersama, agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan stabilitas aspek maritim kawasan regional, dan meningkatkan kemampuan profesionalisme TNI Angkatan Laut guna mewujudkan visi dan misi world class navy melalui latihan bersama yang berskala internasional dalam mendukung kebijakan pemerintah untuk mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
Sementara International Fleet Review 2016 dengan tema “Brotherhood with All Great Seaman” bertujuan untuk mempererat kerjasama antara TNI Angkatan Laut dengan negara-negara peserta IFR 2016 dalam rangka menjaga stabilitas keamanan regional dan mempererat Seaman Brotherhood di kawasan ASEAN.
15th WPNS 2016 dengan tema “Maritime Partnership for Stability in Western Pacific Region” bertujuan untuk meningkatkan kemampuan operasional dalam merencanakan dan mengembangkan inisiatif kerjasama yang saling menguntungkan antar negara peserta latihan dan mengembangkan hubungan antar-angkatan laut pada berbagai level guna membangun kepercayaan untuk melaksanakan pertukaran informasi terkait isu-isu maritime secara luas yang saling menguntungkan untuk kepentingan nasional, serta untuk mengeksploitasi dan mengembangkan langkah-langkah baru dalam meningkatkan persahabatan dan kerjasama yang profesional.
Kesimpulan
Komodo 2016 memiliki dampak yang sangat signifikan dalam menjaga stabilitas keaman maritim Indonesia dan di kawasan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Posisi strategis Indonesia yang terletak pada silang samudera dan benua dengan empat dari Sembilan choke point yang ada di dunia dan seluruh kekayaan sumber daya alam serta manusia yang terdapat di dalamnya menjadikan Indonesia sebagai negara yang sangat rawan akan kepentingan tertentu dari seluruh negara di dunia.
Hal ini menuntut Indonesia melalui TNI-AL untuk mampu menciptakan kondisi keamanan maritim Indonesia yang stabil dan senantiasa berperan aktif dalam berdiplomasi dalam kegiatan apapun agar mendapat kepercayaan penuh oleh negara di dunia dan menjadi negara terdepan di kawasan dalam bidang politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan.