Oleh: Budiman Djoko Said/Waka FKPM
Pendahuluan
Asia-Pasifik merupakan kawasan maritim yang luas,didefinisikan oleh Samudra Pasifik, Samudra India,L.Kuning,L.China timur dan L.China selatan.Dikawasan ini China berambisi menjadi pemimpin sejalan dengan pemikiran baru tentang strategi Maritim dan menjadi fokus perhatian China.Konsep “pintar” mengingat Maritim adalah sumber kehidupan mendatang dan definisi domain Maritim (universal,pen) merupakan super himpunan (super-set),dengan elemen (atau sub-set,pen)adalah “lautan,laut,estuari, teluk,pulau-pulau,area pantai,dan ruang udara diatasnya,termasuk litoral” (DoN,hal 8 dan JP 3-32, hal I-12).Dinegeri kita ini,semua elemen tersebut hadir lengkap.Definisi ini serta merta mendudukkan sumber daya nasional tersebut (Maritim) selaku instrumen kekuasaan nasional bagi negara Maritim dan membantu terciptanya strateji Maritim nasional.Wajar selaku pemangku kepentingan strateji Maritim nasional adalah pemilik strateji Maritim (Menko atau Menteri Maritim) yang berwenang mengontrol sub-strateji kelautan, laut, estuari, teluk, pulau-pulau, area pantai (dan pariwisatanya, pen), dan ruang udara diatasnya, bukannya terbalik pemilik strateji Kelautan yang mengontrol sub-strateji Maritim lainnya (Budiman,2011,hal 2,3,dan 4).
Ketidakhadiran visi dan strategi/policy yang jelas untuk dijadikan anutan dan kontrol kualitas produk manajemen pemerintahan sampai kebawah,mudah menimbulkan krisis dan “chaos”,kata Yarger (Yarger,hal 45).Teori strategi konsen pada parameter means, ways dan ends. Ways bagi strateji Maritim adalah bagaimana caranya memaksimum sumber daya Maritim (semua elemen maritim,pen),means-nya adalah semua sumber daya yang ada dalam domain Maritim dan ends-nya adalah tercapainya obyektif strateji keamanan nasional. Ketiga parameter strateji tersebut berjalan jika dan hanya jika dijamin hadirnya keamanan Maritim,tidaklahlah cukup hanya sekedar jaminan Keamanan Laut atau Kelautan saja. Pola atau konsep stratejik ini (definisi “strateji” lebih disukai komuniti militer, sebalik-nya “policy” oleh komuniti/elit politik,pen) akan menjadi basis “Good Maritime Governance” yang menjadi konten utama dalam buku petunjuk “Maritime’s Policy” atau “Maritime’s Strategy”.Pemikiran stratejik China ini dikembangkan serius melalui lemdik-lemdiknya.Pertama dengan cara mengulang balik kontek geopolitikal yang dihadapi pemikir stratejik China.Kedua,diskusi tentang strateji ini dan diikuti dengan pendalaman tentang agenda spesifikasi strateji Maritim yakni misi dan kapabilitas Angkatan Laut China (PLAN) sebagai salah satu kekuatan Maritim (Puska,hal 279). Naskah ini mencoba mendalami pemikiran stratejik China yang menjadi basis perkembangan struktur kekuatan PLA utamanya PLAN.
Ambisi dan Dasar Pemikiran Strateji Maritim China
Isu dunia dekade ini menempatkan China sebagai topik yang hangat dibicarakan politikus, negarawan, ekonom, maupun petinggi militer.Masa depan pertumbuhan China menjadi perhatian negara lain, utamanya negara tetangga, negara berkembang dan AS. Perlu dicatat para profesional militer bahwa bangsa terbesar di-belahan bumi Timur ini sangat berpotensi menjadi “teman” atau bisa menjadi “lawan”, setidaktidaknya pesaing. Fakta ini menambah kepercayaan petinggi China untuk mengembangkan ambisinya sebagai kekuatan besar dunia (Stover,hal 1). Pertumbuhan China sebagai kekuatan besar regional berhasil menggoyang lingkaran pengaruh dunia melalui agen diplomatik, pelibatan ekonomi dan modernisasi militernya. China membuktikan keberhasilannya mendayagunakan seluruh instrumen kekuasaan nasionalnya (National Instrument of Power).
Tidaklah berlebihan bila sifat rakyat China seperti ketekunan,keuletan dan fokus kepada profesi atau pekerjaannya sangat mendukung ambisi bangsa ini.Kebijakan China membuat dilema pelibatan sekuriti yang serius bagi Asia dan AS.Kebijakan China nampak tampil lunak dan defensif pada awalnya,tetapi nyatanya didesain dan diorkestrakan sebagai pencegahan terhadap ancaman kepentingan nasional China (Ibid, hal 1) dan menolak pengaruh kekuatan dari luar Asia.Bila semua ini dikembalikan kepada pertanyaan seperti: bagaimana (caranya) China bisa memperoleh kenyataan seperti itu,bagaimana methodanya agar China berhasil mempengaruhi opini dunia dan Asia utamanya,apa kepentingan nasional dan obyektifnya,apa paradigma atau strategi raya China,dan masih banyak lagi pertanyaan besar yang perlu dijawab.Apapun jawabnya menunjukkan keseriusan dan ambisi China menjadi negara besar setidak-tidaknya kalau bukan negara “super-power”. Bagaimana membangun konsep strateji Pertahanan nasional,Militer nasional, Maritim nasional dan kekuatan Angkatan Lautnya dari masa ke-masa,diawali dengan tulisan Ketua Mao Zedong tahun 1953 yang menulis “kita bangun Angkatan Laut yang kuat guna memerangi agresi imperialis”.Tahun 1979, diteruskan ketua Deng Xiaoping yang menyerukan “membangun Angkatan Laut kuat dengan kapabilitas tempur modern”. Tahun 1997,Jiang Zemin mendesak agar Angkatan Laut China tampil seperti “tembok raksasa Maritim”. Satu orientasi dan fokus kepentingan nasional China adalah kedaulatan dan integritas territorial yang sangat kokoh.Periksa bagaimana China selama dinasti Qing, berhasil membangun protektorat Tibet,Mongolia luar,Asia tengah dan tetap mengincar Taiwan. China serius dan fokus untuk mempertahankan kembali kontrolnya terhadap teritori yang “hilang” seperti Taiwan dan kep Spratly (Ibid,hal 17).Konsensus ini dilanjutkan petinggi berikutnya dan ditunjang semangat modernisasi selama 50 tahun ini serta fokus kepada hardware dan strateji yang dibutuhkan Angkatan Laut modern.
Penggunaan dan pemilihan kekuatan militer terutama kekuatan Maritim versus isu perbatasan dengan India,Taiwan,Korea-selatan,Jepang,Vietnam,dan Philipina tidak segan-segan dilakukan apabila perlu dengan maksud “menghukum”.Contoh demo gelar kekuatan penangkalan yang jelas diarahkan kepada “siapa” aktor yang ditangkal,bukan gembar gembor memberikan dampak penangkalan tetapi tidak jelas kepada siapa.Lebih penting adalah bagaimana mendeploikan gugus Angkatan Lautnya yang cukup representatif dan siap tempur agar aktor tertentu merasakan ditujukan kepadanya. Perlahan dan pasti China mulai melepaskan diri dari basis pertahanan darat dan mulai cederung pada pertahanan Maritim ditandai dengan aktifnya memberikan keluasan manuvra PLAN dari konsep “perairan coklat” langsung kelaut terbuka menjadi kekuatan “perairan biru”,suatu lompatan yang ambisius.Mendeklarasikan kekuatan “perairan Biru” sebagai bagian paradigma strategi Maritim terjadi apabila lulus persyaratan lebih dari kekuatan “perairan coklat” dan “hijau” (Ibid,hal 280).Bagi China perairan”coklat” adalah perairan pantai dalam bentangan kl 100 mil laut dari pantai,selebihnya adalah perairan “hijau” yang tidak terdefinisi. Perairan “biru” membentang dari perairan “coklat” ke-Okinawa atau keselatan ke L.China selatan.Manuvra diperairan “coklat” dibutuhkan kekuatan minimal seimbang yang kapabel menghadapi ancaman asimetrik diperairan litoral dengan tonase yang jauh lebih kecil dibandingkan unsur “perairan biru”,diperkirakan memadai dengan ukuran kl 400 kaki, berkecepatan kl 40 knot,dan daya jelajah 3500 mil laut ~ LCS (littoral combat ship). Jelasnya perairan “biru” disebut oleh Jendral Liu adalah perimeter rantai “kepulauan keduanya” (second chain islands) yang membentang mulai dari utara,yakni kep.Bonin,kep.Mariana,dan Karolin sampai L.Philipina,termasuk L.China selatan (Ibid, hal 280). Mandala seluas ini memberikan peluang serius PLAN untuk mengontrol wilayah sejauh 1500 mil laut,termasuk L.Kuning, L.China timur dan L.China selatan,perhatikan gambar no.1 dibawah ini.
Gambar no.1. Rantai kepulauan pertama dan kedua.
Referensi:OSD,hal 25.The First and Second Island Chains.PRC’s military theorist conceive of two island “chains” as forming a geographic basis for China’s maritime defense perimeter. Perhatikan garis rantai kepulauan pertamanya (first island chain) dalam gbr no.1 ini sebagai basis lingkaran pertahanan maritim terdalam dan Taiwan berada didalamnya. Antara rantai kepulauan pertama dan kedua (second island chain) adalah Laut Philipina.
Dalam frase strategi Maritim klasik,“pengawasan dilaut” diterjemahkan sederhana sebagai kebisaannya (able,belum capable,pen) untuk menggunakan laut dan berusaha menghalau lawan yang menggunakan.Definisi lebih tinggi lagi adalah “kontrol dilaut”, konsep yang mendefinisikan kebisaan suatu negara bangsa untuk “mengendalikan” (command) wilayah laut yang diskrit untuk periode waktu tertentu saja dan dirasakan cukup mencapai tujuan strategik tertentu/terbatas.Lawan “kontrol dilaut” adalah “penolakan dilaut” (sea-denial) yang mungkin baru tahap ini yang bisa dilakukan China dalam ruang tempur (battle-space) berbasis peperangan litoral dengan sista asimetrik seperti ranjau,rudal dan kapal kecil atas air yang kapabel melontarkan Rudal dan kapal selam.Konsep inipun baru bisa bekerja jika dan hanya jika didukung dengan pengintaian udara,kapal atas air dan bawah air yang sangat effektif.
Kerangka Pembangunan dan Pertumbuhan PLAN
Perekonomian makro yang menjadi penggerak utama pertumbuhan kekuatan militer China,industri pertahanan nasional dan neraca perdagangan sista dan teknologi China meski dengan kualitas “ekspor” tidak dibahas dalam makalah ini.Tidak juga dibahas pendorong belanja pembangunan dan pertumbuhan PLA dan PLAN-nya diluar kekuatan Ekonomi nasionalnya dan belanja pemerintahnya.Meskipun diperkirakan masih banyak tuntutan kebutuhan politik terhadap sumber daya nasionalnya dan membebani pertumbuhan ekonomi nasionalnya.Bisa saja terjadi beda persepsi pemerintah China (partai) dan persepsi PLAN tentang ancaman yang bermuara didalam keputusan tentang penggunaan serta deploi PLAN untuk mempengaruhi mandala tempur (battle space) diwilayah regional dan berdampak kuat terhadap “pengambilan keputusan nasional” tentang pembangunan kekuatan PLA/PLAN-nya dimasa mendatang (Crane,et-all,hal 191).
Bahasan lebih banyak mencermati mengapa China begitu inginnya membangun kekuatan PLAN-nya berbasis kapabilitas.Sebagai kekuatan Maritim yang baru tumbuh didunia,para pengamat masih membatasi diri sampai kepada dua (2) opsi pertanyaan untuk dikembangkan;apakah ambisi kekuatan Maritim China masih sebatas bergiat sekedar sebagai pemangku kepentingan (stakeholder) yang bertanggung jawab ataukah China akan mengejar semua obyektif kepentingan nasionalnya (Cooper,hal 1). Bagaimana menduga arah percepatan modernisasi kekuatan Maritim China dengan strukturnya,peralatan,dan pelatihannya yang jelas kekuatan Maritim ini akan mendukung kepentingan nasional dibidang kesejahteraan yang menjadi salah satu dari lima (5) pilar kepentingan nasional yang dikejar dan menjadi fokus China dekade mendatang.Petinggi PLAN menyadari bahwa secara portofolio harus mendukung strategi nasional bidang Ekonomi.Tanda-tanda arah pembangunan kekuatan Maritim China (baca “kapabilitas”,pen) semakin lama semakin jelas,seperti:modernisasi dukungan terhadap operasi tempur gabungan diperairan litoral,melaksanakan “kontrol laut” dekat perimeter pertahanan rantai kepulauan pertamanya dan mengembangkan “operasi penolakan” (sea-denial) kearah luar diperairan regional (Budiman,2012,hal 6-7),serta mendeploikan dan mempertahankan gugus lautnya untuk mendukung operasi non-tempur dan konflik intensitas rendah (LIC).LIC banyak didemonstrasikan lewat operasi perdamaian,HADAR,dan penegakkan hukum internasional.Diarea ini China menunjukkan kelasnya dengan aksi kekuatan Maritimnya mengawal armada niaganya sampai dilepas pantai Somalia pada tahun 2008.China banyak belajar di-area OMSP pihak Barat dan AS dan menyadari bagaimana pentingnya mengawal Armada niaga yang mengangkut komoditi import dan ekport bagi kepentingan nasionalnya.Disisi lain perkembangan aksi PLAN keluar jauh dari perimeter strategi pertahanan maritim dengan manuvranya ke-Somalia tahun 2008,tercatat pertama kalinya dalam sejarah Angkatan Laut modern dan China.
Ekspansi missi PLAN menunjukkan produk arahan ketua Hu khususnya modifikasi misi ketiga PLA menyangkut kekuatan strategik yang sangat kuat untuk mengamankan kepentingan nasional (Ekonomi) dan keempat yakni berperan aktif dalam perdamaian dan isu securiti internasional (Erickson,hal 348,catatan kaki no.3 & 4).Modifikasi dan perubahan missi PLA,merupakan pernyataan strategik Ketua Hu Jintao dalam Konvensi Nasional Partai tahun 2007 bahwa mempercepat modernisasi PLA dan memperbaiki pertahanan nasional versus isu sekuriti internasional maupun regional adalah jawabnya (Lai,hal 6).China banyak belajar dari pengalaman kekuatan Angkatan Laut AS menghadapi ancaman aktor asimetrik seperti perompakan,atau sista asimetrik seperti ranjau diselat Hormuz yang sudah memakan korban banyak asset tempurnya.Tanda-tanda modernisasi kekuatan PLAN menjadi “kekuatan perairan Biru” semakin konkrit semenjak Presiden Jiang Zimen tahun 1993 dengan petunjuknya tentang strategi pertahanan yang lebih aktif.Policy yang tegas,tidak mendua dengan kosa kata misal:strategi pertahanan yang defensif-aktif,jelas-jelas pertahanan terbaik adalah menyerang aktif.“Military Guidelines for the New Period” tahun 1993 memprioritaskan kapabilitas PLAN melaksanakan strategi A2/AD (anti akses/area denial) (Cooper,hal 2). Kalau selama dekade ini PLAN terkurung mendukung strategi “pertahanan aktif dilepas pantai” saja,semenjak 1993 tercatat awal modernisasi kekuatan Maritimnya.Jabaran prioritas pembangunan kekuatan PLAN agar kapabel melaksanakan operasi penolakan dilaut jauh diluar rute pendekat Taiwan sejalan dengan strategi Jiang untuk menempatkan PLAN sebagai perisai utama “pusat gravitas” kekuatan pertumbuhan ekonomi nasionalnya didaerah litoral dan menangkal atau memperlambat kedatangan kekuatan intervensi laut AS diperairan Taiwan tersebut.Bagian penting dari petunjuk itu adalah keinginan Jiang agar PLAN memenangkan perangnya dengan kondisi “peperangan lokal dengan dukungan teknologi tinggi” mendorong PLAN mengembangkan kapabilitas offensifnya untuk melaksanakan operasi “kontrol” (bukan komando,pen) dilaut terbatas dalam rangka penegakan hukum dilaut dan klim teritorial di L.China timur dan L.China selatan.Format RMA ini ditegaskan dengan bergesernya definisi bertempur dengan dukungan teknologi tinggi dalam buku petunjuk terbaru menjadi kapabel berperang lokal dengan dukungan informasi penuh.Bagi pengamat Barat keseriusan China ini disebut sebut sebagai pengembangan kapabilitas peperangan NCW (network centric warfare).Isu integrasi wilayah bagi China menjadi “wajib” dipertahankan mati-matian,periksa saja dalam sejarah China versus isu perbatasan darat,laut,pulau-pulau dari dekade ke-dekade tidak pernah lepas dari “sikap keras”nya.
Persepsi Ancaman Bagi China
Sejauh ini bisa ditangkap keinginan petinggi China secara umum dikaitkan pertumbuhan PLA/PLAN-nya.Mungkin ada baiknya,pertama menggali lebih dalam persepsi ancaman bagi China yang menjadi dasar pemikiran petinggi China untuk merancang struktur kekuatan dimasa mendatang.Kedua mencoba mendalami hirarkhi keterlibatan PLA terhadap Keamamanan nasional (Ibid,hal 192) dan Kepentingan nasionalnya. Pengamatan kedua ini menghasilkan prioritas penanganan strategi Keamanan nasionalnya.Gabungan pengamatan pertama dan kedua akan menghasilkan produk berupa kecenderungan pengadaan dan persiapan infrastruktur dan asset pertahanan nasionalnya,PLA dan PLAN-nya.Dari sini akan kesimpulan sementara diarea mana atau perhatian mendasar mana bagi China menghadapi isu pengadaan dan persiapan pertahanan nasionalnya.Cerita tentang persepsi ancaman logikanya diawali dari pemahaman China tentang kepentingan nasional dan strategi keamanan nasionalnya (atau disingkat KamNas,pen) (Ibid,hal 192).China memiliki tiga (3) kondisi yang harus dipertahankan untuk kelangsungan hidupnya dan kesejahteraannya, terminologi dan kondisi yang relative sama dengan obyektif kepentingan nasional bagi Negara lain. Ketiganya adalah:Keutuhan nasional (National Unity),Stabilitas dan Kedaulatan.Relatif mirip negara lain seperti kesejahteraan,keamanan dan kedaulatan atau ditambah substansi yang lain.Terdokumentasikannya substansi kepentingan nasional jauh lebih penting karena akan menjadi rujukan strategi dan policy dan terpilihnya instrumen kekuasaan nasional,artinya sudah disetujui para wakil rakyatnya dan menjadi komitmen arah visi nasional jangka menengah.Persepsi ancaman dan perencanaan strategik China akan menatap kepada kebijakan,tantangan atau ancaman terhadap ketiga obyektif kepentingan nasional tersebut yang akan menghambat ketiga obyektif kepentingan nasional itu.Dikaitkan dengan isu keamanan internasional, regional, dan lokal hal-hal yang menghambat tersebut mengarah langsung kepada persepsi ancaman dibawah label “vital”.
Sebagaimana lasimnya perilaku birokrat atau petinggi sipil Negara lain,persepsi seperti ini tentu saja tidaklah selalu sinkron.Wajar mengingat konstituen PLA di-birokrat belum tentu kaya pengalaman militer,dan dalam isu hubungan sipil-militer di-China ini perlu diketahui bagaimana petinggi PLA memahami persepsi ancaman spesifik yang mendasari pengadaan dan persiapan alut sista pertahanan nasional sebagai bagian modernisasinya. Meskipun buku putih tidak terlalu diyakini kebenarannya dan transparansi,namun beberapa substansi bisa dipegang,bahwa dalam buku putih China tiap dua (2) tahun sekali, menggambarkan himpunan kepentingan nasional yang mendasari kebijakan dan strategi pertahanan nasional China (strategi lebih banyak bicara keluar sebaliknya dengan kebijakan, pen).Hal terkait a.l:adalah isu penegakkan kedaulatan,keutuhan wilayah,dan keamanan, mendukung pertumbuhan ekonomi, mempromosikan stabilitas sosial dan harmonisasi, kedaulatan, dan iklim yang mendukung dan menguntungkan (Ibid,hal 193).Kemudian dari kumpulan karya tulis petinggi sipil China dan militer,dapat dibuat suatu daftar ancaman yang potensial bagi keamanan China.Persepsi ini benar-benar sangat mempengaruhi arah kebijakan, doktrin dan perencanaan pembangunan kekuatan PLA, yakni:
- Kekuatan militer AS dan kebijakan luar negerinya utamanya terkait dengan isu Taiwan.
- Tumbuhnya kekuatan militer Jepang yang modern sebagai kekuatan regional.
- Kekuatan India meskipun jauh diselatan tetapi pertumbuhan kekuatan militer modernnya dan pengaruhnya sangat dirasakan China.
- Pertahanan diperbatasan darat dan pantai.
- Perairan teritorial dan ruang udara diatasnya.
Mengingat panjangnya bahasan lima (5) materi ancaman tersebut,maka masing masing materi ancaman dibatasi bahasannya.Pertama dan sangat penting,disadari AS dalam jangka menengah dan panjang tampil sebagai penantang serius kepentingan dan keamanan nasional China dengan memperhatikan serangkaian konsen kebijakan AS tentang isu Taiwan,aliansinya dengan sekutunya dan hubungan baik bidang pertahanan dengan negara-negara Asia (China akan melakukan hal yang sama di Asia,pen) dan substansi strategi keamanan nasional AS.Sebagai pengikut Sun Tzu fanatik China mempelajari serius tentang apa yang difikirkan dan dilakukan pesaingnya (kenalilah lawanmu,pen).Meski publikasi China tentang AS menurun semenjak tahun 2001,tetap ada indikasi bahwa pemimpin China dan PLA memandang AS sebagai penantang berat dalam strategi keamanan nasional China (Ibid,hal 194).
China mempelajari serius keberhasilan AS dalam perang Gurun,Timur tengah dan Balkan,bahkan ditemukan delapan (8) prinsip yang harus digunakan untuk melawan AS,namun prinsip-prinsip ini tidak dibahas dalam makalah ini (Cliff,hal 1-4).Mengenai Taiwan, petinggi China sipil dan militer kuatir tentang status independensi Taiwan dan peluang intervensi AS lebih dari yang diperkirakan dan jauh dari relevansi yang dituangkan dalam perencanaan, pengadaan dan pembangunan kekuatan militer nasional China sekarang dan yang akan datang.Hal yang menarik semenjak tahun 1990,China menghabiskan sebagian besar porsi program reformasi,modernisasi,pengadaan dan pelatihan untuk menyiapkan diri menghadapi Taiwan dan menjaga supaya AS tidak segera bisa memasuki perairan Taiwan pada awal konflik.Kekuatiran China adalah komited mereka tentang unifikasi kembali Taiwan dapat langsung dicegah AS.Ada juga kekuatiran mereka bahwa AS akan membuat isu Taiwan sebagai cara untuk menjauhkan pengaruh China diregional Asia. Bantuan sista modern kepada Taiwan diyakini sebagai cara AS untuk membiarkan Taiwan berdiri permanen dan tentu saja merusak keinginan China mengintegrasikan keutuhan wilayahnya.Kebanyakan pemikir Barat maupun China sendiri mengira bahwa AS tetap mengintervensi isu Taiwan kecuali Taiwan memutuskan sendiri independensinya tanpa tekanan dari daratan utamanya.Modernisasi PLA/PLAN sebagai perangkat yang bertujuan memaksakan unifikasi ulang dengan daratan utama,dan mengembangkan method asimetrik untuk menggagalkan kehadiran AS di-selat Taiwan. Bisa jadi sementara ini China memandang kekuatannya masih “inferior” sehingga pilihan stratejinya akan lebih baik melakukan strategi A2/AD.Gambaran skematik pilihan masing-masing kekuatan terkait peperangan asimetrik periksa gambar dibawah ini.
Gambar no.2. Skematik pilihan bagi kekuatan inferior maupun superior.
Referensi:Farricker,hal 10.Perhatikan gambar no.2,pilihan aktor dengan kekuatan “inferior” (strateji anti askes) lebih memilih 3 alternatif diblok paling kiri,sebaliknya (strateji akses) bagi kekuatan “superior” memilih blok sebelah kanan.
Modernisasi PLAN diharapkan dapat menunjang dua keinginan strategik ini.Sekali modernisasi tercapai,China dengan kekuatan asimetriknya dengan doktrin perang yang lebih offensif agresif bila perlu dengan serangan “pre-emptive” dapat memaksakan status unifikasi ulang Taiwan dengan daratan utama dan mencegah kekuatan AS dideploikan segera diperairan Taiwan.Bila modernisasi ini ini tercapai,maka China berada satu langkah didepan dalam pelaksanaan strategi raya dalam rangka hegemoni regionalnya,dan mudah memaksakan Taiwan membuat suatu keputusan yang diperkirakan tercapai kira-kira 20 tahun mendatang (Farricker,hal 15).PLA selain konsen pada kebijakan AS terkait hubungan baik dengan Jepang,pada tingkat yang lebih rendah lagi adalah hubungan AS dengan negara-negara Asia tenggara.Khususnya ditujukan pada substansi tingkat aliansi,kooperasi pertahanan anti Rudal regional dan keseluruhan kooperasi pertahanan bersama.China mencermati hubungan ini sebagai konsep AS mempertahankan posisi dominan dan kontrol stratejik di-Asia dalam rangka membatasi pertumbuhan kekuatan China dan ekonominya.Persepsi ancaman pertama adalah AS dengan aliansinya dalam berbagai bentuk kooperasinya nampaknya mencoba membendung pengaruh,kekuatan militer dan pertumbuhan ekonomi China di-Asia. Kedua,bagi pemikir strategik China,aktor pengancam berikut adalah Jepang.Meskipun China memandang baik hubungan baik dengan Jepang untuk memperbaiki pertumbuhan ekonomi domestik,tetapi China tetap mengkawatirkan lahirnya militerisme Jepang yang ditakuti dan utamanya aliansinya dengan AS,dua negara yang dianggap memiliki kekuatan militer yang modern (Crane,hal 198).Bagaimanapun juga trauma pendudukan Jepang di-China masih sangat terasa sekali ditambah adanya perubahan doktrin,struktur kekuatan,dan organisasi militer di-Jepang dewasa ini nyata-nyata merupakan usaha Jepang untuk memperbaiki kapabilitasnya dan mengambil alih peran yang lebih kuat lagi di-Asia timur.
China memandang wajar bilateral AS dan Jepang akan berujud teknologi dan sistem persenjataan modern,utamanya kooperasi pertahanan anti rudal jarak jauhnya.Perlu dicatat bahwa Coast Guard Jepang sudah berperan sebagai Angk Laut Jepang kedua.China berusaha juga mengimbangi kekuatan Coast Guard Jepang dibawah bendera “penegakkan hukum perikanan”.Singkatnya China percaya bahwa Jepang adalah perisai depan AS didepan matanya.Aliansi AS-Jepang tentu saja akan menjadi bagian penting mata rantai kekuatan militer di-Asia timur untuk menahan ambisi China setidak tidaknya. Ketiga,versus India.Awal-awalnya persepsi ancaman dari India jauh berkurang meskipun semenjak “duel” perbatasan dengan India dengan penempatan pasukannya sepanjang perbatasan dengan India ditahun 1962,sampai sekarang nampaknya relatif dingin dan stabil (Ibid, hal 198).Informasi produk tulisan pemikir sratejik,petinggi sipil maupun militer China tentang India sangat jauh berkurang, dibandingkan topik tentang AS,Jepang dan Taiwan. Namun semenjak India melakukan uji nuklir tahun 1998,kembali mencuat persepsi ancaman India.Persepsinya AS-India telah melangkah melakukan hubungan militer satu sama lain dan berkembang menjadi antar pemerintah dan memiliki konsen bersama terhadap ancaman China.Keempat dan kelima,mempertahankan perbatasan darat dan Maritim serta klim China di-Laut.L.China selatan dan materi ini merupakan fokus keempat dan kelima perhatian pemikir stratejik dan militer China.Seperti diketahui daratan China berbatasan dengan 14 negara dan Maritim dengan 7 negara.Tercatat pernah terjadi “duel” dengan India,Russia dan Vietnam dan pertengkaran territorial sekurang-kurangnya dengan 10 negara.
Akibat ketat dan seriusnya menjaga perbatasan baik daratan maupun Maritimnya, merembet serius keruang udara diatasnya (battle air-space),sebagai contoh insiden tabrakan pesawat Patroli maritim Angk Laut AS jenis EP-3 (kode E adalah elektronik, aslinya jenis P-3 Orion,pen) versus F-7 China di-tahun 2001.Dikaitkan dengan isu perbatasan dan klim China adalah teritori di L.China selatan,maka mulai tahun 1988, China mulai kampanye klimnya di L.China selatan dengan cara yang sistematik,berlanjut dan keras. China sekarang telah menduduki 7 fitur berupa karang, batu-batuan, gundukan batu dan pulau-pulau kecil.Literatur PLAN sering menyebut-nyebut bahwa teritori yang diklim di perairan tersebut adalah AOR-nya (area of responsibility,pen).
Kesimpulan
AS sementara ini dipersepsikan akan mempertahankan dominasi posisi geo-stratejik dengan cara menahan pertumbuhan kekuatan ekonomi dan militer China,dengan “membagi-bagi” dan “mem-Baratkan” China dan mencegah munculnya kekuatan Russia sebagai sahabat China.Dengan berkooperasi dengan negara-negara Asia utamanya Asia tenggara dan Asia timur utamanya.Sikap keras China cukup wajar mengingat pengalaman, doktrin serta kebijakan tentang keutuhan wilayah atau teritorinya sangatlah kuat, contoh isu Spratley dan Taiwan.Skenario yang ditakutkan seandainya tiba-tiba China melakukan pre-emptive ke Taiwan.Pelibatan militer tentunya tidaklah diharapkan, namun pelibatan diplomatik meski lebih dikedepankan,dengan lobi-lobi pribadi tidak resmi barangkali lebih berhasil dibandingkan lobi dan negosiasi dengan delegasi China. ASEAN bisa ditingkatkan perannya mengingat China masih memandang ASEAN sebagai “teman” sekurang-kurangnya “mitra” kepentingan pasar dan ekonominya. Sentra Beijing-ASEAN dapat dijadikan pusat dialok antara China dengan Asia.China akan cepat berubah mempersepsikan negara lain sebagai ancaman kalau benar-benar pertumbuhan militernya signifkan mengancam China.Misal:berapa kali China cepat merubah persepsinya terhadap Russia, kemudian India dan Vietnam. Mengingat isu sekuriti lebih banyak diperbatasan dan didomain Maritim,wajar kalau China berambisi memperkuat PLAN-nya,lebih-lebih kekuatan asimetriknya dan strateji A2/AD dirantai kepulauan pertamanya.Sementara ini stratejinya masih berorientasi tanggungjawabnya sebagai pemangku kepentingan (stake-holder).
Tentu saja pertumbuhan kekuatan Maritim China sangat mengkuatirkan negara tetangga dan AS,dan bisa memicu perlombaan senjata ditambah pertanyaan seputar isu transparansi China.Mekipun 20 tahun lagi kekuatiran ini mungkin bisa terjadi menurut pengamat Barat.Satu hal yang bisa dijadikan pelajaran bagaimana pemerintah China “berorkestra” dengan strateji rayanya menghadapi banyak isu sekuruti internasional,regional bahkan local,ditunjang dengan strateji ekonomi yang dipacu kuat untuk segera tumbuh dibarengi strateji militernya.Contoh manajemen nasional yang bagus dan didukung…perilaku mendasar bangsa China seperti keuletan,ketekunan dan fokus pada profesinya.
Referensi:
1.Bartholomees,J.Boone,Editor,US Army War College,July 2010,Edisi ke-empat(4) terbaru,”Theory of War and Strategy”,Volume–I:
——-Yarger,H.Richard,Chapter 4,”The Strategic Appraisal:The Key to Effective Strategy”.
2.Budiman Djoko Said,QD no….,2011,”Strategi Maritim RI pentingkah?”
3.Budiman Djoko Said,QD no……,2012,”Strategi anti akses,basis modernisasi kapal selam China “
4.Cliff,Roger,CT-247,RAND,September 2005,”China’s Military Modernization and the Cross-Strait Balance”
5.Crane,Keith,et-all,5 personnels,RAND,2005,”Modernizing China’s Military;Opportunities and Constraints”.
—ch.6.”PLA Threat Perceptions and Force Planning”
6.Cooper,Cortez.A,RAND Corpt,Testimony presented before the US-China Economic and Security Review Commission on June 11,2009,”The PLA Navy’s “New Historic Missions”,Expanding Capabilities for a Re-Emergent Maritime Power”.
7.DoN (Dept of the Navy),USA,2010,”Naval Operations Concept”.
8.Farricker,Christopher.M,Lieutenant USN,Thesis US Naval Postgraduate School,MA in National Security Affairs,Dec 2003,“Chinese Military Modernization and The Future of Taiwan”
9.JP 3-32,8 August 2006,Incorporating Change 1,27 May 2008,“Command and Control for Joint Maritime Operations“.
10.Kampausen,Roy,et-all,4 persons,RAND,2010,”The PLA at Home and Abroad:Assesing The Operational Capabilities of China’s Military”;
——Bab 1.Lai,David,”Introduction”
——Bab 7.Erickson, Andrew.S,”Chinese Sea Power in Action:The Counter Piracy Mission in the Gulf of Aden and Beyond”,
11.OSD (Office of the Sec def),Annual Report to Congress,2008,”Military Power of the People’s Republic of China, 2008”.
12.Puska,Susan.M,US Army War College,August 2000,”People’s Liberation Army After Next”.
13.Stover,Lynn.A,Major USMC,Air University,April 2000,”Chinese Ambition”