1. Pendahuluan
Pada tanggal 29 Juli sampai dengan 31 Juli 2005 Battle Group Angkatan Laut India yang terdiri dari 1 kapal induk konvensional (CV) INS Viraat, 2 kapal perusak kelas berpeluru kendali (DDG) kelas Kashin II INS Rajput dan INS Ranjit, 1 kapal korvet berpeluru kendali (FSG) kelas Khukri INS Khukri dan 1 kapal tanker (AOR) kelas Deepak INS Shakti akan mengunjungi Indonesia dengan merapat di dermaga Tanjung Priok, Jakarta. Dalam Battle Group tersebut, ikut serta Kepala Staf Angkatan Laut India Laksamana Arun Prakash yang onboard INS Viraat.
Muhibah Battle Group Angkatan Laut India memberikan beberapa pesan kepada Indonesia antara lain:
a. Global
Dalam kunjungan Perdana Menteri India ke Washington, Amerika Serikat baru-baru ini, Presiden Amerika Serikat George H.W Bush telah menjanjikan bahwa pemerintahannya akan berupaya to lift embargo yang dijatuhkan Kongres terhadap India akibat percobaan senjata nuklir pada 1998 dan akan memberikan teknologi bagi pengembangan fusi nuklir pada India.
Dukungan Presiden Amerika Serikat tidak lepas dari kepentingan Amerika Serikat untuk melakukan penetrasi ekonomi terhadap pasar Indiayang berpenduduk lebih dari 1 milyar jiwa. Namun di sisi lain kebijakan ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat sebagai pemimpin Klub Nuklir yang terikat Non Proliferation Treaty (NPT) telah mengingkari komitmen politiknya untuk mencegah proliferasi senjata nuklir, termasuk di dalamnya teknologi nuklir. Sebab seperti diketahui, India adalah salah satu negara yang menolak terikat dalam NPT.
b. Regional
Meningkatnya peran politik keamananIndiadi tingkat global harus diantisipasiIndonesiapada tingkat regional. Muhibah Battle Group Angkatan Laut India ke Indonesia merupakan pesan kepada Indonesia agar memperhitungkan India dalam urusan politik keamanan kawasan Asia Pasifik. Sejak beberapa tahun terakhir,Indiamulai melirik ke kawasan Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka melalui berbagai moda. Antara lain menjalin kerjasama Latihan Tahunan antara AL India dengan AL Singapura yang terakhir digelar pada 24 Februari – 5 Maret 2005 di laut Cina Selatan bersandi SIMBEX 2005.
2. Dampak Bagi Indonesia
Makin meningkatnya peran India dalam politik keamanan kawasan sehingga Indonesia sebaiknya mengkaji beberapa hal berikut:
- Dampak masuknya Indiake kawasan dalam peta kepentingan Indonesia, khususnya di Selat Malaka. Selain isu perompakan bersenjata, isu Selat Malaka bagi Indonesiabersinggungan pula dengan pemberontakan di Aceh yang dikategorikan intra-state conflict.Ketidakseriusan menangani Selat Malaka dapat mengundang campur tangan India bukan saja dalam isu perompakan bersenjata, namun lebih jauh dalam isu Aceh sebab India akan memainkan instrumen militer atau peran koersif di Selat Malaka bila Indonesia gagal menyelesaikan masalah Aceh dengan cara apapun.
- Perlu dilakukan reassessment pada kebijakan politik luar negeri Indonesia, khususnya menyangkut confidence building measures dan confidence security building measures. Selain itu, perlu dilakukan reassessment tentang peran apa yang telah dilakukan TNI AL dalam mendukung kebijakan politik luar negeri.
- Dipandang perlu dan mendesak untuk mempersiapkan platform kerjasama kawasan seiring dengan masuknyaIndiake kawasan Asia Tenggara.
Dan kerjasama tersebut hendaknya berdiri pada platform stabilitas kawasan, di mana semua negara yang terlibat harus berbicara dalam bahasa yang sama yaitu stabilitas kawasan. ASEAN denganIndonesiasebagai penjurunya harus menjadi leading aktor dalam menata stabilitas kawasan.
3. Penutup
Demikian kajian ini dibuat untuk digunakan sebagai masukan atau bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah berkaitan dengan kunjungan Battle Group India ke Indonesia.